betuul... org kan bisa liat semut di ujung dunia tp gajah di depan mata ga 
keliatan... itu berarti mencari2 kekurangan org lain, padahal kekurangan diri 
sendiri pura2 ga di liat... kayaknya instropeksi diri, dan jgn main cap seseorg 
itu buruk.. bukankah cinta tak memandang apa2....
 
Best regards,
 
Sandra 
Cs Home Shopping
PT. Broadband Multimedia,Tbk
Lippo Cyber Park No. 2170
Karawaci, Tangerang
Mail       : [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
Yames    : canda_aq
Telp      : 62.21.55770000
Ext       : 6384
 

________________________________

From: e-ketawa@yahoogroups.com on behalf of Ruhaya aya
Sent: Thu 9/7/2006 11:24
To: e-ketawa@yahoogroups.com
Subject: Re: e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran



yuuups,,setojooo

[EMAIL PROTECTED] wrote: 



        artikel yang aneh.........
        INGAT.......pelacuran juga bisa dengan tulisan dan kata kata.....
        so......lebih baik koreksi diri sendiri dan jangan pernah cap seseorang
        sekelompok orang ato sebuah kaum dengan kesimpulan yang diambil
        sendiri , boleh berpendapat tp alangkah lebih baik bila tidak menCAP 
orang
        dengan hal2 yang belum tentu kebenarannya , lebih baik memikirkan
        orang2 yang ada disekitar kita siapa tau mereka lebih butuh diperhatikan
        dan dibantu. atau bahkan mungkin diri sendiri yang butuh diperhatikan
        dan dibantu.
        
        "Desy R. Pratiwi" <[EMAIL PROTECTED] 
<mailto:desy.ratnasari.pratiwi%40gmail.com> > on 09/07/2006 10:24:15 AM
        
        Please respond to e-ketawa@yahoogroups.com 
<mailto:e-ketawa%40yahoogroups.com> 
        
        To: "e-ketawa@yahoogroups.com <mailto:e-ketawa%40yahoogroups.com> " 
<e-ketawa@yahoogroups.com <mailto:e-ketawa%40yahoogroups.com> >
        cc: (bcc: FinalAss'y-Material CD-ROM/MKI)
        
        Subject: e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran
        
        

        dari yg patah hati ama siti.....
        ====================
        
        ---------- Forwarded message ----------
        
        Pernikahan dan Pelacuran
        
        Hati saya benar-benar hancur melihat kenyataan bahwa Siti Nurhaliza 
akhirnya
        menikah dengan Datuk K. Dalam hati saya berkata, teganya Siti menjual
        dirinya kepada lelaki kaya hidung belang.
        
        Pernikahan tsb membuktikan kebenaran sinyalemen saya beberapa waktu 
lalu,
        bahwa wanita, sekaya apa pun dia, akan tetap memilih lelaki yang lebih 
kaya
        darinya sebagai suami. Dalam kasus ini, kurang apa lagi "mbak" Siti, 
dari
        segi materi? Kenapa dia lebih suka memilih lelaki, yang konon, 
sebetulnya
        adalah suami orang?
        
        Seperti banyak dirumorkan media Malaysia dan media jirannya, bahwa CT 
(Siti)
        lebih suka nemplok di pelukan suami orang, daripada di pelukan lelaki 
yang
        masih membujang. Karena kehadiran Siti di hati sang Datuk lah, maka 
istri
        Datuk memilih cerai daripada dimadu.
        
        Kalau cuma suka pada lelaki beristri, kenapa sih, bukan memilih saya 
atau
        anda saja? Ah, tentu saja kehadiran saya tidak akan ada artinya bagi
        berlangsungnya jaminan sosial sang diva. Financial security, itulah 
alasan
        kebanyakan wanita menikah. Sedangkan lelaki lebih suka menikah karena 
bakat
        bawaan instink primitifnya yaitu, tertarik "barang" bagus.
        
        Lelaki berduit mana yang tak menginginkan wanita yang mirip boneka 
barbie
        itu? Jangankan lelaki berduit, lelaki yang tak berduit pun pasti 
berkhayal,
        malu-malu atau tidak malu-malu, untuk menikah dengan penyanyi bersuara 
emas
        itu. Apalagi karakternya yang anggun dalam penampilan, sopan dalam 
bertutur
        kata, dan tidak suka pamer aurat itu, pasti menambah hasrat setiap pria
        untuk mendapatkan sorga dunia.
        
        Walaupun saya tidak suka mendengar musik, tapi sepintas saya dapat 
menilai
        bahwa si Siti Nurjazila ini mempunyai bakat besar dalam menyanyi (betul 
apa
        tak betul?). Dan yang saya kagumi juga, dia tak pernah berpakaian ala 
barat
        di setiap kali penampilannya. Dia tidak terpengaruh untuk ikut-ikutan
        menggunakan pakaian yang seksi, minim atau ketat.
        
        Berbeda jauh dengan para penyanyi wanita kita, yang lebih suka 
memamerkan
        lekuk-lekuk tubuhnya dengan berpakaian ketat atau minim, dalam rangka
        mendongkrak pendapatan belanja rumah tangga. Malah bukan rahasia lagi 
kalau
        para penyanyi wanita yang sudah beristri pun, rela meninggalkan suami 
dan
        anaknya berhari-hari karena dibooking "manggung" oleh organisasi ini,
        organisasi itu.
        
        Di sini terlihat dengan jelas, bahwa berdasarkan salah satu fenomena 
tsb,
        sebetulnya batas antara penyanyi wanita (artis) dan pelacur sangatlah 
tipis.
        Boleh dibilang tak ada batasnya, sebab keduanya sama-sama menjajakan sex
        appeal yang mereka miliki, baik melalui suara atau tubuh mereka.
        
        Dengan sex appeal (daya tarik seksual) yang menjadi andalan mereka 
berbisnis
        inilah, yang kemudian mendasari mereka untuk memasang harga, baik ketika
        show yang sebenarnya, atau show yang pakai tanda kutip, "show". Lebih 
jauh
        lagi, dalam segala aspek, harga tinggi tersebut kemudian berdampak pada
        tingginya gengsi, sehingga segala sesuatunya, disebut pantas atau tidak
        pantas, dengan nominal uang.
        
        Contohnya dalam perkawinan yang dialami banyak kaum selebritis, tak ada 
satu
        pun yang rela menikah dengan orang miskin, atau katakanlah, dengan orang
        yang standar ekonomi menengah. Dan penyakit masyarakat tersebut ternyata
        juga bukan menjangkiti para selebritis yang sering nongol di TV, 
orang-orang
        kampung yang tidak pernah masuk berita pun, mematok harga tinggi bagi 
anak
        gadisnya. Apalagi kalau sang anak bertampang cantik atau mirip-mirip 
artis,
        maka harga jualnya pun tentu lebih tinggi lagi.
        
        Anda boleh saja protes, tapi hal ini benar adanya. Banyak orangtua yang
        bertingkah seperti germo atau bromocorah yang memasang tarif tinggi bagi
        siapa yang hendak meminang anak gadisnya. Terkadang sang anak gadis pun
        merasa dirinya cantik dan memang merasa pantas dihargai dengan harga 
tinggi.
        
        
        Jadilah di sini batas pelacuran dan pernikahan jadi kabur. Dalam kedua 
event
        tsb, sang lelaki sebagai konsumen, sama-sama harus mempunyai budjet yang
        banyak untuk mendapatkan seorang wanita. (Berdasarkan kenyataan ini,
        barangkali nanti, para "ulama" jaringan islamliberal akan mengeluarkan 
fatwa
        bahwa melacur itu halal karena, sama-sama mengeluarkan uang, seperti 
laiknya
        pernikahan).
        
        Kalau jiwa pelacur dan germo sudah menguasai, maka segalanya harus serba
        wah, termasuk memilih calon suami, seperti yang menimpa Siti Nurhalija.
        Sopan santun dalam bertutur kata, elok dalam berpakaian, hanyalah 
kamuflase
        untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari lelaki hidung belang.
        Pengetahuan agamanya hanya dijadikan umpan untuk menjaring konsumen yang
        lebih banyak.
        
        Menyinggung tipisnya batas pernikahan dan pelacuran, berarti menyinggung
        sebuah kosa kata lain, yaitu kebaikan yang diwakili polisi,lawan 
kejahatan
        yang diwakili penjahat. Batas antara kebaikan dan kejahatan hanyalah 
sebuah
        benang yang transparan.
        
        Seorang polisi dan seorang penjahat sama saja statusnya, sama-sama 
merugikan
        masyarakat. Penjahat merugikan orang lain tanpa menggunakan institusi 
resmi,
        sedangkan polisi, pejabat pemerintah, anggota DPR/DPRD, hakekatnya 
adalah
        penjahat juga, sebab mereka suka memakan uang rakyat dengan menjual 
hukum.
        
        Bahkan ketika seorang terpidana harus masuk penjara untuk bertobat, 
segala
        infra strukturnya tidak mendukung sama sekali untuk bertobat. Seorang
        terpidana, yang seharusnya segala nafsu kriminalnya dibelenggu oleh 
aparat,
        masih bisa melakukan segala bentuk criminal, baik sebagai bandar 
narkoba,
        atau yang kecil-kecilan, jualan rokok.
        
        Lebih edan lagi, dosa dan kejahatan itu juga menjadi kewajiban bagi 
penjaga
        penjara, karena mereka mewajibkan para pengunjung membayar sekian rupiah
        untuk sekali bezuk. Jadi sebetulnya semua mata rantai dalam penjara itu,
        baik polisi, hakim, yang terpidana, sipirnya, ketua lapasnya, dan
        pengunjungnya sama-sama tukang criminal.
        
        Jadi seseorang masuk penjara bukanlah sebuah jaminan akan terbebas dari
        menebus sebuah dosa, sebab dosa yang lain sedang menanti.
        
        Well, bagaimana pun juga kehidupan terus berjalan. Pelacuran dan 
perkawinan
        tak akan pupus dari dunia, selama para wanita cantik dan tidak cantik 
masih
        merasa sebagai barang yang mahal. Polisi, pejabat, anggota dewan dan
        penjahat tetap saja masih satu derajat, selama mereka tidak menyadari 
betapa
        berharganya secuil nasi tetangga yang tercecer di atas meja.
        
        Kembali ke soal perkawinan Siti Nurhaliza vs |Datuk K. Sebagai seorang
        muslim yang baik, mustinya Datuk K tidak hanya sekedar melegitimasi
        perkawinan untuk melampiaskan nafsunya. Sebagai anggota dari umatan 
wasatan,
        mustinya Datuk K, dan juga kita, dalam hal perkawinan mempunyai sebuah 
misi,
        baik itu misi sosial, ekonomi maupun pendidikan.
        
        Bukan hanya sharing, maaf, alat kelamin, dengan bayaran yang mahal, tapi
        juga musti sharing harta-benda dan intelektual. Dengan kata lain, 
mustinya
        seorang yang kaya menikah dengan seorang yang miskin. Orang pandai 
menikah
        dengan orang yang kurang pandai. Seorang ahli agama mustinya kawin 
dengan
        seorang yang buta agama. Dengan demikian terjadi sharing ekonomi, 
sosial dan
        intelektual.
        
        Kalau seorang kaya kawin dengan orang kaya, orang miskin musti kawin 
dengan
        orang miskin, ustadz kawin dengan ustadzah, menurut saya mereka bukan
        termasuk orang-orang yang beruntung, dan tidak mengerti makna visi dan 
misi
        beragama.
        
        Dalam hal ini saya salut dengan orang-orang Singapura yang mau menikahi 
para
        janda miskin dari bangsa Indonesia. Padahal para janda itu rata-rata
        bertampang jauh memprihatinkan dari Siti Nurhaliza (dan tak bisa 
menyanyi).
        Dan dari segi ekonominya pun tergolong pas-pasan, karena mereka 
kebanyakan
        tadinya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang 
masak,
        dll.
        
