Namanya bisnis ternyata bukan hanya didapat dari sekedar membuat toko atau warung. Ada juga dengan cara berjalan jalan dan duduk ditempat rapat instansi pemerintah sudah bisa mendapatkan bisnis. Tetapi fenomena itu agak ironis ketika begitu terdengar pengangguran amat banyak di Indonesia, padahal ketika mengurus STNK motor sendiri saja, si Akang penjual kopi manispun telah menjadi pebisnis pengurusan STNK.

Ketika Internet muncul dan banyak orang berduit ramai duduk disitu, kondisi ironis di atas itu tidak pernah tersentuh secara nyata, agak berbeda dengan Canada dan US yang telah lama memulai pembangunan super store, sehingga orang orang di dunia bisa menjadi agennya baik secara gratis ataupun iuran bulanan. Mata uang merekapun terus mengalir ke seluruh dunia melahap berbagai jenis mata uang lokalan. Hebat !!! begitulah pikir seorang ahli pembuat uang, karena produknya terpakai diseluruh dunia, tampaknya mengikuti pembuat mobil pandangan seperti itu. Cita cita mendunia selalu ada di hati orang mulai dari orang baik sampai orang jahat, seperti ditampilkan di film anak anak jaman sekarang.

Itu memang situasi sekarang, akan tetapi di Indonesia sebenarnya feeling bisnis dengan media Internet tak kalah ramainya. Seperti di Korea, Taiwan, dan Jepang, Indonesia pun telah mengikuti fenomena itu, walau bentuknya mungkin belum mencapai tahapan super store dan super courier corporation dan belum juga di dukung terabyte national infrastructure. Dengan fasilitas pembayaran baru pada tahap ATM bersama, sudah dirasa cukup bagi pelaku bisnis di Indonesia.

Saya heran ketika memahami Internet ada banyak Internet Resources yang diperlukan masih dikelola secara serabutan dan menjadi rebutan baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Sehingga orang orang yang akan turut serta meramaikan bisnis Internet menjadi termanggu manggu disini, terkubu kubu seperti ramainya kubu politik jaman sekarang. Kaget bercampur resah, mau diapakan Internet di Indonesia. Mungkin kira kira begitu pikirannya, walau hatinya masih lega, masih ada alternatif lain.

Misunderstanding memang selalu terjadi dimana mana, mulai dari perusahaan sekelas warung tegal sampai dengan sekelas Multi National Coporation, masih ada saja, walaupun sudah dibuatkan System Operation Procedure (SOP). Rupanya masalah setiap masa selalu berbeda, entah SDM, entah mesin, entah Regulasi, entah pasar, entah budaya, entah perang, entah penyakit dll penyebabnya, sehingga fenomena misunderstanding terus berlanjut sampai generasi cucu dan cicit manusia. Walau prospek bisnis misunderstanding terlihat luas, akan tetapi lembaga misunderstanding servis masih belum banyak dibuat orang.

Masalahnya misunderstanding bisa lama atau cepat selesai. Seperti ketika kakek lupa kacamata, dia berkali kali bertanya dan marah pada cucunya sampai lebih dari seminggu, padahal dia kan yang nyimpan di atas lemari baju :-). Kalau suami marah lebih dari satu minggu kepada istri tentulah akan dianjurkan membuat surat talak bagi yang beragama Islam, apalagi kalau lebih dari satu bulan tidak memberikan nafkah.... talak dua istilahnya. Bagaimana jika itu terjadi pada lembaga publik servis seperti perbankan yang dulu ramai rami kena rush...

Kemarahan pun bisa terjadi karena kekurangan pemahaman soal server, pernah suatu ketika saya bermusuhan dengan orang karena saya tidak dapat meluluskan permintaannya IP dg nomor hoki yaitu 999.999.999.999. Walau saya berkali kali sudah minta maaf saya bukan pengikut kebatinan, tetapi setelah saya sampaikan penjelasan keterbatasan IP address yang ada malah menjadikan misunderstanding. Mungkin ada pemberi servis web hosting diminta mendaftarkan domain nonok.web.id, untung saya berbekal kamus bahasa daerah Sumatra Selatan, saya katakan kata itu sebaiknya diubah pak agar tidak mengandung arti tak senonoh. Dia kebingungan karena saya pun mengucapkan kata yang hampir mirip dg yang diusulkannya. Dan itu nama dia sendiri yang sudah diselamati dengan bubur merah putih.

Ketika saya tahu begitu bodohnya server yang tidak dapat menampilkan web site dengan domain yang sama, maka malahan saya menjadi dibodoh bodohi orang karena tidak dapat memberikan dia domain yang sama dengan punya orang..... yang bodoh saya atau orang itu..... kalau menurut software Apache, saya tidak bodoh, entah menurut software Java. Mungkin software java barangkali memilik fasilitas aliasing yang lebih canggih seperti IPv6 yang dapat mengakomodasi sekian miliar manusia di bumi.

Persoalan semakin ramai ketika Dinas Pajak menanyakan kepada saya ketika saya berlaku sebagai web hosting service. Apakah anda dapat membantu kami menyebutkan identitas perusahaan anu, karena kami lihat situs webnya, karena dia belum membaya pajak .... saya hanya dapat mengurut dada, betapa sulitnya bisnis Internet disini, sejak awal sudah dimaki user, semakin hari semakin dihimpit misunderstanding. Belum lagi bandwith semakin tinggi seperti layang layang yang ditiup angin, disini rupanya angin yang membawa bandwith itu adalah kurs dollar....

Karena sering terhimpit misunderstanding maka saya lebih menyukai olah raga alam bebas, daki gunung dan cross country atau outing. Koridor alam jauh masih dapat diterima oleh manusia dimana saja jika dibandingkan dengan koridor buatan manusia yang cepat membosankan dan cepat kadaluarsa dimakan usia.

Salam,
-marno-


Kirim email ke