Jadi konkritnya gimana nih, supaya penyebutan "Cina" tidak dilakukan oleh non Chinese? Ini demi kelangsungan kita bersama dimasa datang supaya tidak terjadi uneg2. Kita harus menentukan sikap apa yang harus dilakukan. Tentunya adalah sikap yang bijak, santun mengedepankan kebersamaan baik sesama kita-kita ato sesam anak bangsa yang lain. Kalau ini bisa dilakukan, maka image orang2 terhadap kita-kita yang Chinese akan makin baik. Mungkin mereka masih menyebut kata " Cina" tetapi dengan catatan : Wah kalo Cina bagus lho, apa-apa teratur lho, filosofinya dalam lho, semua dipertimbangkan lho...dsbnya. Kan enak kesannya, iya kan? Apa iya bisa? Bisa..!!!! 1000 %. Orang ke bulan aja bisa, apalagi cuma pekerjaan bumi. Saya rasa pada saat itu dimana orang mempunyai kesan yang bagus tentang kita-kita ini, yah... tinggal kita minta mau nama yang bagaimanapun ...??? seluruh anak bangsa akan rela memberikan. Trus kita juga dapat memperkenalkan budaya kita sebagai bagian dari dasar budaya bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka bangsa Indonesai akan makin kuat. Lain halnya kalau kita memang mau meninggalkan Indonesia dan tidak mau kemabli lagi..yah itu lain soal. Tetapi saya rasa, kita disini baik yang sedang bermukim diluar negeri maupun yang di Indonesia masih cinta akan bangsa tempat kita dilahirkan ini. Dan saya yakin, mengapa Chinese yang bermukin di Vietnam, Muangthai, Laos dan Phlilipina bisa "baik" karena pada dasarnya budaya Chinese diperkenalkan dalam arti yang sesungguhnya. Sehingga masayarakat merasa bahwa budaya tersebut bukan budaya asing tetapi budaya bangsa sendiri. Lha...kita di Indonesia...yang dikembangkan Budaya Jawa, apa-apa Jawa sampai tidak rasional juga Budaya Jawa...yah pastilah timpang. Saya tidak bermaksud meremehkan budaya Jawa karena itu juga budaya Indonesia, tetapi maksud saya, bukankah budaya Jawa ini relatif jauh lebih muda dibandingkan budaya Chinese? Tetapi saya berpendapat bahwa kalau semua budaya ( termasuk budaya Chinese ) menjadi inti dasar pemikiran bangsa maka pasti akan juah lebih baik. Hingga saat ini upaya pengenalan budaya kita kepada sesama anak bangsa pada dasarnya di tataran aplikasi praktis/show dan tidak dilakukan secara filosofis. Padahla sangat memungkinkan sekali untuk kita lakukan hal itu. Menerapkan budaya secara filosofi memang memakan waktu lama dan membutuhkan kesabaran, tetapi dampak jangka panjangnya akan jauh lebih baik dari pada yang sekedar "show". Kalau sifatnya show tidak lebih dari sekedar pesta, abis pesta tenda dibangkar dan acara dilupakan. Saya kira kita-kita ini generasi muda bisa mempelopori pengenalan budaya yang lebih konfrehensif dan dalam kepada sesama anak bangsa.Kita mulai memperkenalkan hal itu mulai dari diri sendiri lalu ditularkan kepada orang lain. Keadaan masyarakat kita ini dapat diibaratkan sebagai suatu kopi susu. Memang kelihatan enak, tetapi begitu dicicipi koq masih pahit. Nah, kita kan bisa memberikan sedikit-demi sedikit gula agar tidak terlalu pahit. Dengan kata lain, bila kita memeperlihatkan budaya yang sebaik2nya walaupun kecil akan lebih manis dari pada gula. Karena gula hanya mengandung rasa manis, tetapi kalo budaya bisa segala macam rasa didilamnya. Iini yang harus kita lakukan terutama untuk generasi kita sekarang ini maupun masa yang akan datang. <<< Ini menurut saya dan teman2 pasti mempunya pendapat yang berbeda dan mungkin lebih baik, silakan ditambahkan...!!! salam, NT --- On Mon, 10/12/09, jackson_ya...@yahoo.com <jackson_ya...@yahoo.com> wrote:
From: jackson_ya...@yahoo.com <jackson_ya...@yahoo.com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, October 12, 2009, 1:12 PM Wah setuju. Apalagi ada org yang dimilis ini ngotot pakai istilah tionghoa tapi cara bicaranya dimilis kaya preman kampung. Apa ga malu tuh tionghoa bahasanya kaya gitu? Masi mending cina tapi tau adat. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! From: Fy Zhou <zho...@yahoo. com> Date: Mon, 12 Oct 2009 22:16:59 +0800 (SGT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) KwikKiangie sendiri pernah bilang: di dunia ini tak ada bangsa yang semuanya orang baik atau semuanya orang jahat. di setiap bangsa pasti ada pahlawan, dermawan, juga pasti ada pencuri dan penjahat. dan sebagian besar adalah orang biasa yang tak terlalu baik juga tak terlalu buruk. Jadi mengharapkan semua orang tinghoa berperilaku baik sehingga dapat pengakuan dari etnis lain adalah mustahil! apakah kita harus menjadi etnis yang super, yag kelakuannya bak malaikat, melebihi kebaikan etnis lainnya baru bisa diterima? Baik buruknya julukan tak bekaitan sama sekali dengan kelakuan orang yang dijuluki. Kita yang memperjuangkan pemakaian istilah Tionghoapun tdk lantas menjamin bahwa yang menyandang nama tionghoa pasti orang baik semua. tetap saja ada Tionghoa baik ada Tionghoa busuk. Demikian juga, meskipun seseorang yang dipanggil Cina berkelakuan sangat terhormat, tetap takkan mengubah makna cina menjadi baik. Jika belum yakin, kita ambil saja contoh sebuah julukan yang semua sepakat menghina: yakni julukan " bangsa tempe " bagi bangsa Indonesia! meskipun nanti bangsa Indonesia sdh sedemikian majunya, tetap saja julukan " bangsa tempe " tak menjadi julukan terhormat. Yang paling mungkin, orang takkan berani lagi mengatai bangsa Indonesia sbg bangsa tempe. istilah ini akan lenyap. Demikian juga dengan julukan "Pesakitan dari asia Timur" yang ditujukan ke bangsa Tionghoa, tidak akan menjadi bagus meski sekarang negeri Tiongkok menjadi kuat. yang terjadi adalah: tak ada lagi orang barat yang berani memakai istilah itu untuk menjuluki orang Tionghoa. From: "a...@cbn.net. id" <a...@cbn.net. id> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, October 12, 2009 8:17:08 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) Cara pertama terlalu overacting dan malah kita akan menjadi bahan olok-olok. Cara kedua hampir mustahil mustahil kebenarannya. Paling baik ya kita biasakan diri kita sendiri memakai istilah Tionghoa alih-alih Cina. Kita hanya bisa berbuat yg dpt kita kendalikan sendiri. Masak mulut sama pikiran orang mau kita paksa berubah dgn UU? Haahahaaa... Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! From: Nasir Tan <hitaci2...@yahoo. com> Date: Mon, 12 Oct 2009 04:37:59 -0700 (PDT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: [budaya_tionghua] Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure )...:) Nah sekarang apa yang harus kita lakukan agar masayarakat Indonesia non-Chinese menyebut/menyapa kita dengan sapaan yang kita inginkan? Menurut saya ada 2 hal minimal yang harus kita lakukan : 1. Kita memberi usulan ke pemerintah lewat legislatif tentang usulan penyebutan yang kita kehendaki. Katakan, kita mengusulkaan melalui sidang kabinet terbatas agar masyarakat harus menyapa kita-kita yang keturunan dan masih totok Chinese dengan sebutan Tionghoa, bukan "Cina". Dan untuk itu harus adakan juga semacam Seminar mengenai budaya Tionghoa yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat pribumi. Saya pernah mengusulkan pada seseorang sesepuh Tionghoa agar budaya Tionghoa sudah saatnya harus dikedapankan dalam kehidupan, misalnya mengajarkan budaya Tionghoa sejak dini di sekolah-sekolah. Ini penting sebab dapat menanamkan pemahaman yang benar mengenai budaya kita. Ibarat pedang, kalau pedang tidak pernah keluar dari sarungnya bagaimana orang percaya kalau pedang itu punya kelebihan..? ? Kita buka saja dan kita diskusikan dan saya yakin pasti ada solusinya. 