        Kalau seorang Siti Nurhaliza dan yang senasib dengannya masih juga 
mencari
        lelaki yang lebih kaya, menurut saya, mereka tak ada beda dengan 
pelacur.
        Walau mereka nampak terhormat, tapi mental mereka mental pelacur. Begitu
        juga Datuk Khalid, walaupun kedudukannya terpuji di mata Malaysia, tapi
        mentalnya tetap mental hidung belang.
        
        Sebagai Penutup, walaupun saya kurang setuju dengan keputusan yang 
diambil
        oleh "dik" Siti dan datuknya, saya tetap berlaku sportif. Saya ucapkan
        semoga pasangan Datuk K dan Siti boleh berkekalan selama-lamanya Siti 
mampu
        bertahan. Dan sebagai seorang lelaki, saya selalu berkeyakinan bahwa,
        kesempatan kedua itu selalu ada, jadi¡Ä saya menunggu jandanya sajalah!
        
        wassalam
        
        dari yg patah hati ama siti.....
        ====================
         
        ---------- Forwarded message ----------
        
        Pernikahan dan Pelacuran
        
        Hati saya benar-benar hancur melihat kenyataan bahwa Siti Nurhaliza 
akhirnya menikah dengan Datuk K. Dalam hati saya berkata, teganya Siti menjual 
dirinya kepada lelaki kaya hidung belang. 
        
        Pernikahan tsb membuktikan kebenaran sinyalemen saya beberapa waktu 
lalu, bahwa wanita, sekaya apa pun dia, akan tetap memilih lelaki yang lebih 
kaya darinya sebagai suami. Dalam kasus ini, kurang apa lagi "mbak" Siti, dari 
segi materi? Kenapa dia lebih suka memilih lelaki, yang konon, sebetulnya 
adalah suami orang? 
        
        Seperti banyak dirumorkan media Malaysia dan media jirannya, bahwa CT 
(Siti) lebih suka nemplok di pelukan suami orang, daripada di pelukan lelaki 
yang masih membujang. Karena kehadiran Siti di hati sang Datuk lah, maka istri 
Datuk memilih cerai daripada dimadu. 
        
        Kalau cuma suka pada lelaki beristri, kenapa sih, bukan memilih saya 
atau anda saja? Ah, tentu saja kehadiran saya tidak akan ada artinya bagi 
berlangsungnya jaminan sosial sang diva. Financial security, itulah alasan 
kebanyakan wanita menikah. Sedangkan lelaki lebih suka menikah karena bakat 
bawaan instink primitifnya yaitu, tertarik "barang" bagus. 
        
        Lelaki berduit mana yang tak menginginkan wanita yang mirip boneka 
barbie itu? Jangankan lelaki berduit, lelaki yang tak berduit pun pasti 
berkhayal, malu-malu atau tidak malu-malu, untuk menikah dengan penyanyi 
bersuara emas itu. Apalagi karakternya yang anggun dalam penampilan, sopan 
dalam bertutur kata, dan tidak suka pamer aurat itu, pasti menambah hasrat 
setiap pria untuk mendapatkan sorga dunia. 
        
        Walaupun saya tidak suka mendengar musik, tapi sepintas saya dapat 
menilai bahwa si Siti Nurjazila ini mempunyai bakat besar dalam menyanyi (betul 
apa tak betul?). Dan yang saya kagumi juga, dia tak pernah berpakaian ala barat 
di setiap kali penampilannya. Dia tidak terpengaruh untuk ikut-ikutan 
menggunakan pakaian yang seksi, minim atau ketat. 
        
        Berbeda jauh dengan para penyanyi wanita kita, yang lebih suka 
memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya dengan berpakaian ketat atau minim, dalam 
rangka mendongkrak pendapatan belanja rumah tangga. Malah bukan rahasia lagi 
kalau para penyanyi wanita yang sudah beristri pun, rela meninggalkan suami dan 
anaknya berhari-hari karena dibooking "manggung" oleh organisasi ini, 
organisasi itu. 
        
