Perbedaan dialek pemakaian bahasa Hakka (Khe) di ke- 8 kota Bangka (Pangkalpinang/Sungailiat/Belinyu/Jebus/Mentok/Koba/Toboali/Sungaiselan) dengan beberapa kota di Belitung (Tanjung Pandan/Manggar)?
Contoh: 1. Saya/aku = Ngai=Ngai Teuw Ngin=Ngai Sa=Nga Ten=Ngai Li=Ngo Mun 2. Isteri = Fan Pho=Lo Pho/Lauw Pho 3. Makan Nasi = Sit Fon = Set Fan 4. Tidak ada = Mo Jiu = Mo 5. Rumah Sakit = Ji Sen Kon=Rumah Sakit Buk = Yi Sen Kuan Analisa dialek: 1. Dialek bahasa Hakka/Khe di kepulauan Bangka serumpun dengan dialek Hakka di Singkawang/Sam Kheuw Yong. 2. Dialek bahasa Hakka di dua kota pulau Belitung (Tanjung Pandan/Manggar) serumpun dengan Hakka di kota Aceh, Medan, Jambi, Palembang, Denpasar, Surabaya. 3. Perbedaan yang sangat mendasar dapat ditelusuri melalui kata `isteri=Fan Pho'. Di sekitar Pangkalpinang/Sungailiat penuturan kata Fan Pho (orang rumah)=isteri. Bila mengamati pemakaian dialek kata ini berarti berlatar belakang dari akar kata FAN NGIN = penduduk setempat, istilah jaman Order Baru = pribumi. Fan Pho = pembantu rumah tangga. Pada jaman penjajahan Belanda sebagian besar tenaga kerja untuk perkebunan/pertambangan Timah mendatangkan tenaga kerja dari Tiongkok. Ada kecenderungan: sebagian tenaga kerja yang dikontrak Belanda ini sudah punya isteri di Tiongkok, setelah mereka berada di Bangka lalu menikah/kawin dengan penduduk setempat. Untuk membedakan isteri pertama dengan isteri di perantauan maka dipakailah kata FAN PHO = pembantu rumah tangga dari penduduk setempat .