Refleksi: Apakah sudah didapat jodoh lantas dihianati? :-)

http://www.harianterbit.com/artikel/fokus/artikel.php?aid=61588


Siapa pengkhianat Mega?

      Tanggal :  09 Feb 2009 
      Sumber :  Harian Terbit 



JAKARTA - Saling hujat, saling hina, dan saling menjatuhkan antar calon 
presiden semakin marak. Karuan saja, berbagai kalangan mengecam tindakan tak 
bermoral dan tak mendidik bagi rakyat itu. 

Mantan Menko Polkam Agum Gumelar dan pengamat politik Universitas Indonesia 
Budyatna mengecam dan memperingatkan para capres tidak saling menghancurkan, 
menghujat, bahkan saling menjatuhkan. Sebab, jika itu dilakukan, rakyat bingung 
bahkan bisa mengarah kepada konflik horizontal.

Dihubungi Harian Terbit terpisah, Senin (9/2), keduanya meminta para capres 
untuk adu program yang bero-rientasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 
"Tarik simpati rakyat dengan program yang merakyat, bukan malah saling hujat. 
Kasihan rakyat, mereka menjadi bingung. Sebaiknya capres memiliki sikap 
negarawan," kata Agum, yang kini menjabat Ketua Umum Pepabri.

Menyinggung sindiran politik Presiden SBY terhadap Ketua Umum PDI-P Me-gawati 
Soekarnoputri, Budyatna mengatakan, seharusnya SBY tidak perlu menyindir 
seperti itu. "Gak perlulah saling menghujat dan menyindir," paparnya.

Sindiran Presiden SBY ini ditanggapi Ketua DPP PDIP Tjahjo Kumolo. "Kritik Mega 
kepada pemerintahan SBY selalu berdasarkan fakta dan realitas. Ibu Mega pantang 
memfitnah dan pantang berkhianat walau sebagai presiden yang lalu banyak yang 
mengkhianatinya," kata Tjahjo.

Namun masyarakat terus bertanya-tanya siapa yang dimaksud Megawati sebagai 
pengkhianat dirinya.

Menurut Tjahjo, bahkan orang yang oleh Mega diberi suk dari belakang 
kepemimpinannya," tukas Tjahjo.

Tjahjo mempertanyakan apakah yang dimaksud SBY itu adalah Mega. Kalau benar 
demikian, Tjahjo kembali menegaskan bahwa sebagai oposisi wajar saja Mega 
mengkritik pemerintah. Apalagi kritiknya berdasarkan data dan fakta.

Budyatna mengatakan, menyerang pribadi sangat tidak menguntungkan. "Kekalahan 
Hillary Clinton melawan Obama dalam konvensi capres Partai Demokrat patut 
dijadikan pelajaran. Karena menyerang Obama secara pribadi, mantan ibu negara 
AS akhirnya ditinggalkan rakyat," ujar Budyatna.

Menurutnya, para capres kita sekarang ini belum ada punya program yang 
sungguh-sungguh berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Karena sampai sekarang 
iklan-iklan politik yang ditayangkan baru sebatas janji belaka atau masih omong 
kosong semua.

Misalnya untuk mening-katkan kesejahteraan petani, sembako murah uangnya dari 
mana tidak jelas. "Beda dengan Presiden Vene-zuela Hugo Chaves misalnya untuk 
kesejahteraan rakyatnya dia berani membuat kebijakan dari hasil minyaknya 85 
persen untuk negara dan hanya 15 persen untuk kontraktor asing. Ini kan jelas 
sumber pendanaannya dari mana," ujar Budyatna.

Sindiran politik yang mengarah pada serangan pribadi ini selama ini terjadi 
antara capres Megawati dan Presiden SBY. Mulai dari sindiran politik Mega yang 
menyebut pemerintahan SBY seperti main Yoyo.

Terakhir Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dalam pidato 
pembukaan Rapimnas partai tersebut mengeluarkan serangan kepada lawan-lawan 
politiknya. Menurut SBY, tokoh yang sering memfitnah bakal tidak dapat hidayah.

Karena itulah, SBY berharap agar kader partainya tidak terpancing dengan 
serangan atau hasutan yang dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya. Bagi SBY, 
kritikan yang dilontarkan kepada partainya harus dijawab dengan cerdas dan 
tepat. SBY berharap semua pihak menggunakan cara-cara yang elegan dalam 
memenangkan pemilu 2009. 

Pada kesempatan terpisah, Ketua DPP PDI Perjuangan, Maruarar Sirait tidak mau 
menanggapi sindiran Presiden SBY itu. "Presiden kita ini memang aneh. Contohnya 
ketika dia melontarkan isu asal jangan Presiden berinisial S pada Rapim dengan 
TNI dan Rapat Koordinasi dengan Polri beberapa waktu lalu. Masak Presiden 
melontarkan isu demikian dan dia juga yang membantahnya," kata Maruar.

Menurut dia, pernyataan Presiden SBY itu tidak perlu ditanggapi. "Kita punya 
presiden yang memiliki kuping tipis. Dia lontarkan isu dan dia juga 
membantahnya. Kalau wartawan yang membuat isu, itu wajar. Dia itu kan seorang 
presiden. Tapi, biarlah, tugasnya kan hanya beberapa bulan lagi dan setelah itu 
diganti," kata dia. (lam

Kirim email ke