Setahu saya, 'Cokin' itu justru lebih kasar daripada 'Cina'. Jadi judul bukunya tuh justru mau membalas penghinaan.
2009/10/24 kwaih...@ymail.com <kwaih...@ymail.com> > > > Saya rasa bukan begitu, > Saya pernah kumpul2 dengan orang2 batak, suatu ketika ada perempuan > tionghoa (bukan cabo cina)lewat, teman saya nyelutuk : "wah , boleh juga nih > cewek cokin", saya jawab susah lho lu ndeketinnya, lu tahu bapaknya siapa? > dari situ saya baru tahu apa artinya cokin itu. > Jadi bukannya kurang pede, tapi istilah itu memang gampang sekali dibuat > tinggal diperbanyak frekwensinya saja sdh bisa matang. > Nah disitu jelaskan bukan soal simpati atau dendam. > sojah wushu, > Koay Hiap. > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com <budaya_tionghua%40yahoogroups.com>, > "ulysee_me2" <ulysee_...@...> wrote: > > > > Awalnya, waktu nongol buku COKIN, SO WHAT GITCHU LHOH itu gue sempet > berkomentar, > > Kok kenapa pakai istilahnya COKIN? Kok kenapa nggak pakai CINA aja > sekalian? Kayak kurang pe-de aje nih. > > > > Namun melihat siapa siapa saja yang terlibat dalam mengisi buku tersebut, > memahami maksudnya, yakni tidak mau lagi terombang-ambing diantara pusaran > arus antara yang itu dan ini. Antara sensitifnya istilah Cina, dan > chauvinisnya istilah Tionghoa. > > > > Maka keluarlah istilah itu. COKIN. > > Maksud yang tersirat adalah, ya, mereka cukup simpati atas 'luka lama' > generasi tua, namun mereka mau melangkah maju ke muka, tanpa di berati > dendam-dendam sejarah. > > > > Orang tua punya masa lalu, orang muda punya masa depan. > > Jadi kalau menyuruh orang muda untuk terus berkutetan dengan masa lalu, > nah itu baru namanya "mem-beku-kan otak" > > > > MUHAHAHAHAHAHA. > > > > >