http://www.radartimika.com/index.php?mod=article&cat=Utama&article=17517

Senin, 30/03/2009 | 02:07 (GMT+9)

Pejabat Pemda Mimika Dihipnotis di Jakarta

* Uang Rp 5 juta dan HP Nokia N73 Disikat

TIMIKA - Berita aksi hipnotis hingga perampokan di Jakarta kerap disaksikan 
masyarakat melalui layar kaca. Kali ini kejadiannya juga di Ibu Kota Indonesia, 
tapi korbannya Kepala Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Mimika, Simon Nirigi, 
SE. Korban mengatakan uang sebanyak Rp5 juta yang dibawanya beserta satu unit 
Handphone merek Nokia Tipe N73 dengan nomor 081354097975, raib disikat dua 
pelaku yang mengaku orang kaya dan pengusaha.

Simon Nirigi yang bertandang ke Redaksi Radar Timika, Minggu (29/3) malam 
menceritakan peristiwa nahas yang menimpa dirinya. Kata Simon, kejadian itu 
terjadi pada 24 Maret 2009 lalu. Sekitar Pukul 08.30 WIB dirinya memesan 
makanan di sebuah warung tenda di daerah Pasar Baru Metro, Jalan S. Wiryo 
Pranoto No. 5, Jakarta.

Pada saat itu, kata Simon, dirinya diikuti dua orang tak dikenal. Salah satunya 
kemudian memperkenal diri kepadanya bernama Sultan Habeskandar asal Brunei 
Darussalam. Di warung, Sultan duduk berhadapan dengan dirinya. Ia mengatakan 
termasuk orang kaya dari Brunei yang sementara ke Jakarta untuk menanamkan 
saham dan mau berbisnis.

Satu orang lainnya setelah memesan makanan memperkenalkan dirinya bernama H. 
Yunus, pengusaha asal Pontianak (Kalimantan Barat) yang memiliki tambak udang 
seluas tujuh hektar. Simon pun sempat berjabat tangan dengan Yunus.

"Dia tanya saya dari Papua, saya jawab ya, saya dari Papua. H. Yunus bilang dia 
pengusaha tambak udang dari Pontianak," katanya.

Beberapa saat kemudian makanan yang dipesan disajikan. Sebelum memulai makan, 
kata Simon, dirinya menyempatkan diri menundukkan kepala untuk berdoa selama 
kurang lebih satu menit.

Karena makanan milik Sultan agak banyak, kata Simon, sebagian disodorkan kepada 
dirinya dengan maksud menukarkan dengan makanan miliknya. "Saat itu saya 
tolak," akunya.

Seingatnya, kata Simon, Sultan hanya makan dua atau tiga sendok saja. Sultan 
dan Yunus kemudian menungguinya. "Mereka bilang Bapak Simon kalau habis makan 
kita jalan-jalan ke Ancol, mobil kami tanggung," kata Simon menirukan 
pernyataan Yunus ketika itu.

Ajakan itu awalnya ditolak Simon dengan alasan belum membereskan barang-barang 
bawaan, terlebih lagi saat itu sudah pukul 09.00 WIB.

Keheranan mulai menyelemuti dirinya ketika hendak membayar makanan. Simon pun 
membuka dompet di kantong celananya. Di dalamnya berisi uang pecahan Rp50 ribu 
sebanyak Rp1 juta dan uang pecahan Rp1000 dan Rp20 ribu sebanyak Rp145 ribu. 
Saking banyaknya lembaran uang, diakuinya dompetnya terlihat tebal.

"Saya mau bayar makanan tadi, tapi Sultan Habeskandar dengan Bahasa Indonesia 
terputus-putus campur Bahasa Inggris katakan, tuan Simon saya sudah bayar 
makanan tadi," kata Simon sambil menirukan kata-kata Sultan.

Selanjutnya, Simon tak ingat apa yang terjadi. Hingga kemudian dia sadar telah 
dibawa kedua pelaku ke Pantai Ancol. 

Suasana di Pantai Ancol, kata Simon, sepi dan jauh dari keramaian. Di pinggir 
laut mereka memesan minuman ringan, tapi Simon memesan es jeruk. Habis minum, 
mereka bertiga (ditambah sopir mobil) berdiri mengelilinginya.

Waktu itu, kata Simon, mereka menawarkan HP Nokia G 90 produk terbaru milik 
Sultan. Mereka mengatakan sedang mencari pasaran penjualan HP sejenis dan 
melihat peluang yang menjanjikan adalah Papua.

Karena tahu korban berasal dari Papua, mereka menawarkan 700 unit untuk dijual 
di Papua. Jaminannya, mereka meminta uang di tangan Simon saat itu harus 
diserahkan.

"Saya katakan maaf, saya tidak ada uang," tukasnya. 

Para pelaku kemudian menanyakan jumlah uang yang berada di rekeningnya. "Saya 
pun katakan saya tidak ada uang di rekening," tandasnya.

Tapi mereka terus mendesak hingga akhirnya korban mengaku memiliki uang Rp5 
juta di hotel. "Saya dan Yunus ke hotel ambil uang dan saya serahkan uang 
tersebut kepada Sultan. Mereka katakan uang di rekening ada berapa? Saya 
katakana, rekening saya hanya rekening gaji, jadi tidak ada uang," paparnya.

Karena terus didesak, akhirnya korban dan pelaku ke Bank Danamon. Setelah 
rekeningnya dicek, saldo yang tertera hanya Rp120 ribu.

Tahu uangnya tidak banyak, sekitar pukul 11.30 WIB, pelaku mengantar korban ke 
hotel tempatnya menginap.

"Sebelum saya turun dari mobil itu, mereka langsung rampas HP saya. Dengan 
demikian nomor saya hilang bersamaan dengan HH nya tidak lagi digunakan," 
tandas Simon yangke Jakarta untuk mengurus NIP PNS dan tambahan formasi guru 
tersebut.

"Jadi kalau ada yang telpon dengan nomor tersebut mengatasnamakan saya, itu 
bukan saya. Seperti terjadi dua hari lalu, ada yang telpon dengan nomor 
tersebut dan minta dikirimkan Pulsa Rp20 ribu sebanyak 25 lembar,"paparnya.

Lanjut Simon, peristiwa ini terjadi karena kurangnya perekrutan pegawai sebagai 
staf yang mendampingi pejabat dalam perjalanan dinas. Pengalaman itu dinilai 
sangat berharga bagi setiap pejabat di lingkup SKPD (Satuan Kerja Perangkat 
Daerah) bila melakukan perjalanan dinas. 

"Kemarin kalau ada satu atau dua (staf Pemda, Red) tidak mungkin akan terjadi, 
terutama saat kesulitan membawa berkas-berkas," tambah Simon yang mengatakan 
peristiwa itu tidak dilaporkannya ke polisi setempat.

Simon menyarankan kepada Pemda Mimika terutama Tim Anggaran Eksekutif untuk 
membahas dan menetapkan biaya perjalanan dinas bagi setiap SKPD. Ia pun meminta 
Pemda jeli melihat beban tugas pejabatnya, agar kejadian seperti ini tidak 
terulang. (lrk)

Reply via email to