Kebijakan imigrasi Trump membuat umat Muslim asal Indonesia khawatir 
http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38792125 Liston P SiregarBBC Indonesia
 30 Januari 2017

 Kirim http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38792125#share-tools


 
 Hak atas fotoAFP/MANDEL NGANImage captionPresiden Trump mewujudkan janji 
kampanyenya dengan larangan sementara imigran dari tujuh negara berpenduduk 
mayoritas umat Islam. Perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang antara lain 
melarang masuknya warga tujuh negara berpenduduk mayoritas umat Islam ke 
Amerika Serikat, berdampak juga bagi warga AS yang beragama Islam.
 Benyamin Rasyad, orang Indonesia yang sudah menjadi warga negara Amerika 
Serikat, mengaku agak khawatir setelah larangan kedatangan imigran warga Islam 
oleh Presiden Trump tersebut.
 "Saya beragama Islam, keluarga saya juga beragama Islam, jadi kita agak 
khawatir. Khususnya di Texas kan orang-orang ini tidak tahu apa Islam itu. Ada 
yang sama sekali tidak tahu apa-apa tapi sudah kena influence (pengaruh)."
 Peraih medali emas Olimpiade asal Inggris, Mo Farah, kecam Presiden Trump 
http://www.bbc.com/indonesia/olahraga-38790826 Hal penting dari kebijakan Trump 
terhadap pengungsi dan migran http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38787127 
Pengadilan AS putuskan tunda deportasi pengungsi 
http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38786712 Benyamin bersama keluarganya 
tinggal di Houston, negara bagian Texas yang memiliki banyak pendukung Partai 
Republik yang merupakan partai Presiden Donald Trump.
 Pada sisi lain, tambah Benyamin, saatnya pula bagi umat Islam di Amerika 
Serikat untuk menunjukkan jati dirinya dan bukan terpancing oleh prasangka dari 
warga yang tidak paham tenang Islam.
Hak atas fotoBENYAMIN RASYADImage captionBenyamin Rasyad tinggal di Amerika 
Serikat sejak tahun 1999 dan sudah menjadi warga negara AS. Dari berita-berita 
di media, Benyamin melihat banyak penentangan dari warga AS atas perintah 
eksekutif Presiden Trump yang ditandatangan pada Jumat (27/01) pekan lalu, yang 
menghentikan program pengungsi dan melarang masuk warga dari tujuh negara 
berpenduduk mayoritasa Islam -yaitu Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah 
dan Yaman.
 "Banyak sekali dan itu mereka bukan orang Islam. Saya baca lagi hari ini 
(Minggu 29/01 waktu AS) besar sekali long march di Washington DC, orang-orang 
yang protes."
 Sebagai warga negara Amerika Serikat, Benyamin -yang kini sudah memiliki usaha 
sendiri- mengaku ikut bingung dengan kebijakan tersebut.
 "Saya agak bingung juga, cuma sebagai warga negara ya kita menunggu saja. 
Sebagai warga negara Amerika Serikat, saya sebenarnya ingin ikut protes," 
jelasnya.
 Bagaimanapun dia mengaku mendapat dukungan juga dari sejumlah warga negara 
Amerika Serikat lain yang beragama Kristen.
 "Kemarin kita ada diskusi dengan teman-teman yang orang sini, yang orang 
Amerika, yang orang Kristen, Mereka mengatakan kita yang akan fight (berjuang) 
buat kamu."
 Reaksi internasional Sejumlah pemerintah dunia sudah mengkritik kebijakan 
Presiden Donald Trump dalam menghentikan pengungsi dan melarang warga dari 
tujuh negara berpenduduk mayoritas Islam masuk ke Amerika Serikat.
 Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengecam perintah eksekutif itu dengan 
menyebutnya sebagai hadiah besar bagi ekstrimis dan para pendukungnya.
Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionSejumlah warga AS menggelar aksi unjuk 
rasa di dekat Gedung Putih, Washington DC, untuk menentag kebijakan imigrasi 
Trump. Di Inggris, Perdana Menteri Theresa May mengatakan sudah memerintahkan 
Menteri Luar Negeri dan Dalam Negeri untuk menyampaikan keprihatinan kepada 
mitra mereka.
 Juru bicara pemerintah Jerman mengatakan Kanselir Jerman, Angela Merkel, yakin 
bahwa perang melawan terorisme tidak menjadi alasan untuk menempatkan 
orang-orang dari keyakinan atau asal tertentu dicurigai secara umum.
 Selain menghentikan untuk sementara program pengungsi, Presiden Trump juga 
melarang warga Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman masuk ke AS 
selama 90 hari ke depan.
 Penentangan dari dalam negeri Para jaksa agung dari 16 negara bagian Amerika 
Serikat mengatakan kebijakan Presiden Trump itu 'tidak bersifat Amerika dan 
melanggar hukum'.
 Dalam pernyataan bersamanya, para jaksa agung -termasuk dari negara bagian 
Califormia, New York, dan Pennsylvandia- menyatakan keyakinan bahwa perintah 
eksekutif itu akan dikalahkan pengadilan.
 Sementara Dua Senator dari Partai Republik, John McCain dan Lindsey Graham 
berpendapat langkah Presiden Trump mungkin akan menghambat perang melawan 
terorisme karena membantu upaya perekrutan teroris.
 Adapun pemimpin Partai Demokrat di Senat AS, Chuck Schumer, mengatakan 
partainya akan mengusulkan undang-undang untuk membatalkan perintah eksekutif 
tersebut.

 

 

Kirim email ke