Ass.
1
sampai 5 saja (bukan 15)
Rahmat
Wa'alaikum salam wr wb,
Ssst... Saya Bukan Ustadz, ...lha wong masih
thulab gini kok dibilang Ustadz.
Yang Ustadz di Milist ini adalah Abu Karimna
(Ust. Budi Arjanto), beliaulah yang lumayan mumpuni
keilmuannya.
Insya Allah besok saya akan kirim tadabbur
1-15
Wassalam
Abu Azka
----- Original Message -----
Sent: Wednesday, October 11, 2006 3:56 PM
Subject: Re: [ FUPM-EJIP ] Tadabbur 19 : Manajemen Diri di Bulan
Suci
Ass.
Ustad, bisa kirim lagi 01-05 , maaf waktu itu dihapus, 6 -19
alhamdulillah ada
Tadabbur 19 : Manajemen Diri di
Bulan Suci Rabu, 11 Oktober
06 - oleh : Redaksi
Dicari : Manajer Kehidupan
Hidup bukanlah
suatu kebetulan yang kemudian dipenuhi dengan aktivitas-aktivitas
manifestasi dari keinginan diri belaka, atau menghabiskan umur, menyibukkan
diri merespon kehidupan dunia an sich, seolah hidup ini tanpa akhir. Seolah
tidak ada kehidupan lagi setelah kehidupan dunia ini dan segala fasilitas
yang telah dinikmati itu tidak akan pernah dimintai pertangungjawaban.
Kalau demikian orang memperlakukan hidupnya, Allah swt. melukiskan
sesungguhnya ia hidup dalam fatamorgana. Segera ia akan mendapati “pepesan
kosong” dari seluruh apa yang diupayakannya di sepanjang hidupnya. Seperti
yang telah di “wanti-wanti” Allah swt.,
“ Ketahuilah bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhoan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu ”. (Al-Hadid : 21)
Al-Qur’an menyebut kehidupan dunia ini
sebagai “mataa’un qaliil” (kenikmatan bak “sepotong roti”). Meski demikian,
masih saja kebanyakan orang telah memberi harga terlalu mahal untuk harga
dunia ini, dengan menghabiskan seluruh hidup untuk hasil yang sedikit dan
sekejap saja.
Orang yang mampu memenej kehidupannya secara efektif
untuk mencapai tujuan hidupnya yang hakiki, yaitu mencapai keridhaan Allah
swt. semata, disebut Allah sebagai orang yang pandai bersyukur. Sebagai
hasilnya, ia mendapatkan value added : “Allah akan menambah nikmatNya”
(Ibrahim: 7) dan di akhirat diberi tempat di syurga dengan segala fasilitas
kenikmatannya dan kekal di dalamnya (Al-Baqarah : 25).
Kata syukr
dalam Al-Qur’an memiliki makna yang luas dan variatif, antara lain:
menghargai, mengenal batas, dan mengenal haq. Hamba yang padai bersyukur
(abdan syakuran) adalah hamba yang mampu menghargai kesempatan hidup dengan
segala anugerah nikmatnya dan mempergunakannya pada jalan Allah swt.
Sayangnya, manajer-manajer kehidupan itu sangatlah langka ditemui, seperti
Allah swt. informasikan, “ Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai
karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia tetapi kebanyakan
manusia tidak mensyukurinya ” (An-Naml: 73)
“……..Dan sedikit sekali
dari hamba-hambaku yang bersyukur” (Saba’: 13)
Memenej kehidupan,
meski bukan sesuatu yang mustahil, tetapi merupakan suatu yang sangat sukar
dipraktikkan. Syarat mampu memenej kehidupan hanya satu, yaitu mampu memenej
(mengendalikan) diri sendiri. Bulan suci Ramadhan adalah jadwal tahunan
latihan memanajemani diri sendiri.
Ramadhan: Bulan Pelatihan
Manajemen Diri
Ramadhan adalah bulan pelatihan intensif yang
standard operating procedures (SOP)-nya didesain Allah swt. dengan tujuan
menghasilkan manusia berkualitas taqwa, yang indikatornya mampu memenej diri
sendiri, dalam mengelola sumber-sumber daya nikmat yang Allah anugerahkan
(la’allakum tasykuruun), dan selalu memelihara kualitas diri sesuai standard
quality control dari Allah swt. (la’allahum yarsyuduun).
Rasulullah
saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui
rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan (SOP) maka
hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya”
(HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi).
SOP Ramadhan tidak saja mencakup
pelaksanaan puasa itu sendiri dan pelarangan makan dan minum atau hal-hal
yang membatalkan puasa, tetapi juga mencakup seluruh pengelolaan diri
terhadap sumber-sumber daya yang dianugerahkan Allah untuk mencapai tujuan.
Bila SOP itu tidak diindahkan, maka puasanya terancam tidak mengahasilkan
value added apapun, seperti yang Rasulullah ingatkan, “Berapa banyak orang
melakukan puasa tetapi tidak ada yang diperolehnya dari puasa itu kecuali
lapar dan dahaga saja”.
Maka, setiap mukmin bila ingin mencapai
kualitas taqwa harus dapat merencanakan waktu, aktivitas, dan sumber-sumber
daya nikmat Allah lainnya yang dianugerahkan kepadanya secara efektif dan
efisien dengan mengikuti SOP Ramadhan.
