Perundingan-perundingan kita dengan negara asing dalam
urusan pangan, suka berubah menjadi kampanye bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang berniat baik.
Padahal perunding asing dari sana datang untuk
mengetahui seberapa buruk dampak bagi kita atas niat
mereka untuk mempertahankan kepentingan (petani
mereka). Bedanya, mereka membawa proposal-proposal,
termasuk skema bantuan dan hibah-hibah. Kita memahami
usul mereka seindah niat baik kita. Sehingga, ketika
tiba masa penerapan, dan kemudian 'kecorobohan; kita
menuai kesengsaraan, kita mencak-mencak menuding
mereka tidak 'fair'!

Andaikata kita melihat setiap perundingan adalah
bagian dari siapa memperoleh apa, dan kemudian oleh
beban siapa, maka akan kita dapati bahwa  setiap
'hadiah' yang mereka berikan justru adalah
'konpensasi' atas mahalnya pengorbanan kita. Dan, jika
kemudian kita bersikap sama, yakni suatu hari harus
mengganti-rugi sesuatu yang kita terima, maka cara
kita memanfaatkan 'pinjaman, bantuan, hibah' tidak
lagi untuk foya-foya. Kita tidak akan menggunakan dana
itu untuk sekadar plesiran para pejabat ke LN. 

Mestinya, kita memanfaatkan semua konpensasi untuk
menguatkan posisi kita dikemudian hari, dan baiknya
kitapun punya keinginan untuk membantu mereka di hari
nanti, kendatipun itu masih dalam angan-angan.



--- Haniwar Syarif <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mas  Tjuk,
> 
> saya juga galau  kalau sbg negara agraris kita  kok
> hampir seluruh 
> kebutuhannya   diimpor.
> 
> 
> Cuma bedanya...
> 
> teriakan saya :;  tingkatkan produksi... dan bukan
> .. larang impor ...
> 
> Saya menangarai banyaknya orang  yg menggunakanan
> issue populis .. "larang 
> impor  demi kepentingan petani " justru bukan
> berbuat sesuatu 
> utk  peningkatan produksi dan kesejahteraan di
> tingkat petani...
> 
> Seringkali.. permintaan proteksi ..dan larangan
> impor tidak berbuah .. 
> peningkatan produksi baik jumlah maupun efisiensi..
> apalagi kesejahteraan 
> petani
> 
> 
> Malah cuma melindungi kekuatan monopoli pasar yg
> telah dimilikinya.. entah 
> oligopoli DOC .. entah monopoli  pembelian tebu
> rakyat... . entah pula 
> melindungi monopoli bisnis impor sapi hidup..
> 
> 
> Tapi siapa yg berbuat nyata meningkatkan produksi
> gula,  daging , padi 
> dsbnya..???
> 
> Orang berebut jadi pimpinan  HKTI, bukan mustahil
> hanya jadi kendaraan 
> politik saja, giliran  omong harga beras.. mau
> melindungi rakyat.. kalau 
> ganti baju omong tarif tol.. pastilah beliau maunya
> menggencet rakyat dgn 
> harga tol setinggi tingginya..
> 
> Coba kita ganti bicara... : ayo dunia peternakan
> ayam sudah berapa lama 
> menerima proteksi.. kapan bisa meningkatkan produksi
> .. sehingga rakyat 
> menikmati  harga ayam yg kompetitif..
> 
> ayo bagaimana menaikkan produksi padi sehingga
> mencapai 7 ton per ha.. 
> sehingga harganya bisa turun, nggak usah impor lagi
> dan petani  walau harga 
> pe rkg turun tapi jumlah naik bisa untung.
> 
> kalau perlu proteksi.. ayo sampai kapan ???
> 
> 
> Ayo.. kapan .. pemggemukan sapi impor berhenti.. dan
> kapan kita bisa 
> produksi sapi sendiri..
> 
> Titik teriakannya.. bukan kurangi impor..  tapi  
> tingkatkan teknologi, 
> timgkatkan efisiensi...demi peningkatan   produksi..
> 
> 
> Lalu satu lagi.. kalau harus impor.. impoilah bahan
> baku bukan barang jadi..
> 
> kalau mau eskpor , ekspor lah bahan jadi yg sudah
> bernilai tambah bukan 
> bahan mentah...
> 
> 
> industri baja kita terpuruk , krn bahan jadi LN
> murah, ( krn bahan bauku 
> murah dan kerja effisien) lalu .. apakah kita harus
> bergantung pada bahan 
> baku dalam negeri yg mahal ??/ , lalu akhirnya mati
> sama sama ?( krn kalah 
> bersaing dgn produk jadi LN) , atau , kit pajaki
> barang jadi tinggi tinggi, 
> kita mix  bahan baku dalam dan impor dr luar negeri 
> sehingga harganya jadi 
> lumayan... .Lalu penuhi kebutuhan dalam negeri dgn
> produk jadi hsl dalam 
> negeri. Saya yakin... industri pengolahan akan mampu
> berproduksi dgn baik..
> 
> 
> 
> Sama saja dgn beras... , kita lebih baik impro
> bibit, yg bagus, pakai 
> teknologi yg bagus , drpd impor beras jadi..., dgn
> bibit yg baik dan 
> teknologi yg tepat guna,  maka kenaikan 20 persen
> hasil bukanlah lah impian 
> semata.
> 
> 
> Begitu juga di daging,  begitu juga dgn roti, selama
> bahan baku yg diimpor, 
> masih lumayan, karena  beri nilai tambah... mumpung
> hasil dalam negeri 
> belum ada.
> 
> atau rakyat kira berhenti makan tempe krn nggak
> boleh impor kedele ???..
> 
> Kita saat ini makan tempe dari kedele impor
> Amerika.. itu o k saja, selama 
> kita belum bisa memenuhi produksi kedele..
> 
> Begitupun dgn gandum...  saya tahu bhw Franky
> Welirang dgn grupmya ada 
> membiayai penelitian dgn IPB utk menxari kemungkinan
>  nanamm gandum di 
> ketinggian tertentu di Indonesia.
> 
> Saya juga tahu banyak penelitian  yg ingin
> mensubstitussi setidaknya 
> sebagian gandum dgn pati dr tanaman lain, misal ubi
> jalar, atau dr cassava. 
> dan hasil di penilitan cukup baik. Juga ada
> "bumie.."  mie instant 
> yg  wsebagian gandumnya di ganti labu,  , ada juga
> roti yg sebagian 
> gandumnya di ganti pati dr ubi jalar..
> 
> 
> Keduanya msih dlm sekala kecil.. tapi .. andaipun 
> nggak sepenuhnya 
> ganti  gandum, angka 20 persen pun akan cukup
> significant..
> 
> Yg penting.. jangan mau tergantung impior  gandum 
> hanya dr satu negara... 
> . harus ada sumber suplai yg banyak..
> Banyak yg bekerja dalam tataran.. keinginan
> berproduksi yg lebih efisien, 
> ditengah keluham  populis.. yg tujuannya cuma ingin
> populer...
> Kita tetap berdaulat jika kita punya pilihan.. nggak
> ada satu negarapun yg 
> sepenuhnya makan dr hasil pertaniannya sendiri. Lha
> produsen daging 
> terbesar spt Amrik aja masih impor daging juga..
> 
> 
> IKemarin saya sedih baca teks berjalan di  metro TV,
> kata bu marie, beliau 
> optimis bisa menaikkan ekspor CPO krn Malayisa lebih
> konsentrasi pd produk 
> turunan CPO.
> 
> 
> Kalau produk turunan CPOIitu artinya, CPO yg ngak
> crude lagi melainkan 
> olahan, justru malaysia yg benar.
> 
> 
> Kita maunya.. ekspor CPO ygf belum diolah , atau 
> cacao yg belum disortasi, 
> kayu gelondongan, batu bara , dam semua bahan baku
> lagi... lalu meringis 
> teriak teriak.. ketika bahan jadi  harus
> diimpor..,antara lain krn bahan 
> baku dalam negeri mahal..
> 
> 
> Jangan mimpi ttg kekayaan alam kita..tapi ubahlah
> menjadi kenyataan ttg 
> kejayaan sumber daya manusia kita yg mampu menyerap
> teknologi tinggi.
> 
> 
> Kita teriak menolak GM food, tanpa kita sadari, bhw 
> dunia berubah cepat, 
> efisiensi mrk bergerak maju cepat...,bahkan Mesir
> sudha mengklaim mampu 
> memproduksi beras dgn hasil 10 ton per ha... ??
> 
> Soal minyak ??? , lha yang bodo kan kita,,yg nggak
> bisa bisa menaikkan 
> haisl produksi yg menurut banyak pihak sebenarnya
> bisa dirtingkatkan ?/
> 
> Lalu ... kemana juga hasil pertambagan yg lain..
> malah di jual murah ke LN 
> , contoh , gas.., seadnainya nggak dieksopor ke LN,
> tapi di pakai industri 
> dalam negeri utk produksi pupuk, utk bangkitkan
> tenaga listrik, pastilah 
> pupuk murah, PLN untung, dan banyak uyg mau invest
> disini, karena 
> lketersediaan energi yg memadai..
> 
> Ehh malah nangis krn  net importer, lalu jalan
> keluarnya 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Reply via email to