Poros Cinta

السَّلاَمُُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sahabat seiman..,

Dapatkah kita rasa dosa yang meluka fitrah. Sungguh setitik lalai itu mengurai 
kesegarannya, sebutir amarah mengusik ketenangannya. Bertahanlah di stasiun 
iman, meski telah jauh ia mengarah takkan putus dari sumbernya, betapapun lama 
perjalanannya takkan terpisah dari sumbernya.

Sahabat seiman..,

Cinta di dada pun tak ingin terluka. Siapa yang tak merasa pedih hati kala 
cinta dikhianati. Siapa yang tak penasaran balasan cinta kala ketulusannya 
dipertanyakan. Para sahabatpun tak kuasa memejamkan mata, introspeksipun 
membahana mengumpulkan data, berharap kiranya laki-laki yang cintanya kepada 
Allah dan Rasul-Nya bersambut mesra adalah dirinya.

Sahabat seiman..,

Lihatlah dahsyatnya cinta kala ia bersambut mesra, kekuatannya mampu 
membangkitkan semangat pertempuran, ketulusannya mampu mengundang 
pertolongan-Nya, sakitpun bukan menjadi alasan, lihatlah bagaimana Ali Bin Abi 
Thalib membuktikannya di medan khaibar. (Disarikan dari H.R. Muttafaq 'alaih, 
dari sahabat Sahl Bin Sa'ad)

Sahabat seiman..,

Cinta itu memang ada, mengakuinya begitu mudah, apalagi menikmatinya. Tetapi 
siapakah yang dapat merawat ketulusan-Nya, menunaikan tuntutannya dan 
membuktikannya agar ia layak mendapat balasannya.

Sahabat seiman..,

Kala cinta mudah jatuh kepada siapa saja, ketika diri berharap besar ingin 
dicinta. Maka ingatlah, Allah dan Rasul-Nya lebih berhak mendapatkannya. Dan 
bila Allah dan Rasul-Nya telah tergoda dengan cinta kita, maka seluruh 
makhlukpun akan tergoa pula. Selamat beraktifitas! (@_SaiBah)


Kirim email ke