Meski indeks saham Dow Jones di Wall Street yang lazim menjadi acuan bergerak 
positif,  tampaknya hal itu tidak mempengaruhi para investor di Bursa Efek 
Indonesia (BEI). Bursa saham di Indonesia justru rontok dan mencapai titik 
terendah selama tahun ini. Indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh 90 poin 
(tujuh persen) ke level 1.240.  Secara agregat IHSG sudah terpangkas 55 persen 
dari posisi di awal tahun.
   
  Jika mengacu kepada respon negatif di bursa saham tersebut, merupakan 
indikasi awal bahwa para investor khawatir atas prospek kinerja berbagai 
perusahaan di Indonesia yang mereka perkirakan akan bakal terimbas krisis yang 
terjadi di Amerika Serikat. 


  Hal itu tidaklah aneh, Indonesia tidaklah sendirian, respon negatif itu juga 
terjadi hampir di seluruh bursa di Asia yang rontok dan mencapai titik 
terendah. Investor masih khawatir atas kondisi ekonomi global yang melambat dan 
makin serba tidak pasti sehingga akan mempengaruhi prospek kinerja berbagai 
perusahaan Asia juga bakalan anjlok.
   
  Jatuhnya indeks Asia itu diikuti melemahnya nilai tukar mata uang Dollar 
Amerika Serikat di negara-negara Asia. Investor dan para pialang valas terus 
membuang Dolar AS karena khawatir dengan perkembangan indikator kondisi 
perekonomian Amerika Serikat yang semakin mengkhawatirkan dan menunjukkan 
sinyal terjadinya resesi.
   
  Angka pengangguran di Amerika Serikat yang naik lebih cepat dari prediksi, 
klaim tunjangan pengangguran yang melebihi angka 400 ribu jiwa. Kondisi ini 
dikhawatirkan akan mendorong bank sentral AS, The Fed, memotong kembali suku 
bunga. 
   
  Investor Asia jelas menjadi cemas akan kondisi perekonomian Amerika Serikat. 
Di beberapa negara Asia, aksi jual Dolar AS makin menjadi-jadi dan tampaknya 
tidak bisa dihentikan. Di Jepang misalnya, nilai tukar USD melemah menjadi 95 
JPY per 1 USD, ini merupakan posisi terendah sejak tahun 1995.
   
  Akan tetapi, di Indonesia, nilai tukar mata uang Dollar Amerika Serikat 
justru semakin menguat terhadap Rupiah. Kurs jual pada tanggal 24 Oktober 2008 
mencapai Rp. 10.463.00 per 1 USD. Ini merupakan kurs tertinggi sejak 01 Januari 
2008 yang Rp. 9.826.00 per 1 USD.
   
  Sedangkan beberapa mata uang kuat lainnya justru mengalami perlemahan 
terhadap Rupiah. Semisal, kurs jual Euro pada tanggal 24 Oktober 2008 turun 
menjadi Rp. 13.426.12 per 1 EUR. Ini merupakan kurs terendah sejak 01 Januari 
2008 yang Rp. 15.137.94 per 1 EUR. Demikian juga dengan British Pound, kurs 
jual GBP pada tanggal 24 Oktober 2008 merosot menjadi Rp. 16.838.11 per 1 GBP. 
Ini merupakan kurs terendah sejak 01 Januari 2008 yang Rp. 19.175.44 per 1 GBP.
   
  Fenomena perkuatan nilai tukar USD di Indonesia yang berbeda dengan dengan 
negara-negara Asia lainnya yang nilai tukar USD mengalami perlemahan ini 
kemungkinan besar dikarenakan dana asing terutama dari Amerika Serikat yang 
selama lima tahun ini membanjiri masuk ke Indonesia secara bertahap telah mulai 
ditarik.
   
  Jika demikian, apakah berarti krisis finansial di Amerika Serikat yang mulai 
mengglobal itu telah sampai di ujung pintu bangunan perekonomian nasional 
Indonesia ?.
   
  Wallahu’alambishshawab. 
   
  *****
   
   
  DATA KURS JUAL MATA UANG ASING
  http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kurs+Bank+Indonesia/Kurs+Uang+Kertas+Asing/
   
   
  USD (US Dollar) 
  01 Januari 2008 : Rp. 9.826.00
  Tertinggi : 24 Oktober 2008: Rp. 10.463.00
  Terendah : 29 Februari 2008: Rp. 9.551.00
  24 Oktober 2008 : Rp. 10.463.00
   
  EUR (Euro)
  01 Januari 2008 : Rp. 15.137.94 
  Tertinggi : 17 Maret 2008 : Rp. 15.620.77
  Terendah : 24 Oktober 2008 : Rp. 13.426.12
  24 Oktober 2008 : Rp. 13.426.12
   
  GBP (British Pound)
  01 Januari 2008 : Rp. 19.175.44
  Tertinggi : 14 Maret 2008 : Rp. 19.803.47
  Terendah : 24 Oktober 2008 : Rp. 16.838.11
  24 Oktober 2008 : Rp. 16.838.11
   
  JPY (Japanese Yen)
  01 Januari 2008 : Rp. 9.076.30
  Tertinggi : 24 Oktober 2008 : Rp. 10.839.12
  Terendah : 25 Agustus 2008 : Rp. 8.767.93
  24 Oktober 2008 : Rp. 10.839.12
   
  AUD (Australian Dollar) 
  01 Januari 2008 : Rp. 9.228.58
  Tertinggi : 03 Maret 2008 : Rp. 9.940.27
  Terendah : 10 Oktober 2008: Rp. 6.778.84
  24 Oktober 2008 : Rp. 6.889.89
   
  HKD (Hongkong Dollar)
  01 Januari 2008 : Rp. 1.257.62
  Tertinggi : 24 Oktober 2008 : Rp. 1.349.25
  Terendah : 09 Juni 2008: Rp. 1.133.88
  24 Oktober 2008 : Rp. 1.349.25
   
  SGD (Singapore Dollar)
  01 Januari 2008 : Rp. 7.131.66
  Tertinggi : 27 Mei 2008 : Rp. 7.256.96
  Terendah : 04 September 2008 : Rp. 6.780.28
  24 Oktober 2008 : Rp. 6.958.17
   
  THB (Thai Bath)
  01 Januari 2008 : Rp. 295.87
  Tertinggi : 28 Januari 2008: Rp. 314.10
  Terendah : 02 September 2008: Rp. 281.66
  24 Oktober 2008 : Rp. 301.70
   
  BND (Brunai Dollar)
  01 Januari 2008 : Rp. 7.131.66
  Tertinggi : 22 Mei 2008: Rp. 7.235.00
  Terendah : 01 September 2008: Rp. 6.804.45
  24 Oktober 2008 : Rp. 6.958.17
   
   
  DATA SUKU BUNGA SBI
  http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Suku+Bunga/Suku+Bunga+SBI/
   
  JANGKA WAKTU 1 BULAN
  02 Januari 2008 : 8.00 %
  Tertinggi : 22 Oktober 2008 : 10.66 %
  Terendah : 27 Februari 2008 : 7.93 %
  22 Oktober 2008 : 10.66 %
   
  JANGKA WAKTU 3 BULAN
  06 Februari 2008 : 7.89 %
  Tertinggi : 22 Oktober 2008 : 11.00 %
  Terendah : 06 Februari 2008 : 7.89 %
  22 Oktober 2008 : 11.00 %
   
   
  *****
   
  Seolah daun di musim gugur, meski indeks saham Dow Jones di Wall Street yang 
lazim menjadi acuan bergerak positif,  bursa-bursa saham Asia kemarin rontok 
dan mencapai titik terendah. 
   
  Pasar merespons negatif atas prospek kinerja berbagai perusahaan Asia yang 
diperkirakan juga bakal anjlok. 

Indeks Nikkei 225 Tokyo yang menjadi acuan bursa Asia, turun 9,6 persen ke 
posisi 7.649. Itu merupakan titik terendah yang dicapai pertama kalinya di 
bawah posisi 8.000, sejak Mei 2003. 
   
  Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 7,42 persen, sementara  Strait Times 
Singapura yang biasanya paling stabil, anjlok hingga delapan persen.
   
  Bursa Kospi Korea Selatan juga jatuh hingga 10,6 persen ke level 938,75. Itu 
merupakan posisi terendah sejak tiga tahun lalu. Selama sepekan ini indeks 
Kospi telah terkoreksi 20,5 persen, atau jatuh 50 persen dari awal tahun. 

Di dalam negeri, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia 
(BEI) jatuh 90 poin (tujuh persen) ke level 1.240. Itu adalah titik terendah 
selama tahun ini. 
   
  Secara agregat IHSG sudah terpangkas 55 persen dari posisi di awal tahun.
   
  Di Eropa, kondisi serupa juga terjadi. Indeks FTSE 100 di London jatuh 4,8 
persen, DX Jerman jatuh enam persen, dan CAC 40 di Paris jatuh 5,36 persen. 
   
  Kenaikan tipis indeks Dow Jones malam sebelumnya sebesar 2,02 persen, 
tampaknya tidak mempengaruhi investor di Asia. 

Jatuhnya indeks Asia itu diikuti melemahnya nilai tukar dolar menjadi 95 yen 
per dolar AS, posisi terendah sejak tahun 1995. Investor Asia jelas 
memperlihatkan kecemasan akan kondisi perekonomian Amerika Serikat. 
   
  Namun di dalam negeri, dolar AS justru menguat terhadap rupiah yang sudah 
menembus Rp 10.000 per dolar AS. Harga minyak bumi di Asia juga turun 1,2 dolar 
AS, menjadi 66,54 dolar AS per barel. 

Harga saham perusahaan elektronika Jepang, Sony Corp, turun lebih dari 14 
persen setelah merevisi target penjualan tahun ini yang diprediksi turun 59 
persen. Harga saham Panasonic Corp turun 12 persen, sementara saham Toyota 
Corporation pun melemah 6,4 persen. 
   
  ''Revisi pendapatan Sony merupakan salah satu indikator bahwa ekonomi global 
benar-benar sedang melambat. Investor masih khawatir atas kondisi ekonomi 
global yang makin serba tidak pasti '', kata Yutaka Miura, analis senior Shinko 
Securities Tokyo, seperti dikutip AP. 

Di Tokyo, aksi jual dolar AS makin menjadi-jadi setelah para pialang valas 
merespons negatif atas angka pengangguran di Amerika yang naik lebih cepat dari 
prediksi. 
   
  Klaim tunjangan pengangguran yang melebihi angka 400 ribu jiwa itu 
menunjukkan sinyal terjadinya resesi. Kondisi ini dikhawatirkan akan mendorong 
bank sentral AS, The Fed, memotong kembali suku bunga.
   
  ''Aksi jual dolar AS tampaknya tidak bisa dihentikan. Investor terus membuang 
dolar AS karena khawatir dengan perlambatan ekonomi Amerika'', kata Ikkou 
Takahashi, penjual mata uang asing di Mizuho Bank. 

Indeks saham di pasar negara-negara berkembang (emerging market) lain, seperti 
Brasil, Rusia, dan Meksiko juga turun. Investor kini lebih memilih uang kas 
daripada portofolio.
   
  ''Dana telah ditarik dari emerging market. Banyak dana Amerika dan Eropa yang 
selama lima tahun ini membanjiri kawasan itu telah ditarik. Krisis global telah 
sampai ke Asia,'' kata Linus Yip, analis First Shanghai Securities di Hong Kong.
   
   
  Ekonomi dan Bisnis : Bursa dan Rupiah Melemah .
  25 Oktober 2008.
  http://www.republika.co.id/launcher/view/mid/22/kat/16/news_id/9895
   
   
   
   
   
   
   
   
   


  
---------------------------------
  
  Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
  klik
  http://www.SyaikhAchmadSyaechudin.org
    
---------------------------------
  

       
---------------------------------
  Dapatkan alamat Email baru Anda!  
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke