Ass.
Ustad,
bisa kirim lagi 01-05 , maaf waktu itu dihapus, 6 -19 alhamdulillah
ada
Tadabbur 19 : Manajemen Diri di Bulan
Suci Rabu, 11 Oktober 06 - oleh
: Redaksi
Dicari : Manajer Kehidupan
Hidup bukanlah
suatu kebetulan yang kemudian dipenuhi dengan aktivitas-aktivitas manifestasi
dari keinginan diri belaka, atau menghabiskan umur, menyibukkan diri merespon
kehidupan dunia an sich, seolah hidup ini tanpa akhir. Seolah tidak ada
kehidupan lagi setelah kehidupan dunia ini dan segala fasilitas yang telah
dinikmati itu tidak akan pernah dimintai pertangungjawaban.
Kalau
demikian orang memperlakukan hidupnya, Allah swt. melukiskan sesungguhnya ia
hidup dalam fatamorgana. Segera ia akan mendapati “pepesan kosong” dari
seluruh apa yang diupayakannya di sepanjang hidupnya. Seperti yang telah di
“wanti-wanti” Allah swt.,
“ Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhoan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu ”. (Al-Hadid : 21)
Al-Qur’an menyebut kehidupan
dunia ini sebagai “mataa’un qaliil” (kenikmatan bak “sepotong roti”). Meski
demikian, masih saja kebanyakan orang telah memberi harga terlalu mahal untuk
harga dunia ini, dengan menghabiskan seluruh hidup untuk hasil yang sedikit
dan sekejap saja.
Orang yang mampu memenej kehidupannya secara efektif
untuk mencapai tujuan hidupnya yang hakiki, yaitu mencapai keridhaan Allah
swt. semata, disebut Allah sebagai orang yang pandai bersyukur. Sebagai
hasilnya, ia mendapatkan value added : “Allah akan menambah nikmatNya”
(Ibrahim: 7) dan di akhirat diberi tempat di syurga dengan segala fasilitas
kenikmatannya dan kekal di dalamnya (Al-Baqarah : 25).
Kata syukr
dalam Al-Qur’an memiliki makna yang luas dan variatif, antara lain:
menghargai, mengenal batas, dan mengenal haq. Hamba yang padai bersyukur
(abdan syakuran) adalah hamba yang mampu menghargai kesempatan hidup dengan
segala anugerah nikmatnya dan mempergunakannya pada jalan Allah swt.
Sayangnya, manajer-manajer kehidupan itu sangatlah langka ditemui, seperti
Allah swt. informasikan, “ Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai
karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia tetapi kebanyakan
manusia tidak mensyukurinya ” (An-Naml: 73)
“……..Dan sedikit sekali
dari hamba-hambaku yang bersyukur” (Saba’: 13)
Memenej kehidupan,
meski bukan sesuatu yang mustahil, tetapi merupakan suatu yang sangat sukar
dipraktikkan. Syarat mampu memenej kehidupan hanya satu, yaitu mampu memenej
(mengendalikan) diri sendiri. Bulan suci Ramadhan adalah jadwal tahunan
latihan memanajemani diri sendiri.
Ramadhan: Bulan Pelatihan
Manajemen Diri
Ramadhan adalah bulan pelatihan intensif yang
standard operating procedures (SOP)-nya didesain Allah swt. dengan tujuan
menghasilkan manusia berkualitas taqwa, yang indikatornya mampu memenej diri
sendiri, dalam mengelola sumber-sumber daya nikmat yang Allah anugerahkan
(la’allakum tasykuruun), dan selalu memelihara kualitas diri sesuai standard
quality control dari Allah swt. (la’allahum yarsyuduun).
Rasulullah
saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui
rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan (SOP) maka
hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya” (HR.
Ibnu Hibban dan Baihaqi).
SOP Ramadhan tidak saja mencakup pelaksanaan
puasa itu sendiri dan pelarangan makan dan minum atau hal-hal yang membatalkan
puasa, tetapi juga mencakup seluruh pengelolaan diri terhadap sumber-sumber
daya yang dianugerahkan Allah untuk mencapai tujuan. Bila SOP itu tidak
diindahkan, maka puasanya terancam tidak mengahasilkan value added apapun,
seperti yang Rasulullah ingatkan, “Berapa banyak orang melakukan puasa tetapi
tidak ada yang diperolehnya dari puasa itu kecuali lapar dan dahaga saja”.
Maka, setiap mukmin bila ingin mencapai kualitas taqwa harus dapat
merencanakan waktu, aktivitas, dan sumber-sumber daya nikmat Allah lainnya
yang dianugerahkan kepadanya secara efektif dan efisien dengan mengikuti SOP
Ramadhan.
Manajemen Diri di Bulan Suci Ramadhan
Dengan
memperhatikan dan mengikuti SOP Ramadhan, setiap mukmin diminta kembali
melakukan re-orientasi kehidupannya serta re-scheduling dan accustoming
(pembiasaan) totalitas aktivitas kesadaran, mental dan fisiknya secara paralel
dengan maksud eksistensinya sebagai hamba Allah swt.
Re-Orientasi
Hidup
Beragama Islam adalah suatu hal peting, dan kemauan atau
membiasakan diri untuk menjalankan syari’at Islam bukanlah sesuatu yang
automatically, karena ia menganut Islam secara legalitas formal. Re-orientasi
hidup setiap tahun di bulan Ramadhan, dimaksudkan sebagai proses perbaikan dan
peningkatan kualitas diri dimana seluruh aktivitas diri paralel dengan tujuan
hidup.
Allah swt. memformulasikan orientasi hidup bagi para hamba-Nya,
“Carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan” (al-Qashash: 77).
Lazimnya, sebelas bulan sebelum Ramadhan, aktivitas hidup lebih
disibukkan pada pencapaian kehidupan material-jasmani-duniawi dan melupakan
porsi ruhiyah-ukhrawi. Puasa Ramadhan mengingatkan pada kesadaran bahwa target
kehidupan harus diletakkan pada porsi yang seimbang.
Perencanaan
Aktivitas kehidupan
Rescheduling dan accustoming menuntut suatu
perencanaan hidup. Memenej diri sendiri membutuhkan perencanaan yang jelas dan
sistematik. Allah swt. memerintahkan manusia untuk melihat posisi dan keadaan
dirinya pada hari ini sebagai rangkaian yang tidak terputus dari hari kemarin,
dan mengevaluasi dengan ukuran pencapaian target jangka pendek (dunia) maupun
panjang (akhirat).
“ Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kalian kepada Allah!. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
dipersiapkannya untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya
Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan " (Al-Hasyr: 18).
Bulan
suci Ramadhan menjadwal ulang aktivitas mukmin yang kurang atau lalai di
sebelas bulan sebelumnya. Ramadhan merupakan jadwal aktivitas penguatan bagi
mukmin yang berhasil meramadhankan sebelas bulan pra Ramadhan tahun ini.
Setiap mukmin yang tidak ingin kehilangan special moment dan berharga
ini, ia harus merencanakan aktivitas dirinya paralel dengan aktivitas Ramadhan
yang padat. Mulai semenjak sahur menjelang subuh sampai dengan sahur kembali.
Melakukan pengendalian nafsu yang diiringi pembiasaan shalat berjama’ah,
tadabbur al-Qur’an, shalat lail, menghidupkan sunnah-sunnah Rasul dalam
aktivitas keseharian, i’tikaf, meningkatkan kuantitas dan kualitas amal shalih
dan sosial, pembinaan kesadaran melalui zikrullah yang diperbanyak dan
aktivitas taubat.
Strategi Manajemen Diri
Secara
tersirat, sesungguhnya puasa Ramadhan menyajikan formulasi strategi
memenangkan kesadaran atas nafsu, yang melahirkan qalbun salim dan mengusir
keluar syaithan dari seluruh alur aliran darah dan kesadaran. Bila dijelaskan
per-item, prinsip strategi manajemen diri melalui puasa Ramadhan dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Memiliki komitmen yang hanif dan kuat. Komitmen puasa Ramadhan, adalah :
“imanan wahtisaban”. Tanpa itu, puasanya – meminjam istilah Erving Goffman -
hanyalah sebagai “presentation of self” yang memberikan nilai nihil bagi
pengembangan pribadi mukmin.
- Konsisten dengan target hidup mencapai ridha Allah swt. dan tidak
terlena dengan target kehidupan material-jasmani-duniawi semata. Puasa
adalah ibadah yang diawali dengan pengendalian diri dan diakhiri dengan
mengagungkan Allah sebagai tanda kemenangan fitrah. Bila inkonsisten, akan
meruntuhkan seluruh sendi komitmen, dimana ridha Allah akan digantikan riya.
Maka, badan akan mendikte ruh. Kekuatan ruh terpenjarakan dalam wadag tubuh.
- Memfungsikan nikmat jasmani, kesadaran (fuad) serta sumber-sumber daya
nikmat Allah lainnya dengan seizin Allah swt. untuk mencapai tujuan akhirat
dan dunia secara seimbang. Bila keseimbangan ini tidak terjadi, misalnya
tujuan material-jasmani-duniawi mendapat porsi yang lebih besar, maka nafsu
syahwat dan amarah (ghadhab) serta bisikan dan rayuan syaithan akan
mengendalikan kesadaran dan aktivitas, yang merupakan pintu awal kerusakan
sosial dan alam.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9)
Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani -
IKADI
|