Sebelumnya maaf Pak Budi, usulan berikut gak bermaksud membuat Pak Budi
harus 'turun tangan' lagi. Cukup lah dedikasi Pak Budi dulunya akan
tetap terkenang apa adanya (lha, sejarah masak mau di-uthak-athik).
Entar kalo diceritain, dikirain saya 'ngebela Pak Budi'. Padahal, emang
iya sih ... :-)

Sudah masuk sepekan sejak awal September 2005, pengelolaan domain .ID
mulai menampakkan 'ketidakjelasannya'. Dulu, yang berkoar-koar
'mengatasnamakan publik', gak jelas juntrungannya sekarang ini. 

Saya setuju akan satu prinsip, saat Pak Budi 'ditekan' untuk menyerahkan
kendali pengelolaan domain .ID, Pak Budi menyerahkannya ke Menkominfo,
bukannya ke APJII, ataupun Yayasan IDNIC. Lucu tho, masak ngasi
pengelolaan ke badan yang belum jelas adanya, itu Yayasan IDNIC. Belum
terbentuk tho sekarang ini? Lha, udah di-'pepet', masak ngasi ke yang
'gak jelas komitmen' sosial-nya. Mending ngasi ke Pemerintah kan?
Efek yang sekarang ada, status pengelolaan domain .ID jadinya ngambang,
ya tepatnya ditujukan ke pihak2 yang udah 'ngotot' mau ngambil
pengelolaan domain .ID tadinya.

Sekedar usulan, agar pengelolaan domain .ID jadi jalan lagi.

Gimana, kalau tim Pak Budi yang ada tadinya, per akhir Agustus 2005,
jalan lagi sekarang ini. Nama tetap pake ccTLD-ID. Mosok setiap ganti
kebijakan ganti nama? Adanya usulan pengelolaan domain .ID, yang
di'ribut'kan dulunya, dari perorangan ke lembaga, ya dilakoni sambil
jalan aja. Kalau sekarang Pak Budi sudah 'lengser' dan menyerahkan ke
pihak Menkominfo, ya gak apa2. Mohon dari pihak Kominfo yang dapat
menyerahkan teknis operasi pengelolaan domain .ID kepada tim ccTLD-ID.
Jadi, tim yang ada tetap bisa jalan apa adanya. So, Menkominfo bertindak
sebagai regulator, bukan operator. Operator-nya tetap di ccTLD-ID. Cuma,
gimana caranya, saya yang awam 'politik' ini gak ngerti sama sekali.
Moga2 bisa ya Pak.

Pemerintah seharusnya bertindak sebagai regulator, bukannya operator.
Jadi, tidak akan timbul 'konflik kepentingan' di belakang hari.

Usulan untuk milis ccTLD.
Biarlah milis ini tetap hidup, dan digunakan untuk membicarakan masalah2
yang berkaitan dengan domain .ID
Pengelola domain .ID boleh ganti, tapi milis-nya tetap hidup. Karena,
arsip milis ini sudah terekam di mail-archive.com, jadi kan enak, ada
copy-an-nya bagi yang mau mempelajari sejarah domain .ID kita ini.
Juga, biarlah milis ini gak terlalu mudah dikontrol. Maksudnya, kalo2
ada yang gak setuju dengan kebijakan domain .ID, ya teriak2 aja di milis
ini, tanpa takut di'tendang' atau di'keluar'kan dari milis. Makanya
selama 5 tahun lebih saya jadi anggota milis ini, milis ini termasuk
yang 'open mind' banget. Dan kebijakan domain .ID juga diambilkan dari
urun rembug di milis ini. Coba, kalo yang laennya ngikutin cara seperti
ini, kan enak tuh. Gak bakalan ada yang maen 'lempar batu sembunyi
tangan' ... :-) 

Usulan untuk APJII (maaf saya nulisnya di milis ini aja, gak ngikut dan
ngirim di milis-nya APJII, entar kena 'sensor', maaf ya udah
ber-su'udzon duluan):
Kalo ngeliat dari singkatannya, Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia, dan setelah ngebaca AD/ART APJII periode 2005-2008 (maaf,
kalo mbacanya gak komplit), APJII hanya terdiri dari usahawan yang
bergerak dan menyediakan koneksi internet. Untuk perusahaan web hosting
gak termasuk di dalamnya, meskipun sama2 termasuk penyedia jasa internet
(mentok ama bunyi Pasal 5 ayat 2 AD dan Pasal 4 ayat 1 ART). Itu satu.

Terus, kalo ngeliat bunyi Pasal 2 ayat 3 "APJII tidak berpolitik...",
apa kasus yang sekarang menimpa dunia domain .ID gak ada korelasinya?
Aneh tho? Kalo tulisannya "APJII tidak ikut di dalam partai politik...",
mungkin baru cocok. Itu dua.

Terus, ngebaca MISI APJII di Pasal 3 ayat 1a "Mendukung pengembangan
internet di Indonesia" dan TUJUAN APJII di Pasal 3 ayat 2b
"Memasyarakatkan internet ...", apakah tarif murah untuk koneksi ke
internet tidak termasuk ke dalam MISI dan TUJUAN tersebut? Kalo iya,
mana realisasinya sejak APJII terbentuk tahun 1996 lalu? (eh, benar gak
sih tahunnya?)

Sampe sekarang tarif koneksi internet di Indonesia sangat mencekik :-(
Dibandingkan negara tetangga, kita udah kalah. Mau pake dedicated
connection dari rumah (bukan kantor lho), cuma ada 3 pilihan, wireless,
cable modem ama ADSL (ada yang lain lagi kah?). 
ADSL dimonopoli ama Telkom :-( Udah gitu, tarif flat rate-nya mencekik
untuk ukuran kantong pribadi. Ambil paket murah, eh, dikasi meteran
bandwidth yang gak jelas 'transparansi' perhitungannya.
Cable modem gak ada di setiap tempat :-(
Wireless juga sama, terbatas cakupan areanya.
So, cuma tinggal dial up aja pilihannya. Eh, udah gitu, masih kena pulsa
telpon lagi kalo make internet. :-(
Internet via kabel listrik, dari Icon+ (nek gak salah nyebut), gak jelas
kapan operasional-nya. Dengar2 isu, katanya mentok kena hadang ama
pemain kuat dunia telekomunikasi. 
Kapan ya, di Indonesia ada ADSL flat rate per bulan 250 rb unlimited?

Nah, sekarang TOLONG APJII mengusahakan tuh anggota2nya buat tarif murah
untuk koneksi ke internet. Itu dulu deh, agar MISI dan TUJUAN-nya APJII
di dalam AD dan ART-nya bisa tercapai. Entar omdo doang kalo gak.
Setelah itu kelar, baru deh kalo mau 'ribut' ngurusin masalah domain .ID
Ini satu PR aja belum kelar, udah mau 'ngeraup' yang laennya. Jangan
'rakus' dong.

Maaf, kalo isi email terlalu panjang dan 'curhat' jadinya.
Nuwun,

Budhi S.

Kirim email ke