wah kalo gitu mang Dipo dah item ya .... trus keriting juga ga mang ..... gubraakkkkkk .. kabur ah ... nti dikejar ...........
--- On Mon, 8/25/08, mang dipo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: mang dipo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: CiKEAS> “I cried for my brother six times” ++mas Adiet++vonvon To: CIKEAS@yahoogroups.com Date: Monday, August 25, 2008, 11:34 PM Mas Adit, Saat ini posisi dimana? Ivonne ngeledekin saya yah! Apa lum tahu klo cowok item itu lagi ngetrend di kota besar terutama di jawa? Hmmm.. Ku beri tahu yang klo cowok yang kulitnya item lagi dicari sama cewek2 yang muda2 loh! --- On Mon, 8/25/08, vonny vitawati <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: vonny vitawati <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: CiKEAS> “I cried for my brother six times” ++mas Adiet++vonvon To: [EMAIL PROTECTED] com Date: Monday, August 25, 2008, 11:51 AM haloo lg mas Adiet, Wah jauh donk mas .... Irian ya ..? enak ga disana mas .. ktnya panas ya ... ? iya dah aku doain aja seneng disana ya .. aku selalu kirim oleh2 dr facebook .. bis temennya itu lagi itu lagi heheheh jgn bosan ya mas .. ga ketemuan ama mang Dipo ..? Aku tunggu ya cepet balik lg ... nti bisa item disana lama2 ... rgds ivonne --- On Mon, 8/25/08, Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: CiKEAS> “I cried for my brother six times” ++mas Adiet++vonvon To: [EMAIL PROTECTED] com Date: Monday, August 25, 2008, 1:33 AM :) halo ivonne.. semoga baik2 saja.. aku lagi nguli di pulau yg sama dgn mang dipo.. sesekali ngecek email kalo ada kesempatan.. . tapi jarang :((.. selamat beraktivitas. . -adit- 2008/8/25 vonny vitawati <[EMAIL PROTECTED] com>: > > So pls yg paham ... mo sharing ya mas Adiet > > > --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: > > From: Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED] com> > Subject: Re: CiKEAS> "I cried for my brother six times" ++mas Adiet++vonvon > To: [EMAIL PROTECTED] com > Date: Thursday, August 21, 2008, 11:03 PM > > iya mas.. sepertinya ada yg kurang soal indikator pembangunan kita.. > nggak cuma berapa jumlah gedung yg dibangun... nggak cuma berapa > jalan, jembatan, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya, nggak cuma > pendapatan perkapita saja... dsb.. tapi juga > tingkat kejujuran > orang2... integritas para pejabat.. kasih sayang dalam masyarakat.. . > hmm.. tetapi membuat indikator kualitatif itu sangat sulit.. kita > masih kedodoran dalam hal2 fisik tersebut.. saya kira akan saling > mendukung... ada yg paham masalah ini...? > > thanks > -adit- > > 2008/8/21 Zenzi Aekido <zenzi_anggrekbkl@ yahoo.co. id>: >> Peradaban Di kampung yang begitu mengesankan. .., semua kampung begitu > damai, >> tentram, nyaman dan indah,,,, sayang sekali kita menjadikan indikator > sebuah >> pembangunan adalah jika kampung kampung berubah jadi kota. >> pagar pagar bambu menjadi tembok beton yg menjulang plus kawat berduri,... >> Pembangunan apa sich..? >> benarkah menghadirkan sesuatu yang belum ada itu merupakan pembangunan? >> haruskah perubahan fisik menadi prasyarat untuk dapat dikatan pembangunan? >> --- Pada Kam, 21/8/08, vonny vitawati <[EMAIL PROTECTED] com> > menulis: >> >> Dari: vonny vitawati <[EMAIL PROTECTED] com> >> Topik: Re: CiKEAS> "I cried for my brother six times" ++mas > Adiet >> Kepada: [EMAIL PROTECTED] com >> Tanggal: Kamis, 21 Agustus, 2008, 6:20 PM >> >> >> Amien ..... >> >> >> --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: >> >> From: Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED] com> >> Subject: Re: CiKEAS> "I cried for my brother six times" ( dr > milis tetangga >> ) >> To: [EMAIL PROTECTED] com >> Date: Thursday, August 21, 2008, 3:43 AM >> >> iya >> ivonne... cinta yg tulus.... begitu mulia.... >> oh Tuhan... semoga cinta yg tulus... membawa bangsaku menjadi manusia >> yg >> berkemanusiaan. . >> >> salam >> -adit- >> >> >> 2008/8/21 vonny vitawati <[EMAIL PROTECTED] > com>: >>> >>> >>> -Note. : cerita ini udah aku baca ber kali2 .. tp tetep aja klo baca > lagi >>> aku nangis . >>> >>> >>> Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari > demi >>> hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka >>> menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda >>> dariku. >>> >>> Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis > di >>> sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh sen dari > laci >>> ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku > berlutut >> di >>> depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. >>> >>> "Siapa >> yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, >> terlalu takut >>> untuk berbicara. Ayah tidak mendengar > siapa pun >> mengaku, jadi Beliau >>> mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak >> dipukul!" >>> >>> Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku >>> mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya! >> " Tongkat >>> panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu > marahnya >>> sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. >>> Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, >> "Kamu >>> sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang >> akan >>> kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! > Kamu >>> pencuri tidak tahu malu!" >>> >>> Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya > penuh >>> dengan luka, tetapi ia >> tidak menitikkan air > mata setetes pun. Di >> pertengahan >>> malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku >> menutup >>> mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis >> lagi >>> sekarang. Semuanya sudah terjadi." >>> >>> Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup > keberanian >>> untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut >> masih >>> kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang > adikku >>> ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia > 11. >>> >>> Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk > masuk >> ke >>> SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk > ke >>> sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, >>> menghisap rokok tembakaunya, > bungkus demi bungkus. >>> >>> Saya mendengarnya memberengut, >> "Kedua anak kita memberikan hasil yang >> begitu >>> baik…hasil yang begitu baik…" Ibu mengusap air matanya yang >> mengalir >> dan >>> menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa > membiayai >> keduanya >>> sekaligus?" Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah > dan >>> berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah > cukup >> membaca >>> banyak buku." >>> >>> yah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. > "Mengapa >> kau >>> mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya >> mesti >>> mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai >> selesai!" Dan >>> begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam > uang. >>> Aku > menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang >>> membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan >>> sekolahnya, kkalau tidak ia tidak akan >> pernah meninggalkan jurang >> kemiskinan >>> ini." >>> >>> Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan >> ke >>> universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, > adikku >>> meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit > kacang >>> yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan > meninggalkan >>> secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas > tidaklah >> mudah. >>> Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang." >>> >>> Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis > dengan >> air >>> mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, > adikku berusia 17 > tahun. >>> Aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan > uang >>> yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi >>> konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . >>> >>> Suatu >> hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk >> dan >>> memberitahukan, " Ada seorang ppenduduk dusun >> menunggumu di luar sana >> !" >>> Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan >>> melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen > dan >>> pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman >> sekamarku >>> kamu adalah adikku?" >>> >>> Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang > akan >> mereka >>> pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa > mereka tidak akan >>> menertawakanmu? " Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi > mataku. >> Aku >>> menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam >>> kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah > adikku >> apa >>> pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. " >>> >>> Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah >> jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia >>> memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat > semua >> gadis >>> kota >> memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku >> tidak >>> dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam > pelukanku >>> dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23. >>> >>> Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah > telah >>> diganti, dan kelihatan > bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, > aku >>> menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu >> menghabiskan >>> begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi > katanya, >> sambil >>> tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk >>> membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia >>> terluka ketika memasang kaca jendela baru itu." >>> >>> Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat >> mukanya yang kurus, >> seratus >>> jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan >>> mebalut lukanya. >> "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. >> "Tidak, tidak >>> sakit.. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu >>> berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku >> bekerja >>> dan…" Ditengah > kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku >>> memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun > itu, >>> adikku 23, Aku berusia 26. >>> >>> Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku >>> mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi >> mereka >>> tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka >> tidak >>> akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, > mengatakan, >>> "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah >> di >> sini." >>> >>> Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku > mendapatkan >>> pekerjaan sebagai manajer pada >> departemen pemeliharaan. Tetapi adikku >>> menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai > pekerja >>> reparasi. Suatu hari, adikku > diatas sebuah tangga untuk memperbaiki > sebuah >>> kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. >>> >>> Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, > saya >>> menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak > akan >> pernah >>> harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu > sekarang, >>> luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami >> sebelumnya?" >>> >>> Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. >> "Pikirkan >>> kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak >> berpendidikan. >>> Jika >> saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan >>> dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian >> keluar >> kata-kataku >>> yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang > pendidikan juga karena >> aku!" >>> >>> "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam > tanganku. >> Tahun itu, ia >>> berusia 26 dan aku 29. >>> >>> Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani > dari >>> dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu > bertanya >>> kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" > Tanpa >> bahkan >>> berpikir ia menjawab, "Kakakku." >>> >>> Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan > tidak >>> dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada > dusun >> yang >>> berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk > pergi >>> ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya >> kehilangan satu dari >> sarung >>> tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. > Ia hanya memakai > satu >>> saja dan >> berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu >>> gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat > memegang >>> sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, > saya >>> akan menjaga kakakku dan baik kepadanya." >>> >>> Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan > perhatiannya >>> kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam >> hidupku, >>> orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam >> kesempatan >>> yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata >>> bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. >>> >>> Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times" >>> >>> rgds >>> >>> ivonne >>> >>> ____________ > _________ >> _________ __ >>> >>> >> >> >> ------------ --------- --------- ------ >> >> ____________ _________ _________ _________ _________ _________ ________ >> >> www.kpk.go.id ||| [EMAIL PROTECTED] go.id >> ____________ _________ _________ _________ _________ _________ ________ >> >> (^_^) ~ Bila Kejagung sudah menyerah, mengapa harus KPK ~ (^_^) >> >> >> >> >> >> Yahoo! Groups Links >> >> >> com >> >> >> >> >> ____________ _________ _________ __ >> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru >> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan >> @rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain! >> > > ------------ --------- --------- ------ > > ____________ _________ _________ _________ _________ _________ ________ > > www.kpk.go.id ||| [EMAIL PROTECTED] go.id > > ____________ _________ _________ _________ _________ _________ ________ > > (^_^) ~ Bila Kejagung sudah menyerah, mengapa harus KPK ~ (^_^) > > > > > > Yahoo! Groups Links > > > > http://docs. yahoo.com/ info/terms/ > > > ------------ --------- --------- ------ ____________ _________ _________ _________ _________ _________ ________ www.kpk.go.id ||| [EMAIL PROTECTED] go.id ____________ _________ _________ _________ _________ _________ ________ (^_^) ~ Bila Kejagung sudah menyerah, mengapa harus KPK ~ (^_^) Yahoo! Groups Links (Yahoo! ID required)