mungkin maksud bung hersu, bagaimana kalau yang berada di posisi nasabah nahas itu adalah kita??
2008/11/14 Awang BinSaS <[EMAIL PROTECTED]> > Gitu aja gak usah dipikirin mas,,,anggap aja obrolan warung kopi ... > Gak usah repot2 dipikar-pikir... > > --- On Thu, 11/13/08, hersu_bsd <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > From: hersu_bsd <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Bankir Cantik � di KRLTanah Abang � > Serpong > To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Date: Thursday, November 13, 2008, 9:05 PM > > Rabu sore 12 November saya naik KRL ekonomi AC Ciujung dari > Tanah > > Abang menuju Serpong. Saya berdiri di gerbong paling belakang, dekat > > pintu. Ransel saya taruh di tempat bagasi, dan saya mencoba > > menyamankan diri dalam posisi berdiri. > > Kereta belum bergerak. Seorang perempuan muda yang duduk dekat saya > > berdiri asyik bertelepon. Rupanya dia memanggil temannya untuk datang > > ke gerbong tempat dia duduk. Dan tak lama kemudian datang seorang > > perempuan lain, dugaan saya usianya lebih tua. Yang datang ini > > mengenakan blazer warna kuning kunyit (saya nggak tahu, itu seragam > > atau bukan). Karena tak mendapat tempat duduk, pandatang baru ini > > berdiri di depan temannya, tepat di samping saya berdiri. > > Tepat pukul 17.10 kereta yang lumayan penuh, tidak terlalu berdesakan, > > meninggalkan Tanah Abang. > > Tak lama kemudian kedua perempuan itu terlibat diskusi heboh, seolah > > tak ada orang lain di sekitarnya. Dari apa yang mereka diskusikan, > > saya menduga mereka bekerja di satu bank. Yang satu bercerita dengan > > bangga bahwa dalam beberapa hari terakhir dia panen nasabah deposito > > baru, dengan total angka ratusan miliar. Saya sepenuhnya percaya. Tadi > > pagi harian Kontan bercerita jumlah rekening tabungan dan deposito di > > atas dua miliar membengkak. Total jenis rekening ini tercatat naik > > Rp70 triliun dalam sebulan menjadi Rp673 triliun dari total dana > > perbankan di Indonesia yang sebesar Rp1.600 triliun. > > Perempuan yang berblazer juga bercerita mengenai pekerjaannya. > > Saya mencoba tidak terganggu oleh obrolan mereka. Toh ini tempat umum. > > Kalau pun mereka ngomongin rahasia dapur mereka, ya silakan sajalah. > > Toh mereka memang mau begitu. > > Tetapi akhirnya saya tersengat mendengar sharing si mbak berblazer, > > lebih dalam kapasitas saya sebagai salah satu nasabah bank. Saya coba > > rekonstruksi obrolan mereka, walau tentu saja tidak tepat benar. > > "Tahu nggak lu, kapan hari gue salah blokir kartu (saya nggak pasti > > kartu kredit, kartu debit, atau kartu ATM) nasabah," katanya sambil > > ketawa cekikikan. > > "Loh, kok bisa sih," kata perempuan yang duduk. > > "Si ibu itu kan punya dua kartu. Begitu dia minta satu kartunya > > diblokir, eh yang gue blokir kartu yang satunya," kata si mbak > > berblazer. > > "Terus?" > > "Seminggu kemudian si ibu telepon. Dia tanya kok kartunya yang satu > > keblokir." > > "Lu jawab apa?" > > "Dia kan nggak ngerti. Saya jawab gini, `Bu, maaf, waktu saya panggil > > nama ibu di komputer, saya langsung blokir begitu saja. Saya nggak > > tahu kalau ibu punya dua kartu." > > "Si ibu marah?" > > "Nggak tuh, malah dia minta maaf. `Maaf ya mbak, ngerepotin', dia > > bilang gitu." > > Kedua perempuan itu pun tertawa berderai. > > Sedih rasanya mendengar sharing itu. Begini rupanya cara perempuan > > muda ini bekerja. Pertama jelas si blazer kuning kunyit melakukan > > kesalahan, dan kesalahannya menurut saya fatal, bukan hanya karena dia > > memblokir kartu yang tidak seharusnya diblokir, tetapi justru tidak > > memblokir kartu yang seharusnya diblokir. [Saya menulis ini justru > > karena hari ini, Jumat 14 November 2008, di harian Kompas ada surat > > pembaca yang berisi keluhan bahwa orang sudah memblokir kartu ATM-nya, > > tetapi pembobolan masih terjadi]. Kedua, dia tidak mengakui > > kesalahannya di depan nasabah, bahkan membohongi si nasabah. > > Rasa sedih belum hilang, dan kepala dipenuhi aneka macam tanda tanya > > ketika kereta berhenti di Stasiun Pondok Ranji. Kedua perempuan itu > > turun, dan saya mencari-cari tempat kosong, untuk menaruh pantat > > sekadar membuang penat. ([EMAIL PROTECTED] com) ------------------------------------ ===================================================== Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI ===================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/