bang andreas 

1. Pertama , anda menganjurkan chinese indonesia untuk melupakan china , tapi 
anda sendiri yang di amerika , tidak bisa melupakan indonesia. itupun anda 
lakukan berulang-ulang , hingga seperti propaganda. 

saya bingung sama mahluk yang namanya andreas miharja ini . 
andreas : ".......saya kalau ditanya ethnicity saya menjawab saya USA citizen 
from Indonesian origin dan saya tidak malu utk mengakuinya. Anak saya semua 
menjawab mereka USA-citizen ket. Indonesia meskipun semua mempunyai nama 
chinese mereka dari marga Chen dan tidak pernah menginjak Indonesia. Mereka 
proud of their ethnicity....."

Dia sendiri yg konon tidak malu dan bangga akan etnisitas dia , tapi menghimbau 
chinese indonesia melupakan china (sebagaimana dia tidak bisa melupakan 
indonesia hihihihi ) ,berasimilasi , integrasi gak keruan ,merasa sok bijak dan 
paling pintar dalam hal menggurui soal nasionalisme , kebangsaan , dengan 
segala teori dari A sampai Z penuh tendensi, sampai pamer gelar dari bapak 
sampai anak . Ini cara beragumentasi yang amat sangat norak. 

2. Mau apapun sikap ROC , PRC , Chinese Indonesia dan Republik Indonesia 
sendiri , mau pake teori jus sanguin dan jus soli , Pihak lain seperti Jepang , 
dalam konteks perang dunia II , mana mau tau ? Kecurigaan Jepang terhadap 
keturunan chinese di daerah okupasi mereka di Asia sangat tinggi karena tidak 
jauh dari masa sino-japanese war II, sehingga layak untuk di persekusi. Dalam 
negri tiongkok sendiri sudah saling curiga (walau asli tiongkok) , antar sesama 
, berkaitan dengan civil war dan perbedaan ideologi disana. 

4. Terus filsafat yg di anut chinese indonesia anda bilang ngawur? 
itu khan namanya opini tanpa referensi dan hasil penelitian yang jelas. 






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA <mihar...@...> wrote:
>
> Oleh karena persoalan assimilasi dan integrasi masih merupakan topic panas 
> dan 
> dapat memanaskan - ini saya baca dari tulisan didalam milis ini dari komentar 
> tulisan saya - saya akan mecoba memberikan info lebih banyak dan setelahnya 
> silahkan kalian berpikir sendiri dan mengambil konklusi sendiri.
> 
> Memang didalam persoalan integrasi ket china di_Indonesia - sejarah jaman 
> belanda [=devide et impera] bermain peranan penting yg kemudian disusul dgn 
> peristiwa PP-10 dan perjanjian Sukarno -Chou Enlai utk mengirim kembali 
> expatriate China ke China.  Sukarno memang melakukan politik discriminasi dan 
> ingin mengusir ket. China keluar Indonesia bersama yg ket. Belanda atau yg 
> merasa belanda. Dia ingin hanya suku pribumi harus menetap dan memerintah 
> Indinesia.
> 
> Juga didalam persoalan pemilihan kewarganegaraan yg harus dilakukan 
> berdasarkan 
> konferensi meja bunder  - dimana penduduk Indonesia ket non pribumi harus 
> memilih kewarganegaraan mereka- either Belanda, [dan harus pulang ke Belanda] 
> atau utk yg ket. China - PRC/ROC dan juga dianjurkan utk pulang kenegara 
> pilihan 
> mereka. Majority dari suku ket. China/babah mengambil option utk jadi WNI 
> sebab 
> sudah membaur kebudayaan dan tidak bisa memakai chinese utk kommunikasi. 
> Mungkin 
> 10-15%[??] mengambil PRC atau menjadi stateless kalau pro ROC.
> Sewaktu itu Jus sanguinis masih dipakai oleh kedua China - tetapi sekarang 
> hanya 
> masih diakui oleh ROC [dgn banyak exceptionnya] 
> Jaman sekarang PRC, HK, Macau hanya mengakui jus logic dan tidak mengakui Jus 
> soli atau sanguinis. ROC masih dubious - kalau masih second generation masih 
> diakui. ------ . Dwikewarganeraan tidak diakui oleh PRC sedangkan yg lain 
> masih 
> menerima. HK dan Macau mengakui jus soli kalau OT adalah WN mereka dan 
> tinggal 
> legal di daerah mereka. ---------  Inilah realitas keadaan. Ini berarti yg 
> tinggal di-Indonesia tidak ada hak utk mendapat paspor ROC, PRC atau HK. 
> Macau   
> seperti halnya dlm 1949/50.
> 
> Sewaktu Irian  diberikan kembali  kepada Indonesia [1963] yg keturunan Indo 
> diberikan hak utk optie menjadi Belanda kembali dan melepaskan WNI mereka. 
> Mereka disebut spijtoptanten dan mereka mulai 1964 semua direpatriate oleh 
> Belanda ke negara Belanda. 
> Yang ket. China waktu itu hanya masih bisa repatriate ke Taiwan/ROC sebab PRC 
> sudah mulai ribut dgn Gang of 4. HK juga masih menerima jikalau ada hubungan 
> keluarga, juga Macau. ---- 
> Penduduk Indonesia ket China yg masih merasa mereka chinese biasanya semuanya 
> pro PRC dan meskipun seharusnya berintegrasi - chauvinisme mereka demikian 
> tinggi sehingga semua ajaran Mao ditelan mentah² dgn hasilnya jaman G30S 
> diganas. Yg kembali kePRC banyak yg diganyang HungWeiPing dan achirnya kabur 
> keHK dan banyak berangkat keUS/Taiwan atau keIndonesia kembali.
> 
> Ini adalah sejarahnya. Jadi  harus tahu sendiri. Mereka sebagai suku ket 
> China - 
> suku babah [istilah resmi yg dipakai diMalaysia dan Singapura utk campuran 
> chinese dan pribumi indonesia] seharusnya 100%  melupakan China. Nama sudah 
> menjadi nama local [thanks to Sindhunata] dan kebudayaan juga sudah typical 
> babah culture dari S.E.Asia. Apakah kalian kristen, Islam atau Hindu tidak 
> penting Intergrasi sudah terjadi hanya mind belum di-intergrasi. Suharto 
> meskipun dictator seperti Sukarno tetapi mengetahui problematic suku babah 
> dan 
> dgn theory dari Sindhunata memaksakan intergrasi dan saya kira berhasil 95%. 
> - 
> like it or not.
> 
> Didalam persoalan agama Dao yg masih dianut oleh suku "babah" kita juga lihat 
> bahwa holymen dan women setempat juga dipuja dikelenteng. Kita lihat meja abu 
> dari Rd Surija Kencana dikelenteng Bogor atau mereka yg khitang mempergunakan 
> holymen setempat - kyai Gn Jati, Cirebon, Gn Kawi etc. yg biasanya semua 
>  beragama islam tetapi juga dihormati dikelenteng Dao.
> 
> Sekarang yg harus dilakukan hanya perubahan perasaan yg ada didalam pikiran. 
> Yg 
> ket.Babah mendapat indoktrinasi dari OT mereka bahwa pribumi itu adalah kelas 
> budak. [dpt dilihat dari istilah yg dipergunakan jikalau berbicara]  Ini 