        Di sini terlihat dengan jelas, bahwa berdasarkan salah satu fenomena 
tsb, sebetulnya batas antara penyanyi wanita (artis) dan pelacur sangatlah 
tipis. Boleh dibilang tak ada batasnya, sebab keduanya sama-sama menjajakan sex 
appeal yang mereka miliki, baik melalui suara atau tubuh mereka. 
        
        Dengan sex appeal (daya tarik seksual) yang menjadi andalan mereka 
berbisnis inilah, yang kemudian mendasari mereka untuk memasang harga, baik 
ketika show yang sebenarnya, atau show yang pakai tanda kutip, "show". Lebih 
jauh lagi, dalam segala aspek, harga tinggi tersebut kemudian berdampak pada 
tingginya gengsi, sehingga segala sesuatunya, disebut pantas atau tidak pantas, 
dengan nominal uang. 
        
        Contohnya dalam perkawinan yang dialami banyak kaum selebritis, tak ada 
satu pun yang rela menikah dengan orang miskin, atau katakanlah, dengan orang 
yang standar ekonomi menengah. Dan penyakit masyarakat tersebut ternyata juga 
bukan menjangkiti para selebritis yang sering nongol di TV, orang-orang kampung 
yang tidak pernah masuk berita pun, mematok harga tinggi bagi anak gadisnya. 
Apalagi kalau sang anak bertampang cantik atau mirip-mirip artis, maka harga 
jualnya pun tentu lebih tinggi lagi. 
        
        Anda boleh saja protes, tapi hal ini benar adanya. Banyak orangtua yang 
bertingkah seperti germo atau bromocorah yang memasang tarif tinggi bagi siapa 
yang hendak meminang anak gadisnya. Terkadang sang anak gadis pun merasa 
dirinya cantik dan memang merasa pantas dihargai dengan harga tinggi. 
        
        Jadilah di sini batas pelacuran dan pernikahan jadi kabur. Dalam kedua 
event tsb, sang lelaki sebagai konsumen, sama-sama harus mempunyai budjet yang 
banyak untuk mendapatkan seorang wanita. (Berdasarkan kenyataan ini, barangkali 
nanti, para "ulama" jaringan islamliberal akan mengeluarkan fatwa bahwa melacur 
itu halal karena, sama-sama mengeluarkan uang, seperti laiknya pernikahan). 
        
        Kalau jiwa pelacur dan germo sudah menguasai, maka segalanya harus 
serba wah, termasuk memilih calon suami, seperti yang menimpa Siti Nurhalija. 
Sopan santun dalam bertutur kata, elok dalam berpakaian, hanyalah kamuflase 
untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari lelaki hidung belang. Pengetahuan 
agamanya hanya dijadikan umpan untuk menjaring konsumen yang lebih banyak. 
        
        Menyinggung tipisnya batas pernikahan dan pelacuran, berarti 
menyinggung sebuah kosa kata lain, yaitu kebaikan yang diwakili polisi,lawan 
kejahatan yang diwakili penjahat. Batas antara kebaikan dan kejahatan hanyalah 
sebuah benang yang transparan. 
        
        Seorang polisi dan seorang penjahat sama saja statusnya, sama-sama 
merugikan masyarakat. Penjahat merugikan orang lain tanpa menggunakan institusi 
resmi, sedangkan polisi, pejabat pemerintah, anggota DPR/DPRD, hakekatnya 
adalah penjahat juga, sebab mereka suka memakan uang rakyat dengan menjual 
hukum. 
        
        Bahkan ketika seorang terpidana harus masuk penjara untuk bertobat, 
segala infra strukturnya tidak mendukung sama sekali untuk bertobat. Seorang 
terpidana, yang seharusnya segala nafsu kriminalnya dibelenggu oleh aparat, 
masih bisa melakukan segala bentuk criminal, baik sebagai bandar narkoba, atau 
yang kecil-kecilan, jualan rokok. 
        
        Lebih edan lagi, dosa dan kejahatan itu juga menjadi kewajiban bagi 
penjaga penjara, karena mereka mewajibkan para pengunjung membayar sekian 
rupiah untuk sekali bezuk. Jadi sebetulnya semua mata rantai dalam penjara itu, 
baik polisi, hakim, yang terpidana, sipirnya, ketua lapasnya, dan pengunjungnya 
sama-sama tukang criminal. 
        
        Jadi seseorang masuk penjara bukanlah sebuah jaminan akan terbebas dari 
menebus sebuah dosa, sebab dosa yang lain sedang menanti.
        
        Well, bagaimana pun juga kehidupan terus berjalan. Pelacuran dan 
perkawinan tak akan pupus dari dunia, selama para wanita cantik dan tidak 
cantik masih merasa sebagai barang yang mahal. Polisi, pejabat, anggota dewan 
dan penjahat tetap saja masih satu derajat, selama mereka tidak menyadari 
betapa berharganya secuil nasi tetangga yang tercecer di atas meja. 
        
        Kembali ke soal perkawinan Siti Nurhaliza vs |Datuk K. Sebagai seorang 
muslim yang baik, mustinya Datuk K tidak hanya sekedar melegitimasi perkawinan 
untuk melampiaskan nafsunya. Sebagai anggota dari umatan wasatan, mustinya 
Datuk K, dan juga kita, dalam hal perkawinan mempunyai sebuah misi, baik itu 
misi sosial, ekonomi maupun pendidikan. 
        
        Bukan hanya sharing, maaf, alat kelamin, dengan bayaran yang mahal, 
tapi juga musti sharing harta-benda dan intelektual. Dengan kata lain, mustinya 
seorang yang kaya menikah dengan seorang yang miskin. Orang pandai menikah 
dengan orang yang kurang pandai. Seorang ahli agama mustinya kawin dengan 
seorang yang buta agama. Dengan demikian terjadi sharing ekonomi, sosial dan 
intelektual. 
        
        Kalau seorang kaya kawin dengan orang kaya, orang miskin musti kawin 
dengan orang miskin, ustadz kawin dengan ustadzah, menurut saya mereka bukan 
termasuk orang-orang yang beruntung, dan tidak mengerti makna visi dan misi 
beragama. 
        
        Dalam hal ini saya salut dengan orang-orang Singapura yang mau menikahi 
para janda miskin dari bangsa Indonesia. Padahal para janda itu rata-rata 
bertampang jauh memprihatinkan dari Siti Nurhaliza (dan tak bisa menyanyi). Dan 
dari segi ekonominya pun tergolong pas-pasan, karena mereka kebanyakan tadinya 
berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang masak, dll. 
        
        Kalau seorang Siti Nurhaliza dan yang senasib dengannya masih juga 
mencari lelaki yang lebih kaya, menurut saya, mereka tak ada beda dengan 
pelacur. Walau mereka nampak terhormat, tapi mental mereka mental pelacur. 
Begitu juga Datuk Khalid, walaupun kedudukannya terpuji di mata Malaysia, tapi 
mentalnya tetap mental hidung belang. 
        
        Sebagai Penutup, walaupun saya kurang setuju dengan keputusan yang 
diambil oleh "dik" Siti dan datuknya, saya tetap berlaku sportif. Saya ucapkan 
semoga pasangan Datuk K dan Siti boleh berkekalan selama-lamanya Siti mampu 
bertahan. Dan sebagai seorang lelaki, saya selalu berkeyakinan bahwa, 
kesempatan kedua itu selalu ada, jadi... saya menunggu jandanya sajalah! 
        
        wassalam 
        


________________________________

How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. 
<http://us.rd.yahoo.com/mail_us/taglines/postman8/*http://us.rd.yahoo.com/evt=39663/*http://voice.yahoo.com>
 

 


Milis e-ketawa : tempat orang2 keren yg NO SARU & NO SARA

peace yo..!!

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

<<winmail.dat>>

Kirim email ke