http://hariansib.com/2007/10/18/komitmen-pada-penanggulangan-kemiskinan/

Okt 18
Komitmen Pada Penanggulangan Kemiskinan
Tajuk Rencana 
Oleh dunia internasional telah ditetapkan bahwa setiap tanggal 17 Oktober 
adalah hari penanggulangan kemiskinan. Penetapan tersebut setidaknya merupakan 
bahagian dari penegasan komitmen dunia internasional untuk mengatasi masalah 
kemiskinan yang semakin meresahkan. Kemiskinan dianggap sebagai bom waktu yang 
jika tidak segera diatasi, akan sangat rentan dalam menimbulkan segudang 
permasalahan lanjutan.
Bagi Bangsa Indonesia, masalah kemiskinan juga menjadi salah satu permasalahan 
besar yang dihadapi bangsa ini dari waktu ke waktu. Persoalan kemiskinan 
menjadi problema pelik dan serius dalam sejarah republik. Sejarah bangsa ini 
adalah bahagiannya diisi dengan upaya-upaya untuk mengatasi kemiskinan 
tersebut. Dalam beberapa waktu yang lalu, kemiskinan menjadi "simbol" republik 
ini. Hal ini tercermin dari banyaknya wilayah republik yang dihiasi oleh peta 
kemiskinan. Banyak terdapat desa-desa tertinggal.

Bahkan kini, bukan hanya desa lagi yang tertinggal, tetapi sudah daerah. Fakta 
semacam inilah yang barangkali menjadi dasar pikiran pemerintah sehingga 
dibentuk kementerian percepatan pembangunan daerah-daerah tertinggal.
Akan tetapi dalam seiring dengan perjalanan waktu, kemiskinan tetap menjadi 
borok bangsa ini. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda masalah kemiskinan dan 
pengangguran teratasi, meski pemerintah telah menunjukkan kesungguhannya dalam 
membangun kebijakan ekonomi makro layak dicermati. Memang, kebijakan ekonomi 
makro amat penting dalam membangun kemantapan ekonomi negara, khususnya dalam 
menjaga keberlangsungan pembangunan ekonomi. Akan tetapi, hal itu ternyata 
kurang membawa kemaksimalan dalam mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan 
tingkat pengangguran.
Kemiskinan memang sebuah simbol yang tentunya sangat memalukan. Kalau kita mau 
jujur, justru dengan kemiskinan diri sendiri, berbagai macam problema baru 
datang bermunculan. Katakanlah banyaknya praktek perjudian, penyeludupan, 
prositusi dan berbagai tindakan anarkhis lainnya. Kesemuanya itu menjadi beban 
baru yang harus ditanggung republik ini.


Jika dilihat dari segi kuantitatif, data tentang kemiskinan juga penuh dengan 
teka-teki. Tidak ada keseragaman. Parameter yang digunakan juga amat 
bervariasi. Akan tetapi, satu fakta yang jelas dari gambaran rill terlihat 
bahwa kemiskinan terpampang dengan amat jelas di hadapan kita.


Beberapa waktu yang lalu. Bank Dunia mengeluarkan data terbaru perihal 
kemiskinan kita. Banyak pihak terkejut dengan pernyataan ini. Tak dapat kita 
bayangkan, sebagaimana diungkapkan oleh Bank Dunia, bahwa lebih dari 110 juta 
jiwa penduduk Indonesia tergolong miskin. Suatu jumlah yang amat fantastis. 
Hampir separoh penduduk Indonesia. Hal ini tak pernah kita duga sebelumnya. 
Bahkan jika dibanding dengan negara-negara tetangga, jumlah penduduk miskin itu 
setara dengan gabungan dari jumlah penduduk-penduduk miskin di Malaysia, 
Vietnam, dan Kamboja. Sehingga dengan demikian, sebahagian besar penduduk 
miskin di Asia Tenggara, berada di Indonesia.


Sayangnya, indikator atau standar yang dipakai oleh Bank Dunia sesungguhnya 
tidak terlalu tinggi. Tetapi itupun tidak dapat kita capai. Misalnya, seseorang 
disebut miskin karena dia hidup dengan penghasilan di bawah 2 dollar AS atau 
Rp18.310 per hari. Suatu angka yang tentunya tidak terlalu tinggi bagi manusia 
produktif. Itu artinya, ada banyak manusia di Indonesia yang masih usia 
produktif tetapi tidak dapat berproduksi secara aktif dan wajar.


Dalam kondisi masyarakat yang serba miskin tersebut, pemerintah justru 
mengeluarkan kebijakan yang semakin menambah beban bagi masyarakat. Jika kita 
lebih jeli melihat di sinilah anomali muncul. Karena itu, hal ini perlu menjadi 
bahan refleksi kita bersama. Bertahun-tahun lamanya kita melakukan program 
dengan segudang cara dan bentuk kegiatan, tetapi hasilnya tetap tak memuaskan.


Karena itu, satu hal yang mendesak untuk segera dilakukan oleh pemerintah 
adalah menegaskan kembali komitmen pada pemberantasan kemiskinan. Jika dunia 
internasional sudah menegaskan komitmennya melalui Program Pembangunan 
Millennium (MDG's) yang berintikan perang terhadap kemiskinan, maka seharusnya 
pemerintah lebih giat lagi. (*)

Kirim email ke