Hahahaa, ... ini nenek dalam tempurung bisanya cuma ngomel-ngomel saja! Tidak 
bisa melihat didalam setiap proses kemajuan, ... pasti terjadi masalah baru 
yang harus dihadapi dan dipecahkan. Pada saat perkembangan membangun pabrik, 
industri dan makin buuuaaanyak orang gunakan mobil-pribadi, terjadi POLUSI yang 
harus diatasi. Nenek ini BUTA, masih saja bilang segelintir milyarder saja di 
Tiongkok, tidak berhasil melihat akibat klas menengah-atas yang sudah ratusan 
juta itulah yang kemana-mana naik mobil-pribadi adalah salah satu sebab 
POLUSI-udara yg terjadi di Beijing dan kota-kota besar di TIongkok! Inilah 
TANTANGAN yang dihadapi pemerintah untuk mengatasinya, ... bukan dicela, 
disalahkan, dicaci-maki revisionis apalagi hendak ditarik mundur jalan kemajuan 
yg sudah terjadi itu! Tapi, ... setiap orang harus berpikir dan menemukan 
solusi yang baik untuk mengatasi POLUSI-POLUSI yang terjadi!

Kecuali nenek yang satu ini TETAP menghendaki kita semua hidup dijaman kuno, 
tanpa pabrik, tanpa industri, tanpa mobil, cukup naik onta, naik kuda, naik 
dokar saja. Hehehee, ... Jadi, harus dikobarkan kesadaran masyarakat untuk 
mengurangi naik mobil-pribadi, gunakanlah kendaraan-umum, bahkan naik sepeda 
kembali untuk mengurangi polusi dan meningkatkan KESEHATAN rakyatnya, ... 
sedang jalan keluar bagi mobil-mobil yang meluncur dikota-kota juga sudah mulai 
gunakan mobil-listrik untuk kurangi polusi yg terjadi. Kesitulah arah 
perkembangannya, ... atau anda ada pemikiran yang lebih baik???

Sementara orang melihat dari makin penuhnya penghuni bumi ini, bahkan 
dinyatakan sudah TERLALU banyak umat manusia yang harus HIDUP dibumi ini! 
Akibat dari makin banyak jumlah manusia yang harus makan, berpakaian dan hidup 
lebih nyaman dibumi ini, tidak ada jalan lain kecuali mengembangkan industri! 
Perkembangan industri tentu saja mengakibatkan polusi, dan teknologi manusia 
harus mengatasi polusi yang terjadi, bukan menyalahkan kemajuan industri! Makin 
banyak jumlah manusia, makin harus kembangkan penghijauan, ... mengatasi makin 
berkurangnya oksigen diatmosfir. Lalu terjadi makin berkurangnya areal daratan 
untuk dihuni manusia, diatasi dengan pembangunan gedung pencakar langit 
menjulang keatas. Seperti di HK sini dimana jumlah manusia makin banyak sedang 
daratan jadi makin sempit, sudah tidak ada lagi tanah untuk petani nanam sayur. 
Sedang gedung perumahan sudah menjulang sampai 70-an tingkat! Akibat gedung 
sebegitu tingginya, juga jadi SOAL BESAR! Aliran udara terhadang, sungguh 
terasa pengap bagi penghuni dibawah. Belum lagi terhalangnya sinar matahari itu 
membuat tidak sehat bagi yang tinggal dibawah dan perumahan lama yang rendah, 
... itulah masalah-masalah perkembangan yang terjadi dan harus dicarikan solusi 
yang baik untuk mengatasinya. Bukan melawan apalagi menahan kemajuan!

Mudah-mudahan saja bisa mendapatkan pemecahan lebih baik dan lebih cepat, ... 
jangan sebaliknya menjadi lebih parah dan jatuh banyak KORBAN saja.

Salam-sehat,
ChanCT


From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Tuesday, January 10, 2017 4:02 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com ; Jonathan Goeij 
Cc: DISKUSI FORUM HLD ; Yahoogroups 
Subject: Re: [GELORA45] Bermain Salju Kini Dilarang di China




Inilah hasil pembangunan "sosialisme dengan ciri Tkk". Kemakmuran yang 
dinikmati hanya oleh segelintir kaum milyarder dan kelas menengah (Chan selalu 
dan bolak balik membanggakan ini dan dianggapnya saya buta tidak mau melihat 
kenyataan diangkatnya sebagian rakyat menjadi kelas menengah atas.....) harus 
dibayar antara lain dengan pencemaran tidak saja udara, tapi juga air (sungai, 
danau) dan tanah. Tapi kaum revisionis tetap bangga akan "sosialisme khusus" 
ini.



On Monday, January 9, 2017 5:30 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com 
[GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote:




  

Bermain Salju Kini Dilarang di China


                        
                 
           
                 Bermain Salju Kini Dilarang di China
                  Badan Meteorologi Beijing menyarankan warga agar tetap di 
dalam rumah, dan tidak bermain salju karena dikhawatir...  
           
     



Lesthia Kertopati, CNN IndonesiaMinggu, 08/01/2017 08:21 WIB


Polusi udara di China membuat pemerintah mengeluarkan larangan bermain salju 
bagi warga. (REUTERS/Damir Sagolj)


Jakarta, CNN Indonesia -- Anak-anak di China akan mengalami musim dingin yang 
sulit tahun ini. Bukan hanya karena suhu yang membeku, pemerintah China juga 
melarang warganya bermain dengan salju.

Larangan itu juga termasuk pembuatan boneka salju atau bermain seluncur salju. 

Badan Meteorologi Beijing mengumumkan larangan tersebut pekan ini melalui media 
sosial Weibo. Bahkan, peringatan itu disampaikan hingga tiga kali.


“Kami menyarankan warga agar tetap di dalam rumah. Salju di luar sangat kotor! 
Salju di luar sangat kotor! Salju di luar sangat kotor!” 

Jikapun warga Beijing harus keluar rumah, mereka menganjurkan agar menggunakan 
perlindungan. 

“Gunakan jas hujan, jaket serta payung di luar rumah,” tambahnya.

Ada alasan tersendiri mengapa Badan Meteorologi Beijing begitu tegas menetapkan 
larangan itu. Pasalnya, Kementerian Lingkungan China baru-baru ini merilis 
indeks kualitas udara Beijing yang meningkat dari angka 195 bulan lalu, menjadi 
470. 

Padahal, WHO menetapkan batas aman indeks kualitas udara adalah 25. Di angka 
470, pemerintah China mengkhawatirkan salju ikut terkontaminasi polusi udara.

Saking tingginya polusi udara, langit biru tidak lagi terlihat di Beijing, 
digantikan kabut asap kelabu. Wajah Beijing yang berubah kelabu itu semakin 
viral di media sosial. 

Ancaman salju yang kotor dan beracun itu tidak hanya terjadi di Beijing, 
melainkan juga di sejumlah kota besar lain, terutama di kawasan perindustrian. 

Bahkan, menurut riset terbaru, tingginya polusi udara juga menyebabkan satu 
dari 3 kematian di seluruh China. 

Mengutip Time, pemerintah China telah bersumpah akan menangani masalah 
tersebut, terlebih setelah warga melakukan protes di pusat kota Chengdu, bulan 
lalu. Pemerintah telah menganggarkan dana sebesar US$361 miliar atau setara 
Rp4,82 triliun untuk mengembangkan energi terbarukan demi mengurangi polusi 
pada 2020.

Media China melaporkan hanya terdapat 198 hari di 2016, dimana langit terlihat 
biru, sementara sisanya didominasi polusi.

(les)










Kirim email ke