Idealnya pembangunan dua-duanya (tol dan kereta) itu harus jalan pesat di
tanah air. Tinggal dilihat dari sudut studi kelayakan wilayah mana yang
tepat dibangun jalan tol dan wilayah mana tepat dibangun jalan kereta. Di
Singapura ada jalan ring-road dan ada jalur kereta MRT yang bisa memudahkan
penduduk bergerak di disekitar kota pulau itu. Di Bangkok Ada kereta layang
(sky train), ada kereta bawah tanah (subway) dan ada kereta api konvensional
seperti di Gambir. Disamping itu jalan tol di Bangkok juga mulai
diperbanyak. Bangkok sedikit lebih nyaman transportasinya daripada Jakarta.
Malah sekarang kabarnya ada bus kota gratis dijurusan tertentu.

DI Malaysia, jalan tol dibangun membentang dari Singapura sampai hampir ke
wilayah utara Malaysia dekat perbatasan  dengan Thailand. DI Kuala Lumpur
sendiri ada mono-rail, ada MRT dan ada kereta api biasa. Malaysia malah
lebih unik dalam hal prestasi pembangunan tol. Perusahaan Malaysia pembangun
jalan tol telah melakukan ekspansi bisnis hingga punya proyek besar di India
membangun jalan tol. Indonesia yang banyak pakar jalan tol tidak bisa
ekspansi seperti ini. Mentok dinegeri sendiri.

Memberi kelancaran transportasi kepada rakyat di seluruh pelosok Indonesia
berarti memberi kelancaran peredaran roda ekonomi karena bisnis antar
wilayah akan lebih lancar kalau transportasi lancar. Seperti peredaran darah
memerlukan urat, maka peredaran ekonomi memerlukan transportasi. Jalan raya
dan rel kereta api itulah uratnya transportasi darat. Kalau jalan raya
dibangun asal jadi atau sekedar akal menghabiskan dana APBN dan kemudian
kualitasnya dibuat berubang-lubang maka membangun jalan berlubang bagaikan
punya pembuluh nadi yang tersendat penyakit asam urat. Peredaran darah akan
terhalang dan sakit atau mati.

Ketika Belanda menjajah pulau Jawa, maka Belada sekuat tenaga membangun
jalan Anyer - Panarukan yang panjangnya mungkin hampir 1000km. Setelah itu
mereka membangun jalan kereta-api dibeberapa wilayah. Itu artinya Belanda
tahu betul betapa pentingnya jalan untuk transportasi demi kelancaran
pemerintahannya.
SH

2008/11/12 sonar sihombing <[EMAIL PROTECTED]>

>   Kalau bukan pernambahan jalan tol, apakah ada penambahan rel kereta api?
> Kalau ada penambahan rel kereta api justeru lebih baik...!
> ss
>
> --- On Wed, 11/12/08, Agus Hamonangan <[EMAIL 
> PROTECTED]<agushamonangan%40yahoo.co.id>>
> wrote:
>
> From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]<agushamonangan%40yahoo.co.id>
> >
> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Indonesia Pelopor Jalan Tol, Tapi
> Pembangunannya Terlambat
> To: 
> Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com<Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>
> Date: Wednesday, November 12, 2008, 9:22 AM
>
>
> SURABAYA,SELASA - Indonesia boleh menjadi pelopor pembangunan jalan
> tol di kawasan Asia, namun pembangunannya sangat lambat. Setiap
> tahunnya hanya tergarap sepanjang 21,6 kilometer. Dalam pengembangan
> jalan tol, Indonesia kini berada pada urutan kelima dari enam negara
> besar di Asia.
>
> "Indonesia paling awal memulai pembangunan jalan tol dengan
> dibangunnya Tol Jagorawi tahun 1978. Sekarang kita ketinggalan
> dibandingkan negara Asia lainnya," kata Direktur Utama PT Jasa Marga
> Tbk Frans Sunito di sela-sela acara Joint Technical Conference ke-10
> pengembangan jalan tol di Surabaya, Senin (10/11). Acara itu diikuti
> enam negara Asia, yaitu Jepang, China, Korea, Malaysia, Indonesia, dan
> Thailand.
>
> China yang baru mengawali pembangunan jalan tol 1990, lanjutnya, tapi
> mereka mampu membangun jalan tol sepanjang 45.000 kilometer atau
> rata-rata 3.000 kilometer per tahun. Sementara itu, pembangunan jalan
> tol di Indonesia yang telah berjalan 30 tahun baru mencapai sekitar
> 650 kilometer.
>
> Perkembangan pesat juga dialami Malaysia yang mengawali pembangunannya
> 1980 dengan belajar di Indonesia. Kini, negeri jiran itu telah
> membangun sepanjang 2.000 kilometer.
>
> Dari enam negara tersebut, Indonesia berada pada urutan kelima dengan
> total pembangunan jalan tol sepanjang 650 kilometer. Adapun Thailand
> berada pada urutan keenam dengan pembangunan sejauh 170 kilometer.
>
> Menurut Frans, negara-negara tersebut sangat memberikan dukungan
> pembangunan jalan tol dengan pengalokasian dana besar. Selain itu,
> pembangunan jalan benar-benar dikelola negara dan tidak sepenuhnya
> diserahkan kepada swasta.
>
> "Negara-negara luar tak tanggung-tanggung mengalokasikan subsidi dana
> hingga 100 persen. Sebaliknya, di Indonesia pembangunan jalan tol
> hampir seluruhnya diserahkan kepada investor sehingga
> investor-investor pasti akan memilih jalur yang layak saja," kata Frans.
>
> Sekretaris PT Jasa Marga Tbk, Okke Merlina menambahkan, berdasarkan
> Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2004, pemerintah mewajibkan PT
> Jasa Marga Tbk untuk bekerja sama dengan institusi atau pihak swasta
> dalam pengoperasian ruas-ruas baru jalan tol.
>
> Frans menambahkan, Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan untuk
> mengoptimalkan pembangunan jalan tol. Beberapa hambatan mendasar yang
> kadang terjadi, yaitu sulitnya pengucuran kredit dari perbankan dan
> tidak semua jalan tol memiliki kelayakan secara ekonomis.
>
> ABK
> Sumber : KOMPAS
>
> http://kompas. com/index. php/read/ xml/2008/ 11/11/08444439/ indonesia.
> pelopor.jalan. tol.tapi. pembungan. terlambat
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke