kompas
Kamis, 08 November 2007

 
Selamat Jalan Pemimpin Tua 


M Fadjroel Rachman 

The sunset generation! Mereka adalah generasi pertama kepemimpinan nasional 
pascareformasi. Hampir 10 tahun terakhir (1998-2007) mereka malang melintang di 
tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, serta segala bidang politik dan 
nonpolitik. 

Di bidang politik nasional dan lokal, kita mengenal Susilo Bambang Yudhoyono 
(58), Jusuf Kalla (65), BJ Habibie (71), Megawati Soekarnoputri (60), 
Abdurrahman Wahid (67), Amien Rais (63), Akbar Tandjung (62), Wiranto (60), 
Sutiyoso (63), Sri Sultan Hamengku Buwono X (61), dan pemimpin segenerasinya. 

Artinya, pada Pemilu 2009 the sunset generation sudah berusia 60 tahun atau 
lebih, usia sosial dan politik yang pantas untuk mengundurkan diri, seperti 
Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Tony Blair menjabat pada usia 44 tahun 
(1997) dan mundur pada usia 54 tahun (2007). Presiden AS Bill Clinton menjabat 
pada usia 47 tahun (1993) dan berakhir pada usia 55 tahun (2001). 

Ironisnya, RI, pada generasi pertama kepemimpinan nasional pascaproklamasi, 
dipenuhi para pemimpin muda, energik, dan progresif. Sebut Presiden Soekarno 
(44), Wapres Mohammad Hatta (43), dan 10 perdana menteri, yaitu Sutan Sjahrir 
(36), Amir Sjarifoeddin (40), Mohammad Hatta (46), Abdul Halim (39), Muhammad 
Natsir (42), Sukiman Wirjosandjojo (53), Wilopo (44), Ali Sastroamidjojo (50), 
Burhanuddin Harahap (38), dan Djuanda Kartawidjaja (46). Mereka lebih muda 
daripada Komite Bangkit Indonesia (KBI) seperti Rizal Ramli (54) dan Taufik 
Kiemas (65). Jadi KBI tidaklah lain the sunset generation juga. 

Sayang proses regenerasi kepemimpinan nasional itu dirusak rezim Soeharto-Orde 
Baru. Tiga dekade lebih. Jenderal Besar (Purn) Soeharto merampas hak atas 
kepemimpinan nasional. Apakah the sunset generation harus mengulangi perampasan 
hak atas kepemimpinan nasional serupa Soeharto-Orde Baru? Tentu tidak. Apabila 
mereka negarawan, saatnya bagi Jusuf Kalla yang berambisi untuk mengundurkan 
diri. Your time is over! 

Krisis 2009, prospek 2014 

The rising generation atau generasi kedua kepemimpinan nasional pascareformasi 
kini sudah ada pada lapisan kedua di semua bidang dan wilayah Indonesia. 
Mengapa hanya terjadi kemacetan di wilayah politik, di level kepemimpinan 
nasional? 

Pertama, Soeharto-Orde Baru merampas dan mematikan hak serta proses regenerasi 
kepemimpinan nasional; 

Kedua, praktik feodalistis membiak di semua partai politik (parpol); 

Ketiga, psikologisme ketakutan pada pemimpin muda parpol untuk berbeda prinsip 
dengan pemimpin tua parpol; 

Keempat, sikap "tak tahu diri" para pemimpin tua parpol serta oligarki pemimpin 
tua parpol, padahal hanya kegagalan yang mereka hasilkan bagi parpol ataupun 
bagi rakyat. 

Tahun 2009 mendatang adalah tahun amat krusial bagi the rising generation. 
Mengapa kampanye merebut kepemimpinan nasional dimulai tahun 2007? 

Jawabannya, tidak lain adalah karena, pertama, menegaskan kehadiran generasi 
kedua kepemimpinan nasional pascareformasi atau the rising generation. 

Kedua, mendorong motivasi baru agar berprestasi lebih baik daripada the sunset 
generation. 

Ketiga, menyiapkan diri menghadapi friksi keras (perebutan, konflik, negosiasi, 
dan lainnya) pada tahun 2009 untuk mencapai konsensus win-win solution, 
cukupkah 85 persen kepemimpinan nasional untuk the rising generation dan 15 
persen untuk the sunset generation? 

Keempat, menyiapkan diri untuk mengambil alih 100 persen kepemimpinan nasional 
pada tahun 2014, di semua level (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota) dan di 
semua bidang, tanpa kecuali. 

Kelima, menyiapkan kerja sama pemimpin muda nonparpol dan parpol untuk 
amandemen presiden-wakil presiden dan legislatif (DPR/DPD) serta persyaratan 
mudah pilkada, 1-3 persen tanpa deposit untuk calon perseorangan. 

Pemimpin muda 

Apakah jalan yang akan ditempuh pemimpin muda demokratis dan progresif ini? 
Jalan Republik! Itulah jalan yang dirintis bapak dan ibu pendiri Republik 
Indonesia. Terang dan jelas, cita-cita luhur dan misi itu termaktub pada 
Pembukaan UUD 1945. Jalan Republik berbunyi, "melindungi segenap bangsa 
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan 
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia 
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial". 

Tugas pemimpin muda sudah di depan mata, cepat atau lambat tak bisa dihindari. 
Menyelamatkan Indonesia dari penyelewengan cita-citanya sepanjang 10 tahun 
reformasi oleh pemimpin tua reaksioner, konservatif, dan antidemokrasi. Nasib 
republik ada di pundak pemimpin muda demokratis-progresif, dengan kesadaran 
sepenuh Bung Karno, "Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia." 

Indonesia akan kembali ke Jalan Republik seperti cita-cita kemerdekaan 
Indonesia di tangan para pemimpin mudanya, dan akan mengguncang dunia! 

M Fadjroel Rachman Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan 
(Pedoman Indonesia

Reply via email to