Perlu ditekankan bahwa saya mengatakan "...transportasi umum semacam
Busway..." bukan busway secara khusus.

Soal pembatasan jumlah mobil, pertanyaannya berapa persen pemilik mobil yang
memiliki mobil berjumlah lebih dari satu?Kalau kita mengusulkan penghilangan
salah satu moda transportasi, dalam hal ini mobil pribadi, bukankah kita
sudah harus menyiapkan substitusinya sejak sebelum pengurangan moda (mobil
pribadi) tersebut dimulai bukan?Kita tidak bisa memaksa orang yg biasa
memakai mobil pribadi untuk mau berpuas diri dengan moda transportasi yg ada
(yg jumlahnya sangat tidak mencukupi itu),sementara bersabar selama 1-2
tahun sampai jalur busway baru untuk memenuhi kebutuhan mereka selesai
dibangun bukan??

Dan untuk bung Aries Cathleya,maaf tolong jangan melebar ke topik yg tidak
ada hubungannya sama sekali dengan Busway ini. Saya tidak terlalu peduli
apakah ada motif politis dibalik pembangunan busway karena toh data2
obyektif tetap dapat kita akses dan kritisi secara terbuka.

On 11/5/07, mariska <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Dear Tunjung,
>
> Ada banyak solusi lain untuk mengurangi atau setidaknya meredam
> kemacetan di jalan2 jakarta. Bukan hanya busway. Intinya yang paling
> utama, kalau menurut saya adalah membatasi jumlah kendaraan bermotor
> (apapun itu, tidak hanya mobil, karena motor pun jumlahnya sekarang
> sangat tinggi). Bisa dengan membatasi tahun kendaraan yang
> boleh "turun" ke jalan, atau pengaturan nomer plat (hari ini genap,
> besok ganjil), atau kalau mau ekstrim pembatasan jumlah kendaraan
> yang boleh dimiliki. Satu orang hanya boleh punya satu kendaraan
> bermotor. Jangan sampai satu orang boleh memiliki lima kendaraan
> bermotor sekaligus. Bisa juga menaikkan pajak kendaraan setinggi-
> tingginya, plus menaikkan tarif parkir juga setinggi-tingginya. "Ada
> banyak jalan menuju Roma".
>
> Busway, menurut saya memang sangat baik diterapkan, namun hanya jika
> kondisi jakarta sudah benar2 kondusif. Jalan2nya sudah lebar2
> (bayangkan jalan panjang yang sempit itu, satu jalur diambil busway),
> terminal2nya (berikut juga fasilitas umumnya seperti toilet dsbnya)
> aman dan bersih, dll, dst. Kalau masih seperti jakarta yang sekarang,
> banyak copet, fasilitas umum tidak memadai, orang juga masih malas
> beralih ke busway.
>
> Anda mungkin ketika ke Jakarta kebetulan naik busway dengan rute yang
> nyaman dan mampir di terminal yang nyaman. Bagaimana dengan yang
> harus melalui 2 terminal yang "rawan" dulu baru ketemu dengan
> busway..?
>
> Kalau moda transportasi umum dibangun tapi jumlah mobil tidak
> dibatasi, sama aja bo'ong.. Orang yang sudah terlanjur nyaman naik
> mobil pribadi, tetap malas disuruh beralih ke transportasi umum..
> Orang Indonesia tidak bisa sekadar ditawarkan alternatif, tapi
> harus "dipaksa" untuk melakukannya..
>
> Masih banyak cara lain. Jika ada kemauan, tentu ada jalan..
>
> salam,
> mariska.

Kirim email ke