Yg kita bahas tepatnya bukan di zaman suharto, tapi di zaman after suharto. Dan 
jika dibandingkan dng zaman suharto jelas terlihat perbedaan yg sangat menyolok.
Yg jadi masalah adalah, pemerintah sekarang hanya fokus mencari orang2 yg 
benar2 terbukti sbg teroris, dan penanganannya spt penanganan aksi kriminal 
biasa, tapi tak serius memperhatikan kegiatan2 organisasi "dakwah" yg menjadi 
lahan subur persemaian bibit2 radikalisme dan terorisme. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: a...@cbn.net.id

Date: Tue, 21 Jul 2009 09:21:59 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] akar terorisme



agoeng_...@yahoo.com wrote:
> Ketika komunis "berontak" dihajar abis, tetapi dengan dasar agama berkali
> " mengacau" negara tidak diapa2in napa?
> -----Original Message-----

Siapa bilang mereka tidak diapa2in? Pada zaman Soeharto dulu beberapa
kelompok radikal dibantai habis (contoh: peristiwa Lampung dan Tanjung
Priok). Para penghasut kaum radikal di"hilang"kan tanpa diketahui
rimbanya. Intel (bukan processor) :-) menyusup ke mana-mana sampai ke
mesjid-mesjid dan pondok-pondok pesantren ultra-kanan dan mereka yang
mengobarkan api kebencian dan permusuhan diciduk. Waktu itu bahkan ada
pameo yang mengatakan bahwa jika ada kucing hitam lewat di kampung pada
tengah malam, Soeharto pasti tahu. :-)

Pemerintah sekarang dengan tiada henti-hentinya memerangi para teroris,
meskipun tidak dengan terlalu menggunakan kekerasan seperti dulu lagi.
Tadi pagi di salah satu TV swasta ada bincang-bincang menarik per telefon
antara mantan kepala BIN dan seorang pengamat teroris dgn dipandu dua
orang penyiar TV. Menurut mereka, salah satu cara memerangi para teroris
ini ialah dengan mempekerjakan para mantan teroris yang telah bertobat dan
telah melewati proses "deradikalisasi" dan penyadaran dengan berhasil
untuk membantu mendeteksi aksi para teroris, alih-alih menggaji para
satpam biasa yang tidak terlatih dalam pencegahan terorisme. "Memakai
mantan maling untuk menangkap maling," begitulah kira-kira. Dalam
bincang-bincang TV itu juga ditekankan peranan masyarakat tertentu yang
baik secara sengaja atau tidak, ikut membantu menyembunyikan para
"saudara" yang bikin rusak ini, sehingga mereka sulit ditangkap.

Akar dari pelaku bom bunuh diri adalah kebodohan/ignorance. Orang pintar
mana sih yang mau disuruh meledakkan dirinya sampai hancur lebur begitu?
:-)

als
yang ikut merasa rugi karena MU tak jadi main di Jkt. :-)



Kirim email ke