Saya serius dengan alasan praktis. Satu rekan saya terlahir mempunyai nama 
Tionghoa, ganti nama dengan nama barat (nama diri) plus Sansekerta (nama 
marga), ketika pindah ke Belanda ganti lagi nama marga Tionghoa. Dia lakukan 
itu karena nama marga Sansekertanya sulit diucapkan orang Belanda sementara 
nama marga Tionghoanya sangat mudah diucapkan.

Lagi pula orang Tionghoa nggak biasa memanggil orang lain dengan sebutan 
saudara (ngkoh), lebih biasa menyebut dengan tuan. 

Soal walikota Bandung tsb saya maklum saja. Ketika mengganti nama yang katanya 
nggak boleh pake nama Tionghoa pemerintah juga mempersulit. Nama marga tetap 
ada,kecuali mau pakai proses di pengadilan yang berarti keluar uang lebih 
banyak. 

Kalau soal nama, misalnya nama saya. Sangat wajar. Kami turun temurun memang 
tidak bisa berbahasa Hokkian ataupun Mandrin. Maklum orang kampung yang cuma 
bisa berbahasa Melayu. Plus karena pendidikan barat yang ada dikampung jadi 
generasi diatas kami bisa berbahasa Belanda atau Inggris. Dikampung orang tua 
kami tidak ada sekolah Tionghoa ataupun sekolah Melayu. Jadi bagaimana orang 
tua saya mau memberi nama Tionghoa ? Tapi kebetulan saya memperoleh nama 
Tionghoa ketika saya dibaptis waktu bayi, yang memberi adalah seorang pastor 
Katholik asal Polandia (?) yang lama di Tiongkok. 

Salam,
Anton W

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "iie_siang" <iie_si...@...> wrote:
>
> Kalo pindah ke barat jadi dua nama seperti Jonathan Nicholas,Olivia Newton 
> ato Antonius William 
> ya masih pantes.. 
> kan tinggalnya di barat... beradaptasi.. (saya yakin, 3 namanya masih dipake 
> dalam komunitasnya..)
> 
> lha ini di indonesia malahan pakenya..nama asing.. 
> kesehariannya tiga namanya juga gak punya/ gak dikenal.. Aneh khan! 
> (Apa msh bisa disebut tionghua generasi anak2 mereka? kalo ortunya aja gak 
> punya tiga nama???)
> 
> 
> mustinya kita bisa berpikir bahwa ada SOMETHING WRONG 
> 
> Saya salut dengan walikota bandung yang di jaman orba meminta warga keturunan 
> menuliskan
> marganya didepan nama indonesianya seperti Tan Wijaya ato Oei TambaSia..
> sayang tidak didukung untuk wilayah2 lainnya...
> 
> Alasan praktis?? kok gak relevan..khan praktis kalo manggilnya koh An (Hwie 
> An) daripada koh Anton...(Antonius)

Reply via email to