Agama adalah An – Nashiihah 

(Hadits ke-7 Arbain anNawawiyyah)

dari Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus adDaari bahwasanya Nabi shollallaahu ‘alaihi 
wasallam bersabda: Agama ini adalah an-Nashiihah –beliau mengucapkan tiga 
kali-. Kami (para Sahabat) berkata: Untuk siapa wahai Rasulullah? Rasul 
menjawab: untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin kaum muslimin, dan 
seluruh kaum muslimin (H.R Muslim, Abu Dawud)

PENGULANGAN KALIMAT

Ucapan Nabi : “agama ini adalah anNashiihah” sebanyak tiga kali adalah 
berdasarkan riwayat Abu Dawud dan atTirmidzi, sedangkan menurut riwayat Muslim 
hanya disebutkan satu kali

MAKNA ANNASHIIHAH

AnNashiihah secara bahasa bisa bermakna :

1. Memurnikan; membersihkan.
2. Memperbaiki; menambal kekurangan (disarikan dari perkataan al-Khotthoby).

anNashiihah adalah lawan dari sikap khianat dan tipu daya. Kalau khianat dan 
tipu daya berarti ketidakcocokan antara sesuatu yang ditampakkan (lahiriah) 
dengan sesuatu yang disembunyikan (terpendam dalam hati dan direncanakan 
selanjutnya), maka anNashiihah adalah kejujuran dan keikhlasan; sama antara 
lahiriah (yang diucapkan, dikerjakan, dan ditampakkan) dengan batiniah (yang 
terdapat dalam hati).

AnNashiihah juga bermakna kemurnian niat dan tekad untuk memberikan kebaikan 
kepada obyek penerima tanpa ada tendensi/ kepentingan lain.

ANNASHIIHAH KEPADA ALLAH

Sikap memurnikan tauhid kepada Allah dalam :

1. Rububiyyah : meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb (Pencipta, 
Penguasa, dan Pengatur) seluruh makhluk.

2. Uluhiyyah : beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan peribadatan kepada 
selain Allah.

3. Asma’ Was-Sifaat : meyakini bahwa Allah memiliki Nama-Nama dan Sifat-Sifat 
yang penuh dengan kesempurnaan, terjauhkan dari segala aib dan kekurangan. 
Menetapkan bagi Allah Nama dan Sifat-Sifat yang Allah tetapkan dalam AlQuran 
maupun melalui lisan Rasul-Nya dalam Sunnah yang shahihah tanpa  :
a. Tahriif :memalingkan lafadz atau maknanya kepada yang lain
b. Ta’thiil : menolak/ meniadakan Nama dan Sifat-Sifat itu.
c. Takyiif : menanyakan kaifiyatnya (bagaimana atau seperti apa).
d. Tamtsiil : menyamakan/ menyerupakan dengan makhluk.
Sudah terkandung dalam makna anNashiihah kepada Allah itu : mencintai Allah di 
atas segala-galanya, mencintai dan membenci sesuatu karena Allah, menjalankan 
ketaatan kepada-Nya, menjauhi laranganNya, membenarkan khabar dariNya, dan 
seterusnya.

ANNASHIIHAH KEPADA KITAB ALLAH

Beriman bahwa Kitab Allah itu adalah Kalam (Firman ; Ucapan) Allah yang 
mengandung khabar-khabar yang benar, hukum-hukum yang adil, kisah-kisah yang 
bermanfaat. Berupaya kuat untuk :

1. Mempelajari al-Qur’an (cara membaca yang benar, makna-makna dan tafsirnya).
2. Menghayati dan tadabbur terhadap makna-maknanya.
3. Menjaga al-Qur’an (menjaga kemurniannya dan berusaha menghafalnya).
4. Mengajarkan dan mendakwahkan al-Qur’an sesuai dengan kemampuannya.
5. Mengamalkan isi dan kandungan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
 
ANNASHIIHAH KEPADA RASUL

Beriman bahwa beliau adalah Rasul dan hamba Allah. Menghormati dan mencintai 
beliau (Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam) di atas kecintaan kepada 
manusia lain. Kecintaan kepada Rasul ini adalah kecintaan karena Allah, bukan 
cinta tandingan bagi Allah. Mendahulukan ucapan Rasul di atas ucapan manusia 
lain. Menjalankan Sunnahnya (menjalankan perintah dan menjauhi larangannya), 
serta menjauhi kebid’ahan (tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan yang 
beliau syariatkan). Membenarkan kabar yang datang dari beliau melalui 
hadits-hadits yang shahih sekalipun tidak terjangkau nalar/ akal pikiran.

ANNASHIIHAH KEPADA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN (PEMERINTAH MUSLIM)

Mengakui kepemimpinannya, mentaati perintahnya selama tidak dalam kemaksiatan 
kepada Allah, menjaga kehormatan dan kewibawaannya di hadapan rakyat, membantu 
mensukseskan kebijakan-kebijakannya yang ma’ruf, memberikan nasehat kepadanya 
secara diam-diam dengan cara yang beradab (sesuai hadits ‘Iyaadh bin Ghonm), 
sabar terhadap kekurangan dan kedzaliman yang ada padanya, berdoa kepada Allah 
untuk kebaikan mereka (para pemimpin).

Taatlah kepada Allah Rabb kalian, sholatlah lima waktu, puasalah di bulan 
kalian (Ramadlan), tunaikan zakat harta kalian, taatilah pemimpin kalian, 
niscaya kalian masuk surga (dari) Rabb kalian (H.R atTirmidzi)

Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak ia sukai pada pemimpinnya, maka 
hendaknya bersabar (H.R alBukhari dan Muslim)

Seseorang bertanya kepada Sahabat Nabi Ibnu Abbas tentang beramar ma’ruf nahi 
munkar terhadap pemimpin. Ibnu Abbas menjawab:

Jika engkau harus melakukannya, maka lakukanlah dengan penyampaian yang hanya 
antara engkau dan dia saja yang tahu (riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam 
Mushonnafnya).

ANNASHIIHAH KEPADA SEMUA KAUM MUSLIMIN

Senang kebaikan terjadi kepada saudara sesama muslim sebagaimana kita senang 
hal itu terjadi pada diri kita. Berusaha untuk menyebar kemaslahatan bagi kaum 
muslimin dan menjauhkan mereka dari segala mudharat (bahaya). Menutupi aib 
sesama saudara muslim. Berdakwah, menyampaikan ilmu, beramar ma’ruf dan nahi 
munkar kepada mereka dengan ikhlas dan hikmah. Jika ada di antara mereka yang 
berbuat kesalahan dan tidak terang-terangan dalam berbuat kesalahan, maka 
dinasehati dengan cara yang baik dan secara sembunyi-sembunyi (tidak 
ditampakkan kepada orang lain).

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

Barangsiapa yang memberikan nasehat kepada saudaranya secara sembunyi-sembunyi 
maka sungguh ia telah bersikap anNashiihah kepadanya dan memperindahnya. 
Barangsiapa yang memberikan nasehat kepadanya secara terang-terangan, maka 
sungguh ia telah membongkar aibnya dan berkhianat kepadanya (Hilyatul Awliyaa’ 
(9/140))

Kisah Jarir dan Komitmennya untuk Bersikap anNashiihah kepada Semua Muslim

Jarir bin Abdillah adalah salah seorang Sahabat Nabi yang mulya. Suatu hari ia 
perintahkan kepada maulanya untuk membeli kuda seharga 300 dirham. Maka, 
maulanya tersebut kemudian mendapatkan penjual dan kudanya yang cocok dengan 
harga itu, didatangkan kepada Jarir. Sang penjual sudah setuju kudanya dijual 
dengan harga 300 dirham.

Ketika ditunjukkan pemilik kuda dan kudanya itu, kemudian Jarir memperhatikan 
bahwa sebenarnya kuda itu sangat bagus. Ia kemudian berkata: Wahai saudaraku, 
kudamu lebih tinggi harganya dari 300 dirham, apakah kau mau aku beli dengan 
harga 400 dirham. Penjualnya mengatakan: terserah engkau wahai Abu Abdillah 
(julukan Jarir). Jarir berpikir ulang dan menimbang, kemudian berkata lagi : 
kudamu lebih baik dari 400 dirham, bagaimana kalau aku beli dengan harga 500 
dirham. Pemilik kuda berkata lagi : terserah engkau wahai Abu Abdillah. 
Demikian seterusnya, Jarir menambah seratus-seratus dirham, hingga mencapai 800 
dirham.

Setelah selesai transaksi, orang yang keheranan dengan sikap Jarir tersebut 
menanyakan mengapa Jarir berbuat demikian. Akhirnya Jarir berkata : 
Sesungguhnya aku telah berbaiat kepada Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam 
untuk bersikap anNashiihah kepada setiap muslim (Syarh Shahih Muslim karya 
anNawawy juz 2 halaman 40, dinukil ringkasan dari riwayat atThobarony).

Sumber Bacaan :
Syarh al-Arbain anNawawiyyah dari para Ulama’ (Ibnu Rojab al-Hanbaly, Ibnu 
Daqiiqil Ied, Syaikh as-Sa’di, Syaikh al-Utsaimin, Syaikh Sulaiman alLuhaimid)

Sumber: 
http://www.salafy.or.id/agama-adalah-an-nashiihah-hadits-ke-7-arbain-annawawiyyah/


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke