Terima kasih Pak Sohib, Anda memang tahu segalanya. Saya salut dan kagum. Begitu luasnya pengetahuan Bapak. Saya akui dengan rendah hati bahwa saya belum tahu mengenai begitu banyak hal. Masih harus banyak belajar dan berguru pada Pak Sohib dan rekan rekan FPK.
Ada baiknya kita fokus kembali ke topik awal, agar tidak melebar ke mana-mana. Yang menjadi topik kita adalah "Fakultas Pertanian Sepi Peminat, sehingga dikhawatirkan di masa depan Indonesia kekurangan ahli pertanian". Dan ini menjadi keprihatinan dan kekhawatiran para mahasiswa Fak.Pertanian dan Menteri Pertanian, sampai-sampai menemui Presiden. Pertanyaannya adalah: mengapa fakultas pertanian sepi peminat? Kalau Indonesia terkenal dengan sebutan negara Agraris, mengapa justru bidang pertanian di Indonesia tidak begitu banyak diminati oleh anak-anak muda? Mengapa sarjana pertanian di Indonesia sampai nganggur (kalau ada), sehingga perlu beralih ke bidang lain yang bukan keahliannya? Mengapa sektor pertanian di Indonesia tidak maju-maju? dll. Inilah beberapa pertanyaan orang yang belum mengerti seperti saya, yang perlu dicerahkan oleh para pakar, antara lain oleh orang seperti pak Sohib. Mohon pencerahannya. Salam Mulyadi sohibmachmud <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "stephanusmulyadi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > "Keahlian dokter lebih maksimal jika dia di bidang medis ketimbang manajemen." Pertanyaannya kan lalu: kenapa tukang Insinyur lalu jadi penyiar TV? ------------------------------------ saya melihat hanya menangkap tulisan saya kata per kata dan terpaku pd contoh kasus yg saya berikan. yg uingin saya sampaikan anggapan tradisonal bahwa alumnus pertanian harus bekerja di sektor pertanian karena mempunyai nilai lebih dibanding alumnus non pertanian , ini salah kaprah. alumnus yg membelot itu nista, ini juga ngawur. pengisian jabatan manajerial hanya berdasarkan disiplin ilmu, ini nggak bener. >Coba, apakah bisa dibalik, seorang Manajer Rumah Sakit yang bukan dokter atau bukan ahli bedah membedah orang? --------------------- anda belum memahami manajerial skill dan tehnikal skill. anda belum tahu profesi yg hanya bisa dilakukan orang yg mempunyai skill khusus dan profesi yg tidak dibutuhkan skill khusus. anda tidak tahu bahwa sopir bajaj tidak boleh menyetir pesawat terbang. anda tidak tahu bahwa jabatan marketing obat boleh diisi insinyur, lulusan ikip, pesantren dll. demikian pula penyiar tv itu boleh diisi oleh lulusan dokter atau mantan presiden jika mau. > "Keahlian dokter lebih maksimal jika dia di bidang medis ketimbang manajemen." ------------- baca lagi yg jeli ini utk kasus spt yg saya sebutkan adanya tradisi atau pemaksaan suatu profesi hanya penunjukan jabatan karena dokter tsb ahli bedah dan bukan ahli manajemen. ngerti dulu manjemen dan pengertian teknis. -------------- >Kasus-kasus yang ditampilkan Pak Sohib memang banyak terjadi di Indonesia, di mana orang bisa bekerja di bidang apa saja, entah sesuai dengan bidang ilmunya atau tidak. Alasannya juga macam-macam. Beberapa memang ada yang sukses. Tapi masalahnya kita tidak tahu berapa yang gagal. ------------------------ saya tidak tertarik dgn orang yg gagal. karena mindset saya hanya tertarik orang yg sukses. yg menjadi concerned saya banyak lulusan perguruan tinggi yg menganggur, terus jika di tanya mengapa? karena posisi yg ada tidak sesuai dgn ilmu saya. saya tidak mau jadi sales asuransi karena saya insinyur peternakan. saya hanya mau kerja yg sesuai dgn ilmu saya. saya rasa ini kesalahan yg perlu diperbaiki. lebih baik insinyur peternakan jadi penyiar tv dari jadi penganggur krn mempertahankan prinsip yg kaku. lebih baik sarjana ekonomi mengajar les anak sma bahasa inggris dari nganggur. bagi saya lebih baik berpenghasilan 10 rb sehari dari pada berpenghasilan 0 rupiah sehari. jangan samakan lebih baik jadi gubernur bank indonesia dari ngajar anak les. utk soal ini mungkin guru saya bung goenardjoadi bisa memberikan sharing yg lebih jelas.