Refleksi: Bersaing dalam  tingkat global bidang apa? Untuk bersihkan sungai 
Citarum saja harus pinjam duit.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=215921


KRISIS GLOBAL
Wapres: Ekonomi Nasional Akan Terus Membaik 


SILAKNAS ICMI - Wakil Presiden Jusuf Kalla memukul bedug menandai dibukanya 
Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia 
(ICMI) 2008, didampingi Ketua Presidium ICMI Hatta Rajasa (ketiga dari kiri), 
Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI M Nuh (kedua dari kiri), Ketua Dewan Penasihat 
ICMI Jimly Asshiddiqie (kiri), dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin 
(keempat dari kiri), di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (12/12), Silaknas 
ICMI akan berlangsung hingga 14 Desember 2008 mendatang. (Ant/Fanny Octavianus) 
Sabtu, 13 Desember 2008


JAKARTA (Suara Karya): Meski terjadi krisis keuangan global, pertumbuhan 
ekonomi nasional terus membaik. Atas dasar itu pula, pada tahun 2011 Indonesia 
dimungkinkan mampu bersaing di tingkat global, khususnya di Asia. 

"Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sekitar enam persen, sementara 
tahun 2011 diperkirakan delapan persen," kata Wapres Jusuf Kalla ketika membuka 
Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia 
(ICMI), di Palembang, Jumat. 

Dalam acara tersebut hadir Mensesneg Hatta Rajasa yang juga Ketua Presidium 
ICMI Pusat, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menkominfo Muhammad Nuh, serta Menpera 
Yusuf Asy'ari dan jajaran pengurus ICMI Pusat. 

Menurut Wapres, walaupun krisis keuangan global tengah melanda dunia, ekonomi 
nasional akan terus tumbuh. Untuk itu, pemerintah akan terus membangun berbagai 
infrastruktur. Dengan itu pula, dalam waktu dekat Indonesia mampu tampil 
sebagai salah satu negara terdepan di Asia. 

"Apalagi penjualan produk ekspor kita di tengah krisis kapitalisme sekarang ini 
dalam kondisi baik. Begitu pula cadangan devisa negara juga masih cukup tinggi, 
serta tingkat keamanan tetap terbaik di Asia," ujar Wapres. Dia menambahkan, 
pertumbuhan ekonomi nasional yang tetap baik jelas berdampak menurunkan angka 
kemiskinan. 

Wapres menekankan, krisis kapitalisme yang sedang melanda negara maju, terutama 
Amerika Serikat (AS), hanya berdampak negatif terhadap negara-negara yang 
memiliki budaya konsumtif tinggi. Itu bisa dipahami karena biasanya negara 
kapitalis amat bergantung pada kredit atau pinjaman. 

Ketika lembaga yang memfasilitasi pinjaman mengalami kemacetan dan bangkrut, 
otomatis itu berdampak terhadap semua lini ekonomi negara bersangkutan. Apalagi 
salah satu modal untuk mendapatkan kredit adalah kepercayaan, sehingga ketika 
faktor tersebut memudar, maka penyaluran kredit pun jadi seret. 

Bagi Indonesia sendiri, Wapres yakin bahwa krisis keuangan global sekarang ini 
tak akan berdampak negatif. "Paling-paling sektor ekspor terganggu. Itu pun 
diprediksi tidak terlalu parah karena produk yang kita ekspor adalah komoditas 
konsumsi yang pasti dibutuhkan walaupun mereka sedang krisis," katanya. 

Harga komoditas ekspor Indonesia sendiri relatif lebih murah dibanding produk 
serupa dari negara lain. Wapres yakin bahwa konsumen di negara-negara yang 
sedang dilanda krisis keuangan niscaya memilih produk berharga murah. Faktor 
tersebut juga membuat Indonesia lebih memiliki peluang mampu mempertahankan 
kehidupan industri. 

Sementara itu, dalam pidato sambutannya, Ketua Presidium ICMI Pusat Hatta 
Rajasa menilai pelaksanaan Silaknas ICMI di Palembang ini memiliki arti 
tersendiri. "Karena silaknas ini dilaksanakan di tengah krisis global, di 
samping akan ada kegiatan besar, yakni pemilu legislatif dan pemilu presiden," 
katanya. 

Menurut Hatta, kedua peristiwa besar itu perlu dicermati sehingga upaya agar 
bangsa Indonesia terlepas dari krisis global bisa dirumuskan. 

Berbeda dengan Silaknas ICMI 2007 di Pekanbaru yang lebih banyak menyoroti 
masalah kesejahteraan rakyat, di Silaknas Palembang juga diagendakan pembahasan 
aspek-aspek lain, termasuk politik. 

Hatta menyebutkan, pelaksanaan Pemilu 2004 banyak menyita waktu, tenaga maupun 
dana. "Pemilu 2009 harus lebih baik. Hanya dengan partisipasi aktif semua pihak 
pemilu legislatif dan maupun pemilu presiden bisa lebih baik lagi," tuturnya. 

Sementara itu, Ketua Dewan Pakar ICMI Ginandjar Kartasamita menjelaskan, 
pelaksanaan Silaknas ICMI kali ini diselenggarakan dalam suasana yang diliputi 
keprihatinan terkait krisis ekonomi global berimbas ke semua negara. 
"Diharapkan dalam pelaksanaan Silaknas ICMI ini, Dewan Pakar ICMI Pusat bisa 
memberikan solusi terhadap masalah-masalah besar yang dihadapi bangsa ini ke 
depan," ujarnya. 

Ginandjar menambahkan, tiga agenda menjadi pokok pembahasan di Silaknas ICMI di 
Palembang ini. Pertama, bagaimana agar bangsa Indonesia dapat melewati krisis 
ekonomi dengan selamat. "Artinya, krisis sekecil mungkin mengakibatkan 
kerusakan agar kemiskinan tidak bertambah dan stabilitas ekonomi maupun politik 
terjaga," katanya. 

Agenda kedua, bagaimana menarik pelajaran dari krisis ekonomi global agar 
ekonomi Indonesia menjadi lebih mandiri dan lebih kuat menahan gejolak yang 
berasal dari dalam ataupun dari luar. "Termasuk mengadakan restrukturisasi dan 
meninjau ulang falsafah serta ekonomi yang kita anut selama ini," katanya. 

Agenda ketiga, ICMI akan turut aktif dalam membangun kerja sama regional maupun 
internasional dalam membuat arsitektur baru keuangan global. "Ini diperlukan 
untuk mencegah berulangnya krisis seperti tahun 1997-1998," kata Ginandjar. 
(Kartoyo/Rully

Reply via email to