*Pemerhati Kebijakan AKI & AKB di Provinsi Jawa Timur* Pada umumnya angka kematian ibu dan anak di provinsi Jawa Timur masih cukup tinggi dan cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir, yaitu berkisar 7-11 point untuk angka kematian ibu (AKI) sesuai data yang bersumber dari Laporan Kematian Ibu (LKI) kabupaten/ kota. Lebih dari 50 % kabupaten/ kota di Jawa Timur memiliki AKI di atas angka provinsi.
Tingginya angka kematian tersebut tidak hanya karena sebab kesehatan tetapi lebih terkait sosial ekonomi masyaraat. Beberapa identifikasi masalah diantaranya yaitu : a) *Minimnya akses pelayanan kesehatan dan sistem pelaporan K1-K4* b) *Kebijakan pembiayaan persalinan belum optimal* Penggunaan dana Jampersal dari pemeriksaan kehamilan – persalinan – nifas belum optimal karena bidan lebih menekankan pemanfaatan dana cenderung untuk proses persalinan sementara monitoring evaluasi pada petunjuk teknis Jampersal juga minim. Sedangkan *payment* dokter spesialis melalui INA-CBG di rumah sakit juga dianggap kurang memenuhi kebutuhan standar intensif jasa pelayanan.Alokasi dana APBN dan ABPD terkait program KIA masih minim sehingga keterlambatan dropping dana dan pencairan Jampersal memperparah masalah kebijakan pembiayaan. c) *Ketersediaan dan kinerja SDM tenaga kesehatan belum optimal* Ketersediaan di sini menekankan pada tidak meratanya tenaga kesehatan di beberapa daerah. Hal ini diperparah dengan belum optimalnya kinerja tenaga kesehatan yang ditandai dengan keterlambatan rujukan bidan ke rumah sakit, keterlambatan klaim untuk dana Jampersal, kurangnya partisipasi dokter * obgyn* dalam persalinan pasien Jampersal d) *Moral hazard**aktor dalam sistem rujukan dan kebijakan program* *Moral hazard* yang terjadi ditandai dengan adanya semacam “perjanjian kerja sama (PKS)” antara bidan dan rumah sakit dalam kasus rujukan atau bidan dengan dokter *obgyn* dalam kasus pasca operasi karena dengan begitu intensif bidan akan lebih besar daripada menolong persalinan langsung melalui persalinan normal. Moral hazard ini bukan hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan melainkan juga ada indikasi Pemerintah Daerah yang melakukan pemangkasan dana dari Pemerintah Pusat sehingga alokasi anggaran semakin berkurang. e) *Keadaan geografi dan budaya lokal setempat yang kurang mendukung* f) Dan lainnya Kebijakan kesehatan ibu dan anak di provinsi Jawa Timur baik konten maupun proses sudah cukup baik. Walaupun demikian aktor dan konteks kebijakan bisa jadi turut andil pada stagnasi AKI dan AKB ini. Aktor yang terlibat dalam upaya menurunkan MMR dan IMR tidak lain adalah Dinas Kesehatan;Pemerintah Daerah; BKKBN dan SKPD lintas sektor yang terkait; SDM tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya); LSM, dll Kebijakan Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan yang kurang memprioritaskan program KIA dalam agenda tahunan dan minimnya alokasi anggaran menjadi konteks yang perlu untuk diperhatikan. Maka apabila program KIA khususnya menurunkan AKI dan AKB, peran aktif Pemerintah Daerah sangat diharapkan. Alternatif solusi yang diharapkan dapat menurunkan MMR dan IMR antara lain : a) Menambah alokasi anggaran kesehatan untuk program UKM bidang KIA, terutama mengenai klaim Jampersal. Penambahan nominal klaim dan penggantian klaim tidak terlambat diserahkan kepada para bidan. b) Mempererat kerja sama lintas sektoral dan antar SKPD baik di tingkat kabupaten/ kota maupun tingkat Provinsi Jawa Timur c) Regulasi sitem rujukan dari bidan ke Rumah Sakit. d) Diberikan beberapa pembatasan tertentu bagi pemanfaatan Jampersal, sehingga pemanfaatannya tidak overload dan tidak menciptakan kerugian di aspek lain. e) Mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada petugas kesehatan mengeni mekanisme persalinan dan pembiayaan persalinan melalui Jampersal f) Mengadakan sosialisasi program Jampersal kepada masyarakat dengan melibatkan kader-kader kesehatan setempat g) Melibatkan peran aktif masyarakat dalam menurunkan MMR dan IMR, salah satunya adanya kemitraan bidan-dukun dalam pertolongan persalinan *Disusun Oleh :* (1) Gerardin (2) Mawa (3) Nastiti (4) Eva (5) Sinta (6) Galih (7) Budi (8) Puji