Refleksi: Usulan simpatik! Tentu para koruptor dan calon koruptor mau berpuasa korupsi, karena puasa bagi mereka seperti berlibur dari pekerjaan selama 30 hari. Habis puasa sikat lagi. Kantong duit selalu tidak berkekurangan isinya.
http://www.indopos.co.id/index.php?act=cetak&id=4 Kamis, 20 Sept 2007, Mari Berpuasa Korupsi Negeri ini hingga kini masih terlanda banyak tindak pidana korupsi. Dan, sampai kini hal tersebut kok susah diberantas. Kasus-kasus kecil dan besar, baik yang pakai trik maupun yang memakai hadiah selalu ada bumbu korupsinya. Kita sampai bingung. Padahal, UU Pemberantasan Korupsi sudah kita miliki, lembaga KPK kita punya, aparat penegak hukum banyak, dan polisi penyidik pun kita punya. Lembaga tertinggi MA yang kini sudah mendapatkan tunjangan kinerja sampai 300 persen juga kita punya. Mengapa kok korupsi kian menggurita? Masyarakat Indonesia mayoritas beragama, namun korupsi jalan terus. Apa sebabnya. Mengapa itu selalu jadi topik pemberitaan di berbagai media cetak dan elektronik. Apakah negeri ini pantas disebut negeri koruptor? Dalam suasana Ramadan ini, mari kita, para pejabat, pemimpin negara, anggota dewan, anggota partai, pendidik, dan tokoh agama atau mereka yang mengaku beragama melakukan puasa korupsi. Mungkin, itu bisa dijadikan gerakan nasional, dimulai dengan keteladanan pemimpin negeri hingga ke rakyat jelata. Dampak puasa korupsi diharapkan bisa terlihat nyata setelah Ramadan berlalu. Mudah-mudahan negeri ini bebas korupsi. Mungkinkah? WISNU WIDJAJA, Jl Sindoro I No 16 Kalibuntu, Panggung, Tegal