> dapat 
> kita lihat dari caranya mereka menerima para pembantu rumah tangga .  Like it 
> or 
> not --- para tenaga kerja asing indonesia kalau kerja di Taiwan, HK etc 
> mendapat 
> perlakuan yg sangat human dan bukan budak. Saya secara perseorangan jikalau 
> melihat keadaan ini di-Indonesia sangat sedih sekali.  --- ini harus dirubah.
> 
> Yg ket. chinese kalau keluar Indonesia selalu berpendapat bahwa mereka 
> chinese 
> dari Indonesia dan bukan Indonesian dari suku babah/chinese.
> Lain negara incl. yg asal dari Malaysia atau Singapore semua berpendapat 
> mereka 
> Malaysian atau Singaporan first. dan suku mereka either chinese, melayu atau 
> keling/india second.  
> 
> Ini filsafat hidup yg dipakai diIndonesia adalah sangat ngawur. 
> Majority dari yg ket. chinese memakai nama indonesia, berbicara dlm bah 
> indonesia dan sudah tidak tahu nama chinese mereka atau tidak mampu pakai 
> bah. 
> chinese.  Inilah yg menjadi buah tertawaan utk chinese dari China atau 
> Taiwan. 
> How can they say they are chinese.
> 
> Saya WN USA memakai nama Indonesia tetapi berbicara didalam rumah dlm bah 
> mandarin dan diluar dlm bah Ingeris [keluarga saya tidak bisa pakai bah. 
> Indonesia] - saya kalau ditanya ethnicity saya menjawab saya USA citizen from 
> Indonesian origin dan saya tidak malu utk mengakuinya. Anak saya semua 
> menjawab 
> mereka USA-citizen ket. Indonesia meskipun semua mempunyai nama chinese 
> mereka 
> dari marga Chen dan tidak pernah menginjak Indonesia. Mereka proud of their 
> ethnicity.
> 
> Kenapa yg diIndonesia masih tetap berpikir mereka Huachiao. Mereka sama 
> sekali 
> bukan Huachiao.  Kalau mengakui Huaren mungkin masih diterima. Inilah yg 
> masih 
> harus dirubah didalam pola berpikir. ------  Nanti setelah menerima realitas 
> dan 
> ingin mencari roots atau leluhur - ini adalah tindakan yg harus dihormati. 
> Kalian mau kemana dgn filsafat hidup kalin - apakah ingin mengulang tragedi 
> Tangerang, PP-10, G30S, Glodok etc oleh karena yg ket. babah tidak ingin atau 
> mampu berintegrasi ?? --- It's all your choice.
> 
> Andreas
> 
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: "zho...@..." <zho...@...>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Mon, July 26, 2010 11:53:14 PM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi
> 
>  
> 
> Nggaklah. Jika anda cermati kiprah mereka, anda akan tahu pikiran dan gerakan 
> mereka sudah ada sebelum peristiwa 66. Dan mereka bahkan yg berperan aktif 
> dlm 
> berdemo dan pegambil alihan berbagai lembaga pendidikan tionghoa, termasuk 
> trisakti milik baperki.
> Jadi langkah mereka bukanlah defensif, tapi super aktif, ini dlm rangka 
> menjalankan ideologi mereka, selain faktor pemasaran agama, juga faktor 
> ideologi 
> anti komunisnya. Mereka memandang faktor budaya menjadi tali pengikat 
> masyarakat 
> tionghoa dng negeri leluhur yg komunis. Ideologi komunis pun menjadi mudah 
> masuk.
> 
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> ________________________________
> 
> From:  Robertus R Suhartono <robertus_suhart...@...> 
> Sender:  budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Date: Tue, 27 Jul 2010 13:05:32 +0800 (SGT)
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> ReplyTo:  budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Subject: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi
>   
> Isu asimilasi harus dicermati dalam konteks sosial politik waktu saat itu 
> (tahun 
> 1960'an). Saya bisa memahami Shindunata dkk kenapa saat itu menganjurkan 
> asimilasi yang tujuan akhirnya  'melenyapkan' identitas dan budaya Tionghoa 
> agar 
> orang Tionghoa tidak dipermasalahkan terus oleh penduduk 'pribumi' termasuk 
> tekanan dari pemerintah menjelang dan sesudah tragedi 1965. Maklumlah, orang 
> militer sebagai pemenang tahun 1965 kan sukanya yang serba seragam dan 
> Tionghoa 
> dianggap orang yang seragamnya berbeda dan harus disamakan dengan lainnya. 
> Bahkan seorang yang bernama Yunus Yahya (d/h Lauw Tjuan Tho) menganjurkan 
> orang 
> Tionghoa masuk Islam agar persoalan asimilasi bisa berjalan lebih cepat. 
> Pendapatnya saat itu malah lebih  membuat resah orang Tionghoa.
>


Kirim email ke