sip sudah itu mba rani




________________________________
 Dari: "7rani9kusu...@gmail.com" <7rani9kusu...@gmail.com>
Kepada: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com 
Dikirim: Jumat, 4 Oktober 2013 14:45
Judul: [des-kes] RE: Diskusi mengenai kebijakan KIA selama ini di Indonesia
 


  
Kami dari Pemerhati Kebijakan Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah ingin
menyampaikan permasalahan terkait AKI & AKB yang terjadi di Propinsi
Sulawesi Tengah :
Dalam berbagai situasi di daerah kadang sosiocultural masih
memegang perankuat dalam pengambilan keputusan.Program P4K merupakan program 
pendukung
untuk kesehatan ibu dan anak, tapi masih ada beberapa proses persalinan yang
masih menjadi masalah penting diberbagai pelosok daerah misalnya masalah
sumberdaya, masalah fasilitas dan masalah sarana kesehatan pendukung lainnya.
 Pada Penggunaan data tingkat Kabupaten dibuat bagus
tapi tidak menggambarkan situasi sesungguhnya (manipulasi data), sehingga data
riil yang bersumber dari bidan desa dan Puskesmas tidak dipergunakan untuk
menyusun perencanaan tingkat Kabupaten. Kasus Kematian Ibu tidak seluruhnya
dilakukan investigasi atau AMP sehingga tidak diketahui secara jelas penyebab
kejadian. Kegiatan Bimtek wilayah Puskesmas tidak dilakukan terpadu dengan 
pelbagai
program-program kesehatan terkait. Tidak ada sangsi tegas terhadap petugas
kesehatan yang telah melakukan kelalaian terhadap tugas dan profesi. Budaya 
saling
menyalahkan dan budaya kerja yang tidak efektif dan efisien. Belum adanya 
pelaporan
KIA secara Surveilans berbasis database serta kerjasama lintas sector.
Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat yang duduk sebagai
penentu kebijakan kadang kurang memiliki komunikasi dengan sektor terkait dalam 
pengambilan kebijakan. Dinamika Masyarakat yang dipengaruhi
politik, bencana sosial dan ekonomi saat ini, memberikan dampak negatif terhadap
sikap dan perilaku sehat masyarakat.
Pemerintah
harusnya melihat secara kompleks permasalahan KIA mulai dari penempatan tenaga
kesehatan yang merata di semua wilayah puskesmas, pengalokasian dana kesehatan. 
Masalah lainnya adalah
sering di pangkasnya program kegiatan yang telah di susun dan anggaran
kesehatan oleh DPR dan BAPPEDA yang sebenarnya itu menjadi kebutuhan pokok
Dinas Kesehatan dalam rangka menekan Angka Kematian Ibu.
Di
analisis oleh :
1.   Muliansyah SM. AR,
2.  Rais
Akbar Lamiri
3.  Rani
Kusuma
4.  Mas’ud
5.  Sri
Wahyuni Khalik  



---In desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com, <purnawankomink@...> wrote:


Kebijakan
KIA selama ini di Indonesia perlu dianalisis terkait dengan fakta di beberapa
daerah yang masih mengalami stagnasi program. Dalam hal ini saya menggunakan
segitiga kebijakan dari Buse dkk yang lebih fokus untuk menganalisis isi, aktor 
dan
proses kebijakan. Menurut saya hal utama yang masih menjadi kendala pada masa
sekarang dan harus diperbaiki yaitu pada kualitas SDM kesehatan, masih banyak 
SDM
kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter serta Tenaga kesehatan lainnya) yang perlu
dibekali pelatihan dalam membantu proses persalinan khususnya di fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas. Kemudian minimnya suatu tindakan monitoring dan
evaluasi terhadap program KIA yang dilaksanakan, padahal hal ini merupakan
kunci keberhasilan suatu program. 
Salah
satu factor dasar yang juga kurang diperhatikan oleh semua pihak menurut saya
yaitu faktor komunikasi dan koordinasi. Dalam menjalankan kebijakan KIA perlu
adanya komunikasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang efektif (tidak ada anggapan pemerintah pusat adalah raja dan pemerintah
daerah hanya sebagai pengikut) semua komponen tersebut harus saling mensupport,
memberikan pendapat dan feedback dalam mengatasi masalah KIA yang berlarut-larut
melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan secara kontinyu oleh pemerintah
pusat dan pelaporan hasil serta kendala dari pemerintah daerah serta diharapkan
juga kesadaran masyarakat dalam mensukseskan program KIA melalui Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Selama ini saya lihat belum adanya komunikasi dan koordinasi
secara real di lapangan dalam mengatasi program ini, terlihat dari distribusi
pendanaan yang tidak tepat sasaran, distribusi tenaga kesehatan yang tidak
merata dan belum adanya inisiatif program yang muncul dari berbagai daerah di
Indonesia. 

Kirim email ke