From: Doddi Gunawan
Sent: Wednesday, March 02, 2005 3:43 PM
Subject: Take It or Lose It

Take It or Lose It
Dalam sebuah kelas pelatihan, saya mengambil selembar kertas polos
kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada
guntingan besar ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja saya buat
tak sama dengan jumlah peserta dalam kelas itu, dua puluh orang.
Kemudian saya meminta kepada peserta untuk mengambil masing-masing
satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silahkan ambil
satu!" demikian instruksi yang saya berikan.
Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan mengambil
bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga yang meminta bantuan
temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat
bermalasan untuk mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian
guntingan kertas tersebut.
Hasilnya? Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas.
Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar,
yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela
mendapatkan yang kecil.
Lalu saya katakana kepada mereka, "inilah hidup. Anda ambil
kesempatan yang tersedia atau Anda akan kehilangan kesempatan itu.
Anda tak melakukannya, akan banyak orang lain yang melakukannya".
Pagi ini di kereta saya mendapati seorang wanita hamil yang berdiri
agak jauh. Saya sempat berpikir bahwa orang yang paling dekat lah
yang `wajib' memberinya tempat duduk. Tapi sedetik kemudian saya
bangun dan segera memanggil ibu itu untuk duduk. Ini perbuatan baik,
jika saya tak mengambil kesempatan ini orang lainlah yang
melakukannya. Dan belum tentu esok hari saya masih memiliki
kesempatan seperti ini.
Soal rezeki misalnya, saya percaya ia tak pernah datang sendiri
menghampiri orang-orang yang lelap tertidur meski matahari sudah
terik. "Bangun pagi, rezekinya dipatok ayam tuh!" Orang tua dulu
sering berucap seperti itu. Dan entah kenapa hingga detik ini saya
tak pernah bisa menyanggah ucapan orangtua perihal rezeki itu. Saya
percaya bahwa orang-orang yang lebih cepat berupaya meraihnya lah
yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak.
Sementara mereka yang bersantai-santai atau bahkan bermalas-malasan,
terdapat kemungkinan kehabisan rezeki.
Contoh kecil, datanglah terlambat dari jam kantor Anda yang
semestinya. Perusahaan tidak hanya akan mengurangi gaji Anda akibat
keterlambatan Anda, bahkan kinerja Anda dianggap minus dan itu
mempengaruhi penilaian perusahaan terhadap Anda. Bisa jadi Anda tidak
mendapatkan promosi tahun ini, sementara rekan Anda yang tak pernah
terlambat lebih berpeluang.
Saya sering mendengar teman saya berkomentar negatif tentang apa yang
dikerjakan orang lain, "Ah, kalau cuma tulisan begini sih saya juga
bisa melakukannya" atau "Saya bisa melakukan yang lebih baik dari
orang itu". Kepadanya saya katakan, saya yakin Anda bisa
melakukannya. Masalahnya, sejak tadi saya hanya melihat Anda terus
berbicara dan tak melakukan apa pun. Sementara orang-orang di luar
sana langsung berbuat tanpa perlu banyak bicara. Buktikan, jika Anda
sanggup! Terus berbicara dan mengomentari hasil kerja orang lain
tidak akan membuat Anda diakui keberadaannya. Hanya orang-orang yang
berbuatlah yang diakui keberadaannya.
Kepada peserta di kelas pelatihan tersebut saya jelaskan, simulasi
tadi juga berlaku untuk urusan ibadah. Saya tidak berhak mengatakan
bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih
besar, karena itu hak Allah dan juga tergantung dengan kualitas
ibadahnya itu sendiri. Tapi bukankah setiap orang tua akan lebih
menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika dipanggil
ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda?
 
Jika demikian, buatlah Allah suka kepada Anda. Karena suka mungkin saja awal
dari cinta. Semoga.
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

 


Celebrate Yahoo!'s 10th Birthday!
Yahoo! Netrospective: 100 Moments of the Web

ONLY THE PARANOID SURVIVE - Andrew S. Grove

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/
CV Global Intermedia - http://www.g-im.com/



Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke