Date sent:              Fri, 2 Apr 1999 12:00:01 -0600 (CST)
Send reply to:          [EMAIL PROTECTED]
From:                   "King JoJon" <[EMAIL PROTECTED]>
To:                     Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
Subject:                Mas Djoko ke PRD? {was :Re: Penginjil-tor bukanlah saksi mata]

> > From: Luke Skywalker <[EMAIL PROTECTED]>
> > Date: 31 Maret 1999 0:28

(....)


> Saya sendiri, kalau menilik lebih jauh konsep-konsep PRD, terus terang
> jadi ragu juga.  It's too good to be true, kata seorang rekan saya. Saya
> sendiri jelas tidak akan memilih PRD karena keraguan saya sejak dulu thd
> marxisme.  Apalagi PRD ini dimata saya jelas mengambil garis Leninisme -
> bahkan kata angku Jusfiq juga berbau Stalinis.  Artinya Fascist juga. Asas
> PRD yang tertulis resmi, sosial demokrasi kerakyatan, ternyata hampir
> menipu saya.  

    Ntar dulu, ntar dulu! 

    Saya melihat ada garis Stallo-polpot-sisonist di PRD yang diwakili oleh
    orang yang pakai nama Sonya itu. 

    Apakah 'garis' itu dominan di PRD saya nggak tahu. 

    Soalnya kalau kita baca pernyataan PRD dan tulisan aktivisnya, kayaknya di itu 
    partai segala idee ada. Termasuk idee sedeng bin sinting. 

    Bayangin, saya nggak habis pikir ada orang  PRD (L. Cahyani) yang
    menyalahkan saya yang dianggapnya fobi KISDI dan fobi Golkar (tanpa bukti
    tentu saja).     Jadi orang
    sinting-bin-gila-bin-sedeng-bin-asal-ngomong-kayak-Ihsan juga ada di PRD
    itu - dan bukan sembarang aktivis, karena L. Cahyani itu suka dapat tempat
    istimewa dalam penerbitan internet PRD. 

    Dan yang mengerikan saya juga di PRD itu adalah banyak evidences akan
    pemupukan kultus individunya! 

    Kayaknya ketua PRD itu adalah Mao Tse Tung baru, atau Kim Il Sung baru. 

    Kata demokratik disini belum jelas juntrungnya! 

    Lalu istilah sosialis kerakyatan. Istilah kerakyatan ini, saya yakin - akan
    saya jelaskan nanti - ini peningalan stalinisme. Cf. Demokrasi rakyat di
    Eropa Timur dulu, Pemuda Ralyat, harian Rakyat dll. 

    Kembali ke Lenin. 

    Sebenarnya biang fascsisme itu adalah di Lenin! 

    Dialah yang mulai menghalalkan segala cara (untuk mencapai tujuan),
    sedangkan Marx tidak menerima penghalalan cara untuk mencapai tujuan. 

> Kalau Social Democrat - versi Eropah Barat yang sekarang -
> saya tidak ragu akan 100% mendukung.  Tapi ternyata dibalik pengertiannya
> sehingga jadi model sosialisme tahun 50-an.  Wah, kalau model kayak begini
> sih sudah bangkrut dua dekade yang lalu. Lha kok.. malah mau dipasang di
> Indonesia.  Gue ogah.....  
>

    Ada yang salah dengan pertentangan PSI dan PKI tahun lima puluhan
    (sebenarnya sudah berakar sejak tahun empat puluhan): orang Indonesia
    ikut--ikut perpecahan antara Intenational ke II dan International ke III
    antara SDP (PvDA) dan CPN. 

    Tapi ini tradisi goblok orang 'kiri':  PKI setelah tahun 1965 - diluar
    negeri - terpecah antara remo (revisionisme modern) dan maoist! 
 
> Eniwei, saya tetap salut kepada semangat anak-anak muda itu.  Dan komitmen
> saya untuk ikut menegakkan demokrasi mengharuskan saya untuk tidak
> menghambat mereka dalam melakukan eksperimen ideologis.
> 

    Pendirian yang tepat dan demokratik! 

> > Salam
> > --                                     ** Djoko Luknanto **
> 
> Salam,
> 
> King JoJon
> 
 


Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo                                             =
======================================


To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
message body the line:
unsubscribe demi-demokrasi

Kirim email ke