Manajemen Diri di Bulan
Suci Ramadhan
Dengan memperhatikan dan mengikuti SOP Ramadhan,
setiap mukmin diminta kembali melakukan re-orientasi kehidupannya serta
re-scheduling dan accustoming (pembiasaan) totalitas aktivitas kesadaran,
mental dan fisiknya secara paralel dengan maksud eksistensinya sebagai hamba
Allah swt.
Re-Orientasi Hidup
Beragama Islam adalah
suatu hal peting, dan kemauan atau membiasakan diri untuk menjalankan
syari’at Islam bukanlah sesuatu yang automatically, karena ia menganut Islam
secara legalitas formal. Re-orientasi hidup setiap tahun di bulan Ramadhan,
dimaksudkan sebagai proses perbaikan dan peningkatan kualitas diri dimana
seluruh aktivitas diri paralel dengan tujuan hidup.
Allah swt.
memformulasikan orientasi hidup bagi para hamba-Nya, “Carilah apa yang
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang membuat kerusakan” (al-Qashash: 77).
Lazimnya,
sebelas bulan sebelum Ramadhan, aktivitas hidup lebih disibukkan pada
pencapaian kehidupan material-jasmani-duniawi dan melupakan porsi
ruhiyah-ukhrawi. Puasa Ramadhan mengingatkan pada kesadaran bahwa target
kehidupan harus diletakkan pada porsi yang seimbang.
Perencanaan
Aktivitas kehidupan
Rescheduling dan accustoming menuntut suatu
perencanaan hidup. Memenej diri sendiri membutuhkan perencanaan yang jelas
dan sistematik. Allah swt. memerintahkan manusia untuk melihat posisi dan
keadaan dirinya pada hari ini sebagai rangkaian yang tidak terputus dari
hari kemarin, dan mengevaluasi dengan ukuran pencapaian target jangka pendek
(dunia) maupun panjang (akhirat).
“ Wahai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kalian kepada Allah!. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang dipersiapkannya untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan " (Al-Hasyr: 18).
Bulan suci Ramadhan menjadwal ulang aktivitas mukmin yang kurang
atau lalai di sebelas bulan sebelumnya. Ramadhan merupakan jadwal aktivitas
penguatan bagi mukmin yang berhasil meramadhankan sebelas bulan pra Ramadhan
tahun ini.
Setiap mukmin yang tidak ingin kehilangan special moment
dan berharga ini, ia harus merencanakan aktivitas dirinya paralel dengan
aktivitas Ramadhan yang padat. Mulai semenjak sahur menjelang subuh sampai
dengan sahur kembali. Melakukan pengendalian nafsu yang diiringi pembiasaan
shalat berjama’ah, tadabbur al-Qur’an, shalat lail, menghidupkan
sunnah-sunnah Rasul dalam aktivitas keseharian, i’tikaf, meningkatkan
kuantitas dan kualitas amal shalih dan sosial, pembinaan kesadaran melalui
zikrullah yang diperbanyak dan aktivitas taubat.
Strategi
Manajemen Diri
Secara tersirat, sesungguhnya puasa Ramadhan
menyajikan formulasi strategi memenangkan kesadaran atas nafsu, yang
melahirkan qalbun salim dan mengusir keluar syaithan dari seluruh alur
aliran darah dan kesadaran. Bila dijelaskan per-item, prinsip strategi
manajemen diri melalui puasa Ramadhan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Memiliki komitmen yang hanif dan kuat. Komitmen puasa Ramadhan, adalah
: “imanan wahtisaban”. Tanpa itu, puasanya – meminjam istilah Erving
Goffman - hanyalah sebagai “presentation of self” yang memberikan nilai
nihil bagi pengembangan pribadi mukmin.
- Konsisten dengan target hidup mencapai ridha Allah swt. dan tidak
terlena dengan target kehidupan material-jasmani-duniawi semata. Puasa
adalah ibadah yang diawali dengan pengendalian diri dan diakhiri dengan
mengagungkan Allah sebagai tanda kemenangan fitrah. Bila inkonsisten, akan
meruntuhkan seluruh sendi komitmen, dimana ridha Allah akan digantikan
riya. Maka, badan akan mendikte ruh. Kekuatan ruh terpenjarakan dalam
wadag tubuh.
- Memfungsikan nikmat jasmani, kesadaran (fuad) serta sumber-sumber daya
nikmat Allah lainnya dengan seizin Allah swt. untuk mencapai tujuan
akhirat dan dunia secara seimbang. Bila keseimbangan ini tidak terjadi,
misalnya tujuan material-jasmani-duniawi mendapat porsi yang lebih besar,
maka nafsu syahwat dan amarah (ghadhab) serta bisikan dan rayuan syaithan
akan mengendalikan kesadaran dan aktivitas, yang merupakan pintu awal
kerusakan sosial dan alam.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.
(Al-Munafiqun: 9) Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi
Hamba Rabbani - IKADI
******************************************************** Mailing
List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan
EJIP ******************************************************** Ingin
berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA
: http://www.usahamulia.net
Untuk bergabung dalam Milist ini kirim
e-mail ke
: [EMAIL PROTECTED]
********************************************************
|