Owe rasa memang betul begitu adanya. Kalau kita baca Star Weekly akhir 1950-an 
hingga awal 1960-an, konsepsi inilah yang selalu didengung-dengungkan mereka 
yang mendukung konsep Asimilasi. Konsepsi inilah juga yang dipaksakan orde babe 
kepada orang Tionghoa, atas prakarsa orang Tionghoa sendiri! Kita saksikan 
betapa banyak Korban Orde Baru (KOB) yang berjatuhan, selama kurun waktu 
1965-2000, atas kebijakan Asimilasi Paksa ini, dengan segala tektek-bengek yang 
menyertainya. Ada Penutupan Sekolah dan Surat Kabar Tionghoa, Ganti Nama, ada 
Pelarangan Budaya Tionghoa, termasuk Aksara Tionghoa, ada Penggantian Paksa 
Istilah Tiongkok/Tionghoa Menjadi Cina, dll. Akibatnya, paling tidak satu 
generasi adalah generasi yang hilang (lost generation), termasuk kita-kita ini, 
dan mungkin juga satu generasi di atas kita, yang ketika itu tengah 
asyik-asyiknya menikmati masa muda mereka. Masa muda yang akhirnya terenggut 
paksa oleh segala kebijakan rezim orde babe.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:
>
> Bung Nasir! Ini apa anjuran ganti nama ala orde baru jilid kedua ?
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -----Original Message-----
> From: Nasir Tan <hitaci2...@...>
> Date: Thu, 15 Oct 2009 09:08:20 
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
> 
> Mau nimbrung ahh....
> Kadang betul, tetapi misalnya bro ketemu Tiongha Kalimantan/Medan  yang 
> cantik apa gak sayang kalo lu gak lamar palagi calon mertua sudah 
> merestui.....hehehe, jadi soal jauh kan relatif bro..hehehe, kalau itu mah 
> tergantung jodoh. 
> Memang betul secara hukum tertulis bahwa Tionghoa tidak memiliki domain ( 
> tempat tinggal asa di Indonesia ), seperti Sunda misalnya domainnya Jawa 
> Barat dan Banten, tetapi secara antropologis ( ini yang jarang diungkapkan) 
> etnis Tionghoa pada dasarnya udah pernah menempati daerah tertentu di 
> Indonesai seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.
> Disana banyak ditemukan bukti peninggalan Tionghoa jaman purba, ukiran dan 
> alat pertanian dsbnya, jadi itu bisa menjadi salah satu petunjuk bahwa etnis 
> Tionghoa domainnya di daerah tersebut. Kalau mau klaimn wilayah yah 
> sebenarnya bisa mengklain di daerha yang memiliki basis budaya kuno tersebut, 
> bukan di BSD ato di jl.Sudirman karena disana banyak Orang Cung...
> Teman2 disini mungkin dah pernah membaca suatu buku berjudul : Budaya 
> Indocina di Persimpangan " Isi buku tersebut menunjukkan secara nyata domain 
> etnis Tionghoa di Indonesia. Atau jangan-jangan belum pernah ada yang 
> membacanya..??????? 
> Buku itu juga menjelaskan mengenai peralatan pertanian yang digunakan di 
> daerah2 tersebut dan katanya merupakan adopsi dari Tiongkok Kuno ( China ). 
> Tetapi kalau kita mau menyebutkan asal/domain kita secara instan yah memang 
> bingung, apalagi generasi sekrang ( yah kayak kita ini kadang kalo udah gak 
> bisa bahasa Tionghoa, dianggapnya itu bukan Tionghoa, sehingga jalinan dengan 
> pertalian etnis kita misalnya dengan Dayak dan lain-lain yang memiliki 
> persamaan budaya kita putuskan akhirnya kita seperti ini. 
>  
> Kita kemudian mengambil jalan pintas, mengadopsi adat etnis Jawa misalnya 
> menggunakan nama Jawa yang pada gilirannya tanpa penghayatan sehingga kita 
> tetap aja bukan Jawa hingga saat ini. Sekali-sekali kita menggunakan gelar 
> Dayak atau gelar lain, kenapa sih..???. Di kita pake nama Jawa kebanyakan ( 
> gak tau alasan apaaaa ) padahal kelahiran Pangkal Pinang, Bagan Siapi-Api, 
> Bukittinggi. Lain halnya kalo emang lahir di Semarang yah pakela nama sana 
> supaya ketahuan kalo kita Tionghoa Semarang...:-) sekaligus 
> untuk menunjukkan ada domainnya ( asal tempat di Indonesia ). 
> Mungkin dalam hal nama harus melihat contoh Tionghoa Manado ( mana ada pake 
> Sutanto, Kuswono, Tono dll ) dia pake nama khas di Manado sanalah.Di Tanah 
> Toraja ( Sulawesi juga sama ) orang2 Tionghoa pake nama khas daerah itu, jadi 
> dia jadi Toraja. Gak ada Tionghoa Toraja pake nama Budi, Agung,Hermanto, 
> Bambang ato apalah..???. 
>  
> Jadi domainnya mulai bisa jelas. Ini mungkin hal sepele dan jarang orang2 
> disini yang mikir sampe kesana, soalnya wa udah tes nanya2 di Jakarta/Jawa. 
> Pada umumnya dah gak ada Tionghoa yang percaya karena dianggap omong kosong 
> dan seperti biasa kalo Orang Tiionghoa kurang setuju melambaikan 
> tangan....hehehe. 
> Umumnya Tionghoa mungkin berpikir kalo pake nama "Jawa" akan lebih mudah 
> karena mengikuti namanya mayoritas. Justru ini yang berbahaya...!!!!!!!!!!. 
> Mereka akan ciriin dan paling suka kerjain. Sehingga sering terjadi "Joko" 
> dikerjain ama "Tono", because Joko and Tono berbeda. Coba lihat nama Tionghoa 
> Manado : Joseph Lumenta, Robert Tumewu kan dah gak dikerjain. Sekedar usul 
> aja kalo kita lahir di Pontianak atau dimana saja marilah kita coba 
> menggunakan nama yang diadaptasi dari daerah tersebut. Yah kalau lahir di 
> Bandung misalnya bole ambil nama Erick Kartadinata ( yang 
> Chirstiani/Protestan/Katolik ), Gautama Sanjaya ( yang buddhist), Muhammad 
> Yusuf Antonio ( yang Muslim..ini ada contohnya) Nasir Tan.... dstnya. 
> Tulisan ini sekaligus auto kritik buat diri saya karena bisa saja mama/papa 
> salah kaprah menggunakan nama untuk anaknya..!! Saya mau mengajak kalo 
> bisa,  seharusnya kita-kita dapat  mempelajari antropogi terapan untuk 
> nama anak-anak kita dimasa akan datang, mungkin ini juga berlaku untuk 
> keturunan India, Arab, Pakistan, Belanda, Spanyol dan lain-lain dalam 
> menyesuaikan diri dengan NKRI.
>  
>  
> salam,
>  
>  
> Nasir Tan
> 
> 
> --- On Sat, 10/10/09, jackson_ya...@... <jackson_ya...@...> wrote:
> 
> 
> From: jackson_ya...@... <jackson_ya...@...>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Saturday, October 10, 2009, 10:37 PM
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> Yah kalau isinya formulir biro jodoh. *pasangan etnis apa yang anda kehendaki 
> ::::::::::: *saya menghendaki etnis tionghoa yang bukan cina medan/cina 
> kalimantan (karena kejauhan ngelamarnya) . <------------ --------- ------- 
> nah kalau kasusnya kaya begini bagaimana??? ?????? Masi banyak kasus seperti 
> ini yang sangat penting di cantumkan etnis secara detail. Bukan rasis tapi 
> memang harus. Mau contoh kasus lagi??????? Masih banyak nih. Jadi orang 
> jangan berpandangan sempit, tulis etnis secara detail bilangnya rasis.parah 
> amat sih
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss... !
> 
> 
> From: a...@... id 
> Date: Sun, 11 Oct 2009 02:24:28 +0000
> To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
> 
>   
> 
> Istilah Tionghoa memang dipakai untuk merujuk nama salah satu suku bangsa 
> (ethnic group) Indonesia seperti halnya dengan Padang, Batak, Jawa, Sunda, 
> dsb. Etnis Tionghoa, sebagaimana, etnis India, Arab, Pakistan, dst memang tak 
> menempati wilayah kota/desa tertentu namun sbg WNI mereka berhak unt tinggal 
> di wilayah mana saja di Indonesia ini. 
> 
> Jika Paulus-xiong ditanya atau diminta mengisi formulir yg mengharuskan isian 
> mengenai suku bangsa, Anda mau tak mau atau suka tak suka mesti memilih 
> istilah Tionghoa (atau Cina), terserah Anda dan tentunya bukan Medan, dst. 
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss... !
> 
> 
> From: Paulus Tanuri <ptan...@gmail. com> 
> Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 +0700
> To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
> 
>   
> 
> Permisi..
> Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah.
> Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa 
> dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia.
> Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis 
> dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil 
> dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.
> Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di 
> dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau 
> kadang ada yang salah dikira dari Menado. 
> 
> 
> Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara 
> Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. 
> Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. 
> Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu.
> 
> 
> Itu saja. 
> Lanjutkan..
> 
> 
> 
> 
> Regards,
> Paulus T.
> 
> 
> 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell. net>
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan 
> istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan 
> kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China.
>  
> Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk 
> semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa 
> didalam istilah chinese disebut Hei-kuei.  Untuk mereka yg merupakan pribumi 
> indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - 
> malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei.  Penduduk dari HK 
> dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara 
> mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau 
> membicarakan non-chinese.  
> Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao.
> Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka 
> sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese ---- 
>  
> Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesi a sekarang sudah berubah. 
> Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai 
> Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia 
> atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih 
> tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt 
> dihormati kembali.
> Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya 
> diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese 
> sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei.  Meskipun 
> kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu 
> pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin keadaan 
> agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara ini, 
> inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap suku 
> vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah
>  
> Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah PRC 
> tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk Shanghai - 
> tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai keselatan. 
> Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn tinggal 
> diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut sebab 
> sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina sendiri 
> meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap di-anggap 
> sebagai fankuei.  Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam didalam 
> pemerintah dimainland sejak berabad² 
>  
> Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, jawa 
> dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup berkommunikasi 
> dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh non chnese atau 
> non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian descent. Saya 
> kalau ditanya mendalam  apakah saya ada darah chinese - baru saya confirm. 
> Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US citizen of chinese 
> descent dan kalian tidak dianggap chinese. 
> Karena itu know what you are, don't dream what yu are.
> Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. 
> Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, 
> oleh suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup 
> membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa² 
> mereka incl. dialect daerah mereka, Berdasarkan pengalaman ini saya dpt 
> menulis pendapat saya diatas ini.
>  
> Silahkan kalian berpikir tulisan saya ini dan jangan ber-emosi kalau 
> dipanggil cina - silahkan bercermin sebelum menjadi kurang happy.  Kalian 
> di-Indonesia ber-emosi tetapi mentalitet kalian pada umumnya masih seperti 
> jaman blanda.
>  
> Andreas
>  
>


Kirim email ke