2. Membiarkan mereka menyebut kita-kita ini Cina, tetapi lambat laun makna Chinese akan berubah menjadi positif manakala kontribusi kita kepada bangsa dapat ditonjolkan, dalam artian selama kita tida merugi ( material maupun non material ). Saya ada lihat sedikit di negara Asean lainnya, seperti Philipina yang keterunan Chinese disana tidak merasa lebih tinggi derajatnya dibanding etnis lokalnya, sehingga kesetaraan menjadi bagus. Demikian juga di Thailand dan negara-negara Indo Cina lainnya. Keturunan Chinese disana tidak membanggakan diri atau merasa lebih terhormat dibanding pribumi disana. Lha kalu kita di Indonesia ( ..??? ) Seringkali pula kita-kita yang keturunan menyenangi apa yang tidak disenangi oleh pribumi. Ini salah satu sumber kebencian juga, apalagi kalau kita pelit ( baik materi maupun non materi ) mereka lebih-lebih benci lagi. Saya punya pengalaman waktu remaja. Ketika itu ada teman yang mau minjam catatan, tetapi saya tidak mau memberikan karena dia sering bolos. Akibatnya saya dicaci maki, tetapi akhirnya saya tunjukkan bahwa saya lakukan hal itu bukan karena pelit, tetapi karena dia sering tidak masuk sekolah. Selain itu saya juga tidak tau rumahnya kalo ada apa-apa mau cari kemana? Akhirnya masalah selesai pada saat itu. Hingga sekarang kami akrab dan kalo ketemu dia baik bangat. Demikian menurut saya, ato ada yang ingin menambahkan? salam NT email : nasir_...@hotmail. com --- On Sun, 10/11/09, dedistd <dedi...@yahoo. com> wrote: From: dedistd <dedi...@yahoo. com> Subject: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata "Cina" akan bermakna positif ( I am sure ) To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Sunday, October 11, 2009, 9:58 PM Sdr Nasir, hal serupa pernah disampaikan oleh Arief Budiman. Dia mengatakan bahwa kalau kata "Cina" terus menerus dipakai dengan makna positif, lama kelamaan unsur penghinaannya akan hilang dan kata cina akan menjadi netral atau positif. Saya setuju dengan itu. Namun sekali lagi mari kita belajar dari sejarah pengubahan kata "cina" menjadi "Tionghoa" seperti yang saya paparkan dalam tulisan saya ("Mengapa Kata "Cina" Tidak Pantas Digunakan?") . Jelas bahwa penggantian kata tersebut memiliki makna sangat yang penting bagi kita Tionghoa Indonesia, karena itu salah satu bukti bahwa generasi di atas kita ikut berjuang untuk Indonesia. Jadi msalah kata "Cina" vs "Tionghoa" sebenarnya bukanlah di penghinaan, konotasi dsb tapi di dasar sejarahnya. Btw, bicara soal Arief Budiman, dia ini dulunya salah satu orang LPKB yang mendukung asimilasi. Namun setelah sekolah di Amerika dan melihat bagaimana imigran di sana tetap mempertahankan identitasnya, barulah dia "bertobat". --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Nasir Tan <hitaci2002@ ...> wrote: > Mmmmmmmmmmmm. ......... ...dah banyak ngomong nich, tapi intinya adalah > masalah sebutan Cina/Chinese atau apapun namanya gak jadi masalah yang > penting kita bisa menyesuaikan diri di negara manapun kita berada. Dan yang > lebih penting adalah bukan karena soal penyebutan, tetapi yang terutama > adalah makna dari penyebutan itu sendiri . Kalau makna penyebutan (-), maka > apapun penyebutan itu sendiri jadi tidak berguna akan sia-sia, sebaliknya > walo dipanggil "Cina" , tetapi kita menonjolkan sifat yang baik ( secama umum > ), maka maknanya akan jadi baik, memang butuh waktu tetapi kata Cina akan > sangat positif artinya kalo kita mulai bangun dalam diri kita sendiri ( inner > building). Mohon maaf kalau ada kekuranagn dan yang mo share pendapat silakan > japri aja di email ini : nasir_...@.. . > > regards, > > > Nasir Tan ( Tan Zi Wei) >