Sdr. Bukjam,

Buku tersebut sepertinya ada di Toko Buku Periplus - JavaBooks di Kelapa 
Gading. Alamatnya owe lupa. Di dalamnya ada pembahasan rumah Tjong A Fie di 
Medan (hlm. 146) dan Tjong Pit Se (Cheong Fatt Tze) di Pulau Pinang (hlm. 128) 
lengkap, disamping rumah yang Tjong Pit Se bangun di kampung halaman di Dabu, 
Guangdong (hlm. 274). Coba aja cari di sana.

Kiongchiu 拱手,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bukjam <buk...@...> wrote:
>
> teman-teman sekalian,
> 
> sayang bukjam keliwatan diskusi soal topik menarik ini. gara-gara masalah
> mailbox. Buku itu bisa beli dimana di jkt? Apakah ada pembahasan mengenai
> rumah Tjong A Fie di Medan? Atau Tjong Pit Se di Penang? BUKJAM mengunjungi
> rumah peninggalan Tjong A Fie di Medan, melihat akan peninggalan arsitektur
> Hakka (khek) zaman dulu dipadukan dengan arsitektur Belanda di bagian
> loteng. Sungguh bagus ukiran-ukiran asli Tiongkok, bahkan ada hadiah
> langsung ukiran karakter dari Kaisar Ching.
> 
> salam,
> BUKJAM
> 
> 
> 
> 
> 
> Liatwi,
> 
> Setahu owe, sesuai kondisi geografis, CIMCE 深井 pada rumah-rumah di 
> Tiongkok
> UTARA yang kurang sinar matahari dan hujan, macam SIHEYUAN di Beijing, memang
> lebih besar daripada di Tiongkok SELATAN yang kebalikannya. Maka tak heran 
> bila
> CIMCE yang sengaja ditutupi dengan bahan transparan tidak diketemukan dalam
> buku-buku yang berbicara tentang arsitektur Tiongkok UTARA. Oleh sebab itu
> arsitektur Tiongkok UTARA tidak “nyambung” dengan arsitektur Tionghoa yang
> ada di kita. “Lha wong” beda banget koq!
> 
> Sebaliknya, hal yang sama tidak berlaku di SELATAN. Di propinsi-propinsi
> Tiongkok SELATAN macam di FUJIAN dan GUANGDONG, tempat asal sebagian besar
> orang Tionghoa di Indonesia, curah hujan lebih tinggi dan sinar matahari lebih
> banyak, sehingga orang tidak perlu membuat CIMCE 深井 yang besar-besar.
> Setelah orang Tionghoa bermigrasi ke Nanyang, termasuk ke Indonesia, yang 
> lebih
> “basah”, CIMCE 深井 yang besarnya seperti di Fujian selatan jelas tidak
> begitu diperlukan, malah kalau perlu “ditahan” dengan krei kayu atau 
> bambu.
> Selain itu, rupanya banyak CIMCE 深井 yang sengaja ditutupi dengan genteng
> kaca, setelah diketemukannya genteng kaca. Bahkan ada yang menulis, ada bukti
> bahwa CIMCE 深井 rumah-rumah Tionghoa di Bogor yang DOELOE curah hujannya
> sangat tinggi (maklum Kota Hujan) sengaja dibuat lebih kecil, atau malah
> ditutupi dengan genteng kaca.
> 
> Kiongchiu 拱手,
> DK
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, <zho...@> wrote:
> 
> Adanya sumur langit yg ditutupi genteng kaca ini memang bisa jadi dibangun
> berbarengan dng pendirian bangunan utama, bukan ditambahkan di kemudian hari.
> Maka ini tepatnya disebut modifikasi pribadi pemilik.
> 
> Tapi saya lihat modifikasi ini sifatnya sporadis, tdk mengikuti pakem
> arsitektur yg baku. Coba perhatikan, bagaimana pola dan konstruksi atap
> tambahannya,pasti akan terlihat kacau dipaksakan. Dan saya kira pola ini juga
> belum terlalu lama, mengingat di zaman kuno genteng kaca juga belum ada.
> Seberapa lamanya ya perlu diriset, kapan genteng kaca mulai di produksi.
> 
> Dan saya tidak menjumpai penutupan ini di quadrant house beijing, rumah taman
> suzhou maupun di wilayah lain di Tiongkok, lebih banyak terjadi di asia
> tenggara, apa karena di sini curah hujannya deras?
> 
> -----Original Message-----
> From: "David" <dkh...@
> Date: Wed, 10 Mar 2010 01:23:12
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia
> 
> Zhou-xiong, Loek-heng dan Dipo-te,
> 
> Yang menarik, CIMCE 深井 yang tertutup ternyata bukan hanya dijumpai di
> bangunan skala kecil macam Ruko Familie Lo di Pasar Lama, Tangerang, dan
> tempat-tempat lain di seluruh Jawa, tapi juga di gedung BESAR model bekas
> kediaman Majoor der Chineezen Khouw Kim An 許��`安―Sin Ming Hui
> 新明會―Tjandra Naja/Candra Naya di Jl. Gajah Mada 188, Jakarta Barat. 
> Pada
> halaman 176-177 buku Chinese Houses in Southeast Asia ada fotonya yang dengan
> jelas menggambarkan bagaimana CIMCE 深井 yang seharusnya terbuka tersebut
> sengaja ditutup dengan struktur kuda-kuda Tionghoa berukir yang bergenteng
> kaca, agaknya supaya cahaya tetap dapat masuk, namun air hujan tidak. Dari
> buatannya, struktur ini sepertinya bukan buatan baru yang ditambahkan 
> kemudian,
> tapi sudah ada sejak lama, bahkan mungkin seusia bangunannya sendiri yang
> didirikan pada 1807. Atau, ini memang merupakan tambahan kemudian, namun tetap
> pada abad 19, beberapa tahun setelah didirikan?
> 
> Kiongchiu 拱手,
> DK
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <zho...@> wrote:
> 
> kemungkinan besar rumah2 yang anda amati ini tidak terlalu besar, sehingga
> pemanfaatan ruangannya harus optimal, maka court yard yang seharusnya terbuka
> dibuat tertutup. ini umum terjadi di rumah2 tua di perkotaan Jawa.
> 
> From: Dipo <dipodipo@
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tue, March 9, 2010 6:39:58 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia
> 
> Loek heng & Zhou heng,
> 
> Jadi penutupan bagian atas sumur langit adalah modifikasi atas desain asli
> rumah?
> 
> Karena rumah tua di Pasar Lama konon sudah dihuni oleh 7 generasi, jadi 
> minimal
> 150 tahunan. Sepertinya (karena saya tidak punya latar belakang
> arsitektur/sejarah) penutup genting kaca itu sudah ada sejak awal rumah
> dibangun. Karena dilihat dari struktur atapnya, kalau tidak ditutup maka air
> akan bocor ke semua bagian rumah.
> 
> Atau memang ada rumah yang desain awalnya sudah memakai penutup?
> 
> Salam
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@> wrote:
> 
> Quoting Dipo <dipodipo@:
> 
> Ada satu pertanyaan lagi. Apakah semua "lubang vertikal" untuk jalur ventilasi
> dapat dikategorikan sebagai tian jing ? Karena saya menemui ada 2 macam.
> 
> #1 terbuka penuh sehingga air hujan dapat masuk. Dan dibawahnya ada 
> "courtyard"
> lengkap denan saluran pembuangan air hujan.
> 
> #2 diatasnya ditutupi dengan genting kaca. Di sebuah ruko tua di Malaka ada
> yang berukuran 1x2 m, letaknya di pojok gedung. Di sebuah rumah di Ps Lama
> Tangerang ukurannya hampir sebesar ruangan bawahnya. Untuk jenis #2 bagian
> bawahnya macam2, bisa dapur, bisa
> ruang keluarga.
> 
> Mas Dipo,
> 
> Dalam kenyataannya di lapangan memang banyak sekali variasinya. Di daerah
> Pecinan SEmarang sekitar kelenteng Tay Kak Sie banyak sekali "sumur langit"
> tersebut ditutupi oleh material yang transparan (tembus pandang) untuk menahan
> air hujan masuk ke bawahnya.JUga karena fungsi dibawahnya sudah berubah untuk
> ruang beraktivitas.Demekian juga di Surabaya,di perumahan kapasan dalam
> belakang kelenteng Boen Bio dan Ruko di jl.Teh,Kopi,Gula,Karet banyak sekali
> perubahan-perubahan yang dilakukan.Ada yang dimatikan semuanya karena untuk
> lantai tambahan dan ada juga yang ditutupi material tembus pandang dan udara
> masih tetap bisa mengelir keluar masuk tetapi air hujan tidak masuk.
> Ini sekedar berbagi pengalaman di lapangan.
> 
> salam
> loek's
>


Kirim email ke