Sdr. Kenken, 

    Apeq setuju yang anda katakan, yang apeq maksud dianggap asing itu dalam 
hukum, jadi kalau kita ke sana, harus minta visa, di visa ditulis 30 hari, ya 
harus 30 hari atau diperpanjang lagi, yang penting tidak melanggar hukum.
    Kalau sikap penduduknya, tergantung kita dan tergantung mereka, kita 
berlaga kaya, sombong, ya pasti dibenci, kita berlaku sopan, ramah, yah jadi 
teman. Kalau ketemu copet, anda meleng yah dicopet. Kalau ketemu orang baik 
bahkan anda ditolong. Seperti di Indonesia saja kita harus bergaul dengan orang 
baik-baik kalau mau betah, jauhi yang tidak keruan. Di sana sama saja.
    Beberapa waktu lalu, apeq bahkan pernah cerita, pernah dua kali terjadi, 
sekali di Hainan, sekali di Guangxi,  mereka bahkan mengaku saudara. 
Mengapa?  Ketika mereka tanya dulu asal daerah mana? Apeq bilang lahir dan 
besar di Indonesia, sudah beberapa turunan, nenek moyang dari Hokkian. Mereka 
bilang, kalau begitu kita bersaudara.  Kami juga turunan Hokkian. Apeq bilang, 
apeq sih kampung di mana saja sudah tak tahu, cuma tahu keresidenannya 
Zhangzhou. Mereka bilang mereka juga tak tahu lagi, dulunya di kampung apa.  
Memang dialek Hainan oleh ahli bahasa dianggap dialek Hokkian, yang sudah 
berubah sebagian karena pengaruh lingkungan. Kata apeq lagi beda, tetap beda, 
kalian di Tiongkok saya di luar negeri Indonesia. 
   Ah, itu kan politik, daerah A dulu masuk negara B. Kalau A dan B pecah jadi 
dua negera, orang di B jadi asing kalau ada di A. Dulunya sama, orangnya sama, 
beda karena politik, kita tetap saudara, mari minum..........
   Ini terjadi kedua kalinya di Guangxi. Ini di luar dugaan, karena tuan rumah 
orang suku Yao, bukan Han. Mereka bilang leluhur kami orang Hokkian katanya, 
kami sne Na (Lan) , semua orang sne Na di sini turunan orang Hokkian. Memang  
di wilayah Hokkian banyak orang sne Na, mereka ada yang Han Hokkian ada yang 
suku Sia (Mandarin She). Apeq tanya koq kalian jadi suku Yao bukan Han?  Mereka 
bilang kami sendiri tak tahu, mungkin karena sudah lama di sini, tiap hari 
bicara bahasa Yao, atau sudah kawin campuran, pokoknya dalam data kependudukan 
ada dalam katagori Yao.  Perduli amat kata mereka, kita kan tetap saudara. Mari 
minum. 
   Apeq ke mana-mana tak pernah merasa didiskriminasikan, padahal tak kenal 
atau baru kenal. Masalah utama kelihatannya bahasa. Kalau kita tak bisa bahasa 
Mandarin, orang jadi segan bicara dengan kita, ada hambatan komunikasi. Makin 
ke kampung mereka makin ramah makin lugu. Kriminalitas hanya di kota besar. Di 
kampung kalau kita datang,  tetangga banyak yang datang mengucapkan selamat, 
mau pulang mereka datang lagi. Terakhir di Yunnan, di daerah gempa tahun 2007. 
Gempa itu tidak sebesar yang kemarin ini di Sichuan, tapi yang meninggal cukup 
banyak ada  puluhan. Pemerintah membuka kampung baru, dibangun rumah untuk 
korban gempa, tapi hanya bangunan utama, yang lainnya harus sendiri. Petani 
yang saya kunjungi adalah mahasiswa yang ayahnya meninggal kena gempa, ibunya 
sakit jantung kaget, kambuh lalu meninggal, kakeknya yang memang sudah 
sakit-sakitan tak tahan, rumah roboh, anak dan mantu meninggal,  ia jatuh sakit 
dan meninggal. Rumah barunya rumah
 bata,  satu ruang tamu, dua kamar dan satu dapur, di loteng ada tiga ruang,  
dua di antaranya digabung. Halaman masih becek berlumpur, belum ditembok, itu 
harus biaya sendiri, biasanya ditembok untuk menjemur padi. Hanya saja yang 
mereka keluhkan, tanah garapan menjadi jauh dari rumah baru, pamannya tetap 
tinggal di rumah lama, nenek tinggal sendirian di rumah baru, tiap hari 
berjalan kaki 4 km ke rumah lama karena tanah garapannya di sana. Kalau liburan 
kuliah, kedua cucunya pulang baru si nenek ada yang menemani.  Empat hari kami 
di sana. Malam terakhir tetangga yang datang sekitar 10 orang lebih, 
mengucapkan selamat jalan.
   Tak ada masalah,  isteri apeq berjalan bergandengan tangan dengan si nenek. 
   Mungkin juga ini hasil apeq ketika tinggal di USA. Anak apeq sedang 
mengambil PhD, tinggal di perumahan khusus untuk mahasiswa riset. Yang tinggal 
di situ terbanyak mahasiswa Tiongkok, mahasiswa Jepang menyewa villa mewah, 
mereka hidup eksklusif, demikian juga mahasiswa India. 
Mahasiswa Indonesia ada beberapa orang, tak banyak dan juga eksklusif, baik 
yang Tionghoa ataupun non-Tionghoa, mereka akbrab tapi menjauhi mahasiswa 
Tiongkok. Mahasiswa Tiongkok banyak yang membawa orang tuanya, ada yang 
sementara, ada yang lama, karena harus mengurusi cucu.  Mereka sangat rajin, 
hari masih gelap mereka sudah keluar rumah ke kebun. Universitas menyediakan 
tanah untuk berkebun dengan sewa yang sangat rendah, dan tanahnya sudah 
digemburkan dengan mesin, sehingga lebih mudah ditanami. Mereka menanam sayur 
sendiri.  Di universitas ada kolam ikan, boleh dikail ikannya, tapi tak boleh 
dijaring. Kalau ikan berkurang, ditambah lagi. Tiap hari yang nongkrong di situ 
adalah keluarga mahasiswa dari Tiongkok,  lalu di jual di pinggir jalan komplex 
perumahan. Mereka adalah orang tua mahasiswa PhD!
    Yang apeq sesalkan, mahasiswa Indonesia termasuk yang Tionghoa kelihatannya 
sangat memandang rendah mereka, lalu menjadi eksklusif, merasa lebih pintar, 
dan lebih kaya, apalagi melihat mereka jualan ikan dan sayur seadanya di 
pinggir jalan kompleks. Sedang apeq  karena sekelilingnya kebanyakan mahasiswa 
Tiongkok bahkan menggabungkan diri. Anak mantu apeq ikut menanam sayur, sampai  
tangannya melepuh. Mungkin pengalaman ini yang membuat apeq mudah bergaul 
dengan mereka, juga memperbaiki bahasa Mandarin apeq. Yang lebih penting 
memberi akses ke penduduk Tiongkok. 
    Kalau tahun baru Imlek, universitas menyediakan dana untuk perayaan, meriah 
tidaknya tentu tergantung dari mahasiswa Tiongkok sendiri, waktu apeq  di situ 
tak ada barongsai, katanya mahasiswa yang pandai main barongsai sudah lulus,  
apeq dan anak mantu apeq diundang, demikian juga mahasiswa Taiwan. Semua orang 
boleh menonton pertunjukan tari-tariannya, hanya yang merayakan sambil makan 
kue dan minium teh secara sederhana yang pakai undangan karena jatah terbatas. 
   Tak ada diskriminasi, padahal anak dan mantu apeq tak bisa Mandarin, mereka 
bisa berbahasa Inggeris, kecuali orang tuanya. 
    Apeq belum dapat memastikan, budaya yang sudah berbeda, ekonomi yang 
berbeda atau pengaruh berita yang selalu mensetankan Tiongkok yang menyebabkan 
orang Tionghoa Indonesia memandang rendah orang Tiongkok. 



