Fatwa Boleh Tidak Puasa Dibulan Puasa !!!
                                          
Bulan Ramadan, periode yang diyakini sebagai bulan penuh berkah, umat Muslim di 
seluruh dunia.  Meski puasa di bulan Ramadan adalah keharusan bagi umat Islam 
yang memenuhi syarat, namun perlu "pencerahan" dari institut Al-Azhar di Mesir 
dan juga sumber-sumber lainnya, perihal berpuasa di bulan Ramadan.

http://us.detiksport.com/sepakbola/read/2010/07/29/003009/1408898/73/jerman-keluarkan-kebijakan-khusus-soal-puasa?b99110370

Menurut Al-Azhar, jika seorang pemain sepakbola terikat sebuah kontrak yang 
merupakan satu-satunya sumber penghasilannya, jika dia harus bermain di bulan 
Ramadan, dan jika berpuasa mempengaruhi performa, maka dia boleh tak berpuasa.  
Majelis Riset dan Fatwa Eropa ternyata juga mendukung pernyataan tersebut. 
"Mereka bisa berpuasa di hari-hari di mana tak ada pertandingan, sehingga 
dengan begitu tetap menghormati Allah dan juga bulan suci Ramadan," kata Sekjen 
Dewan Muslim Aiman Mazyek.

"Menjaga tubuh agar tetap sehat juga memainkan peranan penting dalam agama 
Islam," imbuh Mazyek.

Islam cuma satu, di-mana2 Islam sama akidahnya, Islam tidak mengenal batas 
negara dan manusia tidak boleh di-kotak2an oleh kebangsaannya melainkan oleh 
agamanya.  Umat Islam hanya tunduk dan patuh kepada hukum Allah bukan mematuhi 
hukum buatan manusia.

Demikianlah, kalo majelis ulama di Mesir sudah mengeluarkan fatwa boleh tidak 
berpuasa dibulan puasa untuk pemain sepak bola yang tergantung penghasilannya 
dari bermain bola, dan boleh tidak berpuasa untuk menjaga agar performa 
fisiknya jangan menurun, maka alasan yang sama kiranya juga berlaku di 
Indonesia bagi kuli kontrak yang penghasilannya bergantung daripada kerja 
nguli-nya yang perlu konsentrasi dan performa agar hasil kerjanya tetap bisa 
dijaga produktif dan bermutu tinggi sesuai yang dibayar langganannya.

Pemain bola, kuli kontrak, polisi lalu lintas, tentara, pilot, dokter, perawat, 
operator telepon, kesemuanya adalah profesional yang sumber hidupnya bergantung 
dari prestasi pekerjaannya dimana berpuasa bisa mengganggu performa, maka fatwa 
boleh tidak berpuasa rasanya bisa diterima secara akal manusia, tapi entah bagi 
akal Allah.  Tapi kita umat Islam bukan bertumpu kepada akal Allah melainkan 
kepada "fatwa ulama" yang bersumber kepada wahyu Allah bukan akal Allah.

Pengembangan yang adil dan setara juga berlaku bagi PSK (pekerja seks 
komersil), mereka bekerja untuk nafkah keluarga, dan sekolah anak2nya, jadi 
kalo bulan puasa dilarang bekerja tentunya bertentangan dengan fatwa yang 
membolehkan pemain bola tidak berpuasa.  Padahal para pemain bola itu khan bisa 
main bola dibukan bulan puasa, juga pertandingan bola-nya khan bisa diundur 
tidak boleh dilakukan pertandingan dibulan puasa.

Tapi masalah PSK ini justru tidak bisa diundur, hari ini kerja maka hari ini 
ada makanan, hari ini puasa tidak boleh kerja, betul2 bukan cuma puasa 
melainkan juga tidak buka dan tidak saur.

Perlu kita renungkan, fatwa mana yang lebih penting, membolehkan pemain bola 
tidak puasa atau membolehkan psk tidak puasa dan membolahkan klub2 yang memberi 
lapangan kerja kepada para psk ini untuk tetap dibuka selama bulan puasa.  
Allah tidak akan marah bagi mereka yang miskin untuk tidak berpuasa karena 
harus banting tulang bekerja untuk makanan mereka baik dibulan puasa maupun 
dibulan bukan bulan puasa.

Adalah dobel standard kalo fatwa boleh tidak berpuasa hanya berlaku pada para 
pemain sepak bola saja padahal olah raga yang membikin badan sehat itu khan 
bukan cuma sebatas sepak bola saja tapi juga psk juga merupakan kegiatan olah 
raga juga selain juga sebagai hiburan !!!

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke