Jika Direksi Disetarakan Satpam

Senin, 23 Februari 2009 | 01:49 WIB

Rapat itu sebenarnya bertajuk dengar pendapat, sebuah perhelatan di
Dewan Perwakilan Rakyat yang sudah lama ada. Pemerintah dan lembaga
negara, termasuk badan usaha milik negara, diundang ke Senayan untuk
dimintai pendapat soal kebijakannya. Setelah pendapat disampaikan,
para wakil rakyat yang terhormat bisa mengajukan pertanyaan. Terbuka
pula kesempatan mengajukan usul, koreksi, dan sebagainya, dalam
konteks Dewan sebagai lembaga yang punya fungsi pengawasan. Jadi,
keduanya saling berpendapat dan mendengarkan.

Rapat ini bukan ruang pengadilan di mana wakil rakyat seolah-olah
bertindak sebagai hakim yang mengadili tamunya. Kesan seperti itulah
yang muncul secara jelas--dan itu amat memalukan--pada saat direksi
Pertamina diundang ke DPR. Seorang anggota wakil rakyat menyebutkan,
direksi Pertamina masih perlu belajar, belum saatnya menjabat posisi
itu, bahkan kemudian terlontar ucapan yang menyetarakan direksi
Pertamina dengan satuan pengamanan (satpam).

Tidak hanya arogansi yang dipamerkan wakil rakyat, tapi juga sikap
jumawa seolah dirinya di atas segalanya: paling tahu, paling pintar,
paling benar. Padahal wakil rakyat periode ini mendapat sorotan karena
kinerjanya yang tidak baik, suka membolos, beberapa terlibat suap dan
ada yang sampai dihukum.

Menyangkut etika, kejadian itu betul-betul tak pada tempatnya. Direksi
Pertamina tidak ditunjuk oleh DPR, tak ada hak DPR menggugat kemampuan
mereka. Jikapun mau mempersoalkan kemampuan direksi, protes hendaknya
disampaikan kepada "yang mengangkat" dan bukan kepada "yang diangkat".
Seandainya pun direksi Pertamina ditanya soal kemampuan, hendaknya
disampaikan dengan bahasa yang baik, agar tak timbul kesan DPR
mencampuri urusan "dalam" Pertamina. Apalagi, entah apa maksudnya,
selama ini ada rumor anggota DPR begitu galak kepada BUMN yang
"basah", sementara rapat dengan BUMN yang "kering" tak banyak dihadiri
anggota Dewan.

Dari pengalaman itu, mungkin direksi Pertamina mengingatkan DPR dengan
melayangkan surat karena rapat menyimpang dari pokok bahasan.
Jangankan bisa "meluruskan" soal rapat, yang terjadi malah sebaliknya,
memunculkan ketegangan baru. Anggota DPR kembali menunjukkan "gigi".
Dengar ucapan Sony Keraf, pimpinan rapat, yang menyebutkan, "Anggota
berhak menanyakan apa saja, (surat) ini sama dengan mengintervensi
DPR." Jika "apa saja" itu masih dalam wilayah kebijakan yang diambil
direksi Pertamina, ada benarnya. Namun, jika "apa saja" itu menyangkut
urusan pribadi--misalnya kalimat "masih perlu belajar, belum saatnya
memimpin, sama dengan satpam", dan seterusnya--ini sudah di luar
jalur.

Sebaliknya, Karen Agustiawan, yang kini memimpin Pertamina, jangan
larut dengan masalah "sepele" ini. Membenahi Pertamina hendaknya tetap
menjadi fokus kerja. Tak perlu ngambek, jangan pula menyerah kepada
wakil rakyat, apalagi dengan "berbaik hati berlebihan" yang bisa-bisa
menimbulkan skandal. Seperti yang diamanatkan Presiden ketika melantik
direksi Pertamina, badan usaha milik negara yang vital ini harus kebal
dari setiap intervensi.

Ketegangan dengan DPR ini toh tak akan berpanjang-panjang. Sebentar
lagi pemilihan umum, semoga terpilih wakil rakyat yang lebih santun
dan cerdas.

Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/opiniKT/2009/02/23/krn.20090223.157714.id.html

On 2/21/09, Sulaeman_H. <sulaem...@gmail.com> wrote:
> Saya kira sesi tanya jawab DPR dengan Karen ini lebih cocok sesi
>  pertanyaan untuk mengukur calon dirut. Sekarang dirutnya sudah
>  terpilih dan baru akan mulai bebenah kerja. Jadi tidak bijak
>  mempertanyakan banyak hal untuk orang yang baru mulai bekerja, apalagi
>  dengan maksud mau mengukur kemampuan. Kalau ada yang bisa disalahkan
>  atau dipertanyakan maka menurut saya SBY lah yang patut diundang untuk
>  ditanya kenapa pilih Karen.
>
>  Sebaiknya tunggu dalam satu dua smester apa gebrakan dia sebagai dirut
>  dan apa ada perbedaan positif dengan dirut sebelumnya. Tapi barangkali
>  anggota DPR ini tidak bisa menunggu satu semester karena belum tentu
>  setelah Pemilu 2009 masih jadi anggota DPR atau sesi tanya jawab tadi
>  telah digunakan untuk medan kampanye cari perhatian. Sebaiknya memang
>  semua pihak bisa meredakan persoalan ini dan bagi ruang dan waktu
>  untuk Karen menunjukkan prestasinya.
>  SH

Reply via email to