menurut saya begitu sih.
Ditambah lagi saat itu Lehman jatuh, beberapa bank di Eropa dan AS jatuh (malah 
negara Iceland bangkrut), AIG goyang, hampir seluruh Wall Street (dan Amerika) 
lagi kebingungan hampir ambruk, dst, dst.

Menurut saya yang jadi masalah bukan Bail Out tidaknya Bank Century, tapi ke 
mana duit 6,7 triliun itu, dan bagaimana bisa dialirkan sebanyak itu, bukannya 
persetujuannya cuma 1,3 triliun? 





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote:
>
> Ah kayaknya makin pikun nih opa satu ini. Lupa apa saat itu udah 5 bank 
> listnya yg beredar dlm kondisi semaput mirip century, klo century ga ditake 
> over saat itu bank2 laen bakal di rush juga n dampaknya bakal kayak 98.  
> Sampe2 org ga bersalah yg cuma meneruskan info aja ditangkap.  
> -----Original Message-----
> From: "HKSIS" <sa...@...>
> Date: Fri, 20 Nov 2009 10:30:23 
> To: HKSIS<hk...@yahoogroups.com>
> Subject: [budaya_tionghua] Kwik Kian Gie dan Ceritanya soal "Profesor 
> Kodok"...
> 
> Kwik Kian Gie dan Ceritanya soal 
> "Profesor Kodok"...
>  
> Inggried Dwi W
> Ekonom Kwik Kian GieKamis, 19 November 2009 | 15:27 WIB
> Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
> 
> 
> JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Kwik Kian Gie berpendapat, alasan bail-out Bank 
> Century karena kekhawatiran akan menimbulkan dampak sistemik terhadap sistem 
> perbankan hanya sebuah kamuflase. Dampak sistemik akan terjadi jika bank yang 
> dibiarkan bangkrut meninggalkan utang dalam jumlah besar terhadap bank-bank 
> lain. Kenyataannya, berdasar data yang ia miliki, Century justru memiliki 
> tagihan pada bank-bank lain.
> 
> Pernyataan seorang profesor (tanpa menyebut nama), bahwa dampak sistemik 
> berkaitan dengan psikologis bank dan nasabah, dikritik keras oleh mantan 
> Menteri Ekuin ini. Ia menyebut hal itu sebagai pernyataan seorang "profesor 
> kodok" yang hanya tahu teori dan tidak mengerti kondisi yang sebenarnya.
> 
> Kwik lantas menganalogikannya dalam sebuah cerita. "Di pinggir kali, ada anak 
> berusia 5 tahun, seorang profesor, dan anak jalanan berumur 14 tahun yang 
> setiap hari ada di pinggir kali itu. Anak 5 tahun tanya ke profesor, 'Berapa 
> kali lompatan yang dibutuhkan kodok untuk melompat ke seberang kali?" 
> tuturnya, pada diskusi Membongkar Skandal Bank Century, Kamis (19/11) di 
> Gedung DPR, Jakarta.
> 
> Ia melanjutkan, "Si profesor kodok menjawab, 'Kita lihat lebar diukur berapa 
> senti kemudian dikalikan dengan panjangnya, baru tahu berapa lompatannya'. 
> Jawaban profesor ini dibantah oleh anak 14 tahun. Anak itu bilang, 'Bapak 
> salah, yang saya lihat hanya dua kali. Karena, setelah melompat sekali dan 
> menyentuh air, kodoknya akan berenang. Kemudian, dia melompat sekali lagi ke 
> daratan," papar Kwik.
> 
> Dari cerita tersebut, Kwik ingin menggambarkan bahwa si anak yang berusia 14 
> tahun lebih mengetahui dari apa yang dilihatnya di lapangan dibandingkan sang 
> profesor. "Menteri yang profesor kodok, tanpa tahu lapangan, cuma tahu 
> hitung-hitungan. Saya enggak tahu, pura-pura bodoh atau bodoh betul," katanya.
> 
> Kemudian, ia menguraikan, hanya bank-bank tertentu yang jika dibiarkan 
> bangkrut akan berdampak sistemik. Bank-bank tersebut di antaranya bank 
> multi-nasional. "Kalau Bank Century, tidak ada bank-bank lain yang 
> menempatkan uangnya di sana sehingga tidak mungkin ada dampak sistemik," kata 
> Kwik.
>


Kirim email ke