________________________________
From: Azura-Mazda <extrim_blue...@yahoo.com>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wed, December 23, 2009 8:38:56 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
Toionghoa?

  
Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo.
Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi
setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda & ga
pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp
orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik
Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap
tuh diaku sebagai ras Tionghoa. 


Huangdi Bless U
(HBU)

--- Pada Sel, 22/12/09, liang u <lian...@yahoo. com> menulis:


>Dari: liang u <lian...@yahoo. com>
>Judul: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
>Toionghoa?
>Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
>Tanggal: Selasa, 22 Desember, 2009, 9:54 PM
>
>
>  
>Sdr. Dedy, 
>   Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa,  apalagi 
>pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ....., 
>kalau kalian...... . Berdebat "kalau"  tak bermanfaat, justru yang harus kita 
>lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari 
>jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita 
>ingin Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang.
>   Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah 
>memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu 
>orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak 
>mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. 
>   Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena 
>harta dan jabatan,  orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda 
>masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang 
>ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)?  Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya 
>tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. 
>   Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi 
>kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari 
>kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak 
>boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang 
>Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke 
>Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. 
>Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok,  itu bukan masalah ras, penduduk 
>Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif.  
>    Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI 
>koq.. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a 
>memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya 
>Huaren, yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. 
>Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah 
>ratusan tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. 
>   Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras 
>digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. 
>Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang 
>lebih kecil. 
>   Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya 
>tak menentang, Hanya dulu  di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata 
>itu berasal.  Di dunia  ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa.. Yang 
>satu adalah daratan Tiongkok negaranya bernama Zhonghua Renmin Gongheguo , 
>dibaca dengan dialek Hokkian menjadi Tionghua Jinbin Kionghokok, singkatannnya 
>Tiongkok, ada lagi pulau Taiwan yang pemerintahnya menamakan dirinya Zhonghua 
>Minguo dalam dialek Hokkiannya Tionghua Binkok, singkatannya Tiongkok juga. 
>Dari sana jelas bahwa nama Tionghua itu bukan milik orang Tionghoa Indonesia 
>saja. Tapi kalau mau dipakai sebagai nama Tionghoa Indonesia, yah boleh saja 
>sebab yang berdialek Hokkian di Tiongkok itu adalah minioritas, jadi tak akan 
>ada kerancuan. 
>   Ted Hsiung yang rasnya India tak salah kalau ia mengatakan dirinya saya 
>orang Tionghoa. Kalau tak salah ia asal Indonesia, yang warga negara dari 
>sebuah negara yang bernama Tionghoa Jinmin Kionghokok (RRT),  jelas koq 
>artinya Republik Rakyat Tiongkok.
>   Semoga anda dapat menangkap maksud saya. 
>   Salam 
>   Liang U
>
>
>
>
________________________________
From: dedy <hartantodedy@ yahoo.com>
>To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
>Sent: Tue, December 22, 2009 10:23:48 PM
>Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
>
>  
>Mpek Liang U yang saya hormati,
>
>Saya sudah menduga kata " mengadu domba" akan ada bahkan segera setelah saya 
>posting.
>
>Saya sebenarnya hanya meminjam kata "ras" dan "etnis" yang memyebabkan 
>seseorang bisa disebut "orang Tionghoa", dan kebetulan ada dalam satu thread. 
>( walau beda cabangnya)
>
>"tapi menurut ras anda adalah orang Chinese,  dilihat dari etnis kita adalah 
>orang Tionghoa."
>
>untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian
>
>"simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itugak  ada kaitan ame GEN 
>or  SUKU or ASAL USUL."
>
>Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku.
>
>Sesederhana itu, tidak ada maksud lain. Herannya tidak ada yang membantah 
>ataupun membenarkan pernyataan sdr. Adrian tsb.
>
>Berbeda dengan mpek yang merasa saya, mengadu domba, sdr. Erik yang saya sebut 
>juga namanya, justru memberikan penjelasan sangat lengkap, dan menjadi 
>solusi,  faktor-faktor apa saja yang membuat seseorang bisa disebut " orang 
>Tionghoa".
>
>Bagaimanapun, saya tidak tahu perasaan masing-masing orang, saya sungguh mohon 
>maaf telah menyebabkan ketidak nyamanan mpek Liang U.
>
>Hormat saya,
>
>Dedy
>
>
>
>
>--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u <lian...@...> wrote:
>>
>> Sdr. Dedy, 
>> 
>> Pertanyaan anda provokatif, dalam kehidupan kita selalu berdasarkan yang 
>> baik. Misalnya seorang anak disuruh mengantarkan 6 buah mangga kepada dua 
>> tetangga, berapa buah mangga akan diterima oleh tiap tetangga? Ini soal SD. 
>> Tentu jawabannya akan tiga. Kalau menurut anda, bagaimana kalau buah 
>> mangganya dimakan habis si anak di jalan?
>> Cara bertanya demikian menunjukkan anda itu belum siap untuk diskusi, tentu 
>> itu hak anda, tapi dalam forum seperti Budaya Tionghoa, kita diskusi, tidak 
>> baik kalau sengaja membuat pernyataan provokasi untuk mengadu domba. 
>> Saya tidak akan terjebak hal demikian, karena hanya akan menyebabkan debat 
>> kusir. Mudah-mudahan kawan-kawan lainpun tidak terjebak. 
>> Salam 
>> Liang U
>> 
>> 
>> 
>> 
>> ____________ _________ _________ __
>> From: "zho...@.... " zho...@...
>> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
>> Sent: Fri, December 18, 2009 11:01:42 PM
>> Subject: Re: [budaya_tionghua] Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
>> Toionghoa?
>> 
>> 
>> Saya kira anda salah menafsirkan pendapat Pak Liang U.
>> 
>> Yg dibahas Apek Liang adalah hubungan antara etnisitas dan kewarganegaraan, 
>> tak menganalisa siapa yg bisa disebut etnis tionghoa. Sedangkan yg 
>> dibicarakan sdr Ardian adalah masalah etnisitas itu sendiri, tak ada 
>> hubungannya dng masalah warga negara.
>> 
>> 
>> Sent from my BlackBerry®
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>> ____________ _________ _________ __
>> 
>> From: "dedy" <hartantodedy@ yahoo.com> 
>> Date: Fri, 18 Dec 2009 12:55:53 -0000
>> To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
>> Subject: [budaya_tionghua] Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
>> 
>> Dear all BTers,
>> 
>> 
>> Sdr Ardian berpendapat,
>> 
>> simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak
>> ada kaitan ame GEN or
>> SUKU or ASAL USUL.
>> 
>> Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA), untung ada Mpek Liang U, 
>> yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya
>> 
>> 
>> Menurut hukum anda adalah orang Singapore , tapi menurutras anda
>> adalah orang Chinese.
>> hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia , dilihat dari etnis kita
>> adalah orang Tionghoa.
>> 
>> Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT. 
>> 
>> 
>> Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di milis 
>> BT ini siapa "Orang Tionghoa" ?
>> 
>> Maka subyek yang sama tidak berulang-ulang lagi dipertanyakan.
>> contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa apa 
>> bukan?
>> 
>> 
>> Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela nama 
>> baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga. Bagaimana 
>> seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek?
>> 
>> Salam hormat,
>> Dedy
>>
>
> 

________________________________
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru 
Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! 



      

Reply via email to