Refleksi: Banyak anak itu katanya berkat surgawi, tetapi keanehannya ialah 
bertambah bertambah pula beban hidup bagi kebanyak keluarga teristimewa yang 
berpendapatan rendah atau miskin. Bagaimana kekuasaan surgawi bisa meringankan 
beban hidup keluarga berpendapatan rendah atau miskin?

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/29/01205258/penduduk.makin.banyak.beban.bertambah


Penduduk Makin Banyak, Beban Bertambah
Selasa, 29 Juli 2008 | 01:20 WIB 

Jakarta, Kompas - Indonesia mesti mewaspadai ancaman baby booming tahap kedua. 
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan pada tahun 2025 penduduk 
Indonesia akan berjumlah 273,6 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar ini akan 
mengakibatkan biaya kesehatan menjadi beban.

"Kita harus berupaya agar penduduk jangan berkembang cepat karena biaya 
kesehatan makin besar," kata Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat 
Indonesia Adang Bachtiar di Jakarta, Senin (28/7).

Dia memaparkan, pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat mendorong destabilisasi 
berbagai sistem termasuk sistem kesehatan. Jumlah penduduk berkorelasi positif 
dengan pembiayaan kesehatan terutama karena proporsi kemiskinan semakin besar.

"Apalagi kebijakan kesehatan di Indonesia itu menunggu orang sakit. Itu jelas 
lebih mahal ongkosnya dan ini sudah terbukti. Di negara lain sudah terbukti 
pula bahwa upaya promotif dan preventif lebih murah," kata Adang.

Oleh karena itu, upaya kesehatan masyarakat yang komprehensif harus 
diprioritaskan sehingga bukan saja masyarakat akan mampu memproteksi dirinya, 
tetapi juga terkapasitasi (mampu melaksanakan atau menjaga kesehatan dirinya), 
kesehatan keluarganya, dan kesehatan di lingkungan terkecil, seperti RT/RW.

Ia menambahkan, komponen biaya kesehatan terdiri dari upaya promotif, 
preventif, kuratif, dan rehabilitatif, semakin tak mampu ditangani bila 
orientasi promotif- preventif (primary health care) tak mendapat perhatian 
cukup.

"Upaya kapasitasi individu-kelompok-masyarakat dalam menolong diri sendiri 
untuk kesehatannya dan pemberdayaan, yaitu mendorong social capital untuk 
kepentingan kesehatan masyarakat sangat perlu dilakukan," kata Adang.

Ledakan penduduk akhirnya menjadi beban jika penduduk Indonesia tidak 
berkualitas. Ketua Koalisi Kependudukan dan Pembangunan Drajat menyatakan, 
kualitas penduduk Indonesia saat ini relatif rendah. Hal ini ditandai dengan 
angka kematian bayi yang masih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di 
Asia Tenggara (Asean) masih buruknya kondisi kesehatan ibu hamil dan 
melahirkan, dan masih rendahnya tingkat pendidikan.

Pada tahun 2000, sekitar 34,56 persen penduduk usia 10 tahun ke atas tidak atau 
belum tamat sekolah dasar. Hanya sekitar 18,7 persen penduduk usia 10 tahun ke 
atas menamatkan SLTA ke atas, dan hanya 1,7 persen dari mereka tamat pendidikan 
tinggi.

Ini menunjukkan komposisi pendidikan di Indonesia belum bisa menjadikan 
penduduk sebagai aset andal bagi pembangunan ekonomi. (LOK)

Reply via email to