SUARA PEMBARUAN DAILY
In Memoriam Eka Darmaputera

"MBAK, badhe tindak kantor malih (hendak kembali ke kantor, Red)?"
Langkah yang tinggal sejengkal lagi mencapai pintu keluar ruang
perawatan di salah satu paviliun di Rumah Sakit Husada, Jakarta, penggal
awal Februari lalu, pun terhenti.

Di pembaringan, Pdt Eka Darmaputera tersenyum.

"Ya."

"Ada kesibukan apa di kantor?"

"Kami mempersiapkan diri untuk acara kebaktian besok. Kebaktian untuk
ulang tahun."

"O ya. Besok tanggal 4 Februari ya?"

"Siapa yang membawakan khotbah?"

Ia mengangguk setuju, sambil tersenyum, ketika mendengar nama pendeta
yang akan membawakan khotbah.

Itu semua penggalan terakhir percakapan tatap muka dengan Pdt Em Dr Eka
Darmaputera. Hanya sekian menit, ditambah beberapa menit sebelumnya,
tetapi penuh makna. Berbincang dengannya selalu terasa kurang panjang.

Bahkan dalam keadaan terbaring sakit pun, ia ingat ulang tahun Suara
Pembaruan, yang jatuh pada 4 Februari. Eka memang bukan "orang lain"
bagi Suara Pembaruan. Sumbangan pemikiran Eka, seperti disampaikan
mantan Pemimpin Redaksi Suara Pembaruan yang juga mantan Rektor
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Dr Sutarno, cukup besar.

Eka selalu terlibat dalam diskusi dengan jajaran pemimpin harian sore
ini, sejak didirikan pada 1961 dengan nama Sinar Harapan, terutama dalam
hal etika umum dan etika Kristen.

"Ia penulis tetap di bidang kerohanian," kata Subagyo Pr, Pemimpin
Redaksi Sinar Harapan, hingga harian itu dibredel pada Oktober 1986.
Pembredelan Sinar Harapan pada Oktober 1986, juga menjadi pergumulan Eka.

Ketika harian ini kemudian terbit lagi dengan nama Suara Pembaruan, Eka
bersama Sutarno dan Dr Manasse Malo, adalah orang yang menegaskan
kembali Pedoman Dasar Pengelolaan (PDP) Harian Umum Suara Pembaruan.

Hingga akhir hayatnya, Eka masih menulis refleksi akhir tahun untuk
Suara Pembaruan.

Dalam refleksi akhir tahun lalu, ia menulis tentang tragedi kemanusiaan
yang melibatkan penderitaan seorang ibu rumah tangga yang bunuh diri
bersama anaknya.

"Itu tragedi besar dalam kemanusiaan. Tragedi yang sangat dekat dengan
kita, dan apa yang bisa kita lakukan untuknya?" katanya.

Ia masih menyatakan keinginannya untuk menulis tragedi kemanusiaan lain,
yang menimpa warga Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias yang dilanda
gelombang pasang tsunami, "Tetapi, saya sudah tak punya tenaga untuk
itu," katanya saat itu, di rumahnya di kawasan Cipinang Jaya, Jakarta
Timur.

Seperti biasa, ia banyak bertanya, dan selalu menyelipkan
pandangan-pandangannya. Satu hal yang mengesankan, sebagian besar
pembicaraan dilakukan dengan bahasa Jawa yang halus, karena ia mengenal
lawan bicaranya.

Banyak hal yang masih ingin ia tuangkan dalam tulisan. Masih banyak yang
ingin ia sumbangkan. Semuanya tersirat dalam pembicaraannya.

Bahkan, ketika Februari lalu ia terbaring lemah, ia mengangguk sambil
tersenyum ketika ditawarkan untuk menulis lagi. Ia berucap, "Entahlah,
sampai kapan saya seperti ini. Bisakah kita berdoa?" Dan, ketika kalimat
doa itu tertelan karena menahan tangis, Eka yang melanjutkannya.

Eka dipanggil Tuhan pada Rabu (29/6) pukul 08.25 WIB.

Penulis yang Baik

Eka Darmaputera dilahirkan di Mertoyudan, Magelang, 16 November 1942,
dengan nama The Oen Hien. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga
sekolah menengah atas di kota kelahirannya, ia kemudian masuk Sekolah
Tinggi Teologia (STT) Jakarta, mengesampingkan keinginannya masuk
Akademi Militer Nasional (AMN, sekarang Akabri). Ia lulus pada 1966.

"Ia memang sahabat yang cerdas, pandai, dan lulus cum laude," kata Pdt
Hamakonda, yang pernah tinggal satu kamar di asrama dengan Eka semasa di
STT, dalam Malam Doa bersama Pendeta Eka Darmaputera di GKI Kebayoran
Baru, Rabu, 9 Maret.

Banyak orang mengenangnya sebagai penulis yang baik, termasuk Hamakonda,
yang mengenang Eka sebagai pencinta puisi.

Eka memang sudah menulis puisi sejak SMP. Kegemaran itu mengantarnya
menjadi penulis yang baik. Tulisannya, yang tersebar di media massa
maupun buku, enak dibaca.

"Tulisan-tulisan, kotbah dan ceramahnya menunjukkan betapa peka hatinya
terhadap masalah-masalah iman, khususnya dalam hubungannya dengan
persoalan-persoalan etika, pribadi maupun sosial. Kata-kata dan
tulisannya sangat tajam dan menarik, memberikan ide-ide yang jernih dan
menarik. Gaya bahasanya, sederhana tetapi sangat komunikatif dan
menyentuh hati," kata Sutarno.

Sejak di STT pula ia aktif berorganisasi. Ia menjadi pengurus pusat
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, sekaligus menjadi pengurus di
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia. Sutarno mengakui, Eka yang juga
adik kelasnya waktu kuliah di STT Jakarta, sangat peduli terhadap
masalah kemasyarakatan.

"Hal itu sudah terlihat sejak masa mudanya yang rajin berkecimpung di
organisasi-organisasi kepemudaan dan memberikan pemikiran-pemikiran yang
sangat kreatif dan konstruktif," ujarnya.

Lulus dari STT ia mengajar di almamaternya. Pada 1977 ia memperdalam
teologi di Boston College, Boston, Massachusetts, AS, dan meraih gelar
doktornya pada 1982, dengan disertasi berjudul Pancasila and the Search
for Identity and Modernity in Indonesian Society: An Ethical and
Cultural Analysis. "Sudah jadi doktor pun ia tak berubah. Tetap rendah
hati. Ketika saya singgung masalah itu, ia hanya mengatakan, 'semua
orang, termasuk kamu, juga bisa'," Hamakonda melanjutkan kenangannya.

Pengalaman berorganisasi semasa mahasiswa mengantarnya masuk menjadi
anggota Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
(1984-1989). "Eka sungguh sahabat yang suka memperhatikan orang lain,
yang mendorong orang untuk lebih maju," kata Hamakonda. Eka mengatakan
salah kalau memang salah, dan benar kalau benar. Sifat itu pula, menurut
Hamakonda, tak dimungkiri, sering membuat orang sakit hati mendengar
ucapannya, "He is a great speaker. He is a great preacher." Dan, ia tak
tergantikan, kata Pdt Dr Albertus Patty, salah satu anak didiknya. Dr
Sutarno, mengatakan, gereja dan umat Kristiani merasa kehilangan seorang
pemikir dan gembala iman yang sangat baik.

PEMBARUAN/SOTYATI DAN SUJUD SWASTOKO





_____________________________________________
Situs milis    http://groups.yahoo.com/group/cyber-gki
Situs laci     http://www.cybergki.net
Moderator      [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Administrator  [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

Klik alamat sesuai maksud, kosongkan subject dan body.
posting    cyber-gki@yahoogroups.com
nonaktif   [EMAIL PROTECTED]
aktif lagi [EMAIL PROTECTED]
berhenti   [EMAIL PROTECTED]
digest     [EMAIL PROTECTED]
daftar     [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/cyber-gki/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to