Tampilkan pesan asli     Pada Jumat, 12 Mei 2017 12:27, "nesa...@yahoo.com 
[GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
 

     Kalau: “Ahok ketawa2, masih jadi gubernur atau demo, terror, rongrongan 
terhadap NKRI akan bertambah banyak?"Gimana dengan: ngobrol2 antara ahok, ustad 
dll itu, apakah khayalan juga?Hukum yang terjadi itu juga khayalan?  Aneh 
ya?Bagi ane itu semua itu konsekwensi/akibat yang bisa terjadi dalam masalah 
ahok/almaidah. Opini ane sederhana sekali: hukum adalah terbaik karena mereka2 
yang mempolitisasi agama itu mau menurunkan ahok dengan SARA! Kalau tidak 
dibawa keranah hukum itu kan pertanyaan selanjutnya apa yang akan dilakukan 
oleh radikalisme agama itu? Gampang kan ini alternatifnya: demo berkelanjutan 
menggalang massa Islam yang jelas2 akan menimbulkan anarkhis! Ini rongrongan 
terhadap negara. Militer diam saja membuka mulutnya utk mencaplok republic ini 
kalau sipil/Jokowi dianggap tidak mampu….dst…dst…  Koq bisa ya semua 
konsekwensi itu khayalan?Oh ente ini pembela Islam radikal ya?  Oh ente 
berasumsi para radikalisme agama itu adalah orang2 baik yg bisa duduk dimeja 
musyawarah mufakat lalu setelah ahok minta maaf, masalah selesai. Begitu? 
Hehehehe ahok sudah minta maaf didepan public dan didukung oleh ormas, orpol 
dan agamais loh! Hasilnya apa? Tambah ganas tuh demo2 orang2 berbaju putih!  
Pertanyaan jonathan “ahok menista agama atau tidak” itu seharusnya disematkan 
ke ente, bukan ane. Itu lebih tepat. Kenapa lebih tepat? Karena ente menganggap 
mereka2 radikalisme agama itu adalah orang2 baik yg bisa diajak duduk2, 
ngobrol2 utk musyawarah mufakat. Ane ketawain orang2 FPI, HTI dan kelompok 
agamais palsu beginian akan mau duduk ngobrol2 memecahkan masalah.   Oh 
ngomong2 ente sedih ya HTI dibubarkan?  Lebih tidak masuk akal lagi adalah 
solusi yang ente tawarkan: ngobrol2! Kelompok radikalisme agama palsu itu 
adalah preman politik. Sidiq sudah kabur bawa keluarganya. Alasan yang dibuat2: 
dia dan keluarga diteror! Hehehehehe lucu kan orang yg suka terror takut 
diteror. Orang2 radikalisme agama beneran gak ada takutnya dengan terror dan 
ancaman. Sidiq itu bukan radikalisme agama melainkan radikalisme agama palsu! 
Koq orang yang mengerti agamanya bisa maen cewek, makan duit dan menyebarkan 
kebencia. Sampai2 anak putrinya juga menyebarkan kebencian anti CINA dan anti 
KRISTEN! Tahu ndak ente??!!  Masalah2 seperti SARA ini tidak bisa tidak harus 
dibawa keranah hukum!Biar rakyatnya tahu semua apa yang terjadi. Proses 
persidangan memerlukan waktu, sehingga rakyat dengan media dapat menayangkan 
dan rakyat tahu.  Hasilnya kalaupun tidak adil seperti kasus ahok ini, inilah 
realitasnya. Realitas inilah yang terjadi didalam republic ini. Biar bangsa 
Indonesia tahu realitas yang ada dalam dirinya.  Bagi ane “ahok bersalah” itu 
bukan kekalahan sama sekali!Dia adalah symbol. Symbol yang dibutuhkan dalam 
membuka realitas itu.Yesus itu juga kalah bagi sebagian orang yang tidak 
mengerti. Bisa sulap bangkitkan orang mati koq tidak bisa menolong dirinya 
sendiri dalam salib. Sampai2 murid2nya bingung dan goyah imannya. Akhirnya apa 
yang terjadi? Siapa Yesus itu?Ente tahu ndak?  Nelson mendela saja masuk bui 
dulu sebelum jadi presiden dan menjadi panutan humanis seluruh dunia!Jadi ente 
gak usah bingung2 dengan kekalahan ahok. Apalagi alasan yg dibuat2: dikorbankan 
Jokowi masuk keranah hukum.Sayang tulisan2 ente yg berbunga2 itu kurang 
mendalam dalam menyikapi kasus ahok ini. ente hanya berkutak katik dalam 1 
masalah tanpa melihat masalahnya dalam gambaran yang lebih luas. Republic ini 
bukan hanya ahok saja!  Nesare    From: GELORA45@yahoogroups.com 
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, May 11, 2017 9:05 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Ahok Divonis 2 Tahun Penjara    Lha situ memang 
mengkhayal kok. Bikin pertanyaan lalu 

mengkhayalkan pilihan jawabannya: 



"Apa yang akan terjadi jikalau Jokowi tidak menyeret ahok kepengadilan?Ahok 
ketawa2, masih jadi gubernur atau demo, terror, rongrongan terhadap NKRI akan 
bertambah banyak?"



https://groups.yahoo.com/neo/groups/gelora45/conversations/messages/207221  
Jadi, Jonathan sebetulnya cukup suruh ente pilih saja sendiri jawaban yang 

kau khayalkan itu.

Sekarang, setelah Ahok diseret ke penjara pun rongrongan terhadap NKRI 

tidak berkurang. Orang-orang yang mengaku pendukung Ahok tetap 

memaksakan berdemo di sana-sini tanpa mempedulikan warga lainnya yang 

sedang merayakan Waisak.



--- nesare1@... wrote:  Koq khayalan?Kalau semua ini khayalan, kenapa ente mau 
kasih solusi: ngobrol?Solusi “ngobrol”nya ente itu menunjukkan masalah 
almaidah/ahok itu adalah suatu concern republic ini?Seharusnya kalau bukan 
concern, barulah khayalan itu lebih masuk diakal. Siapa yang tidak setuju 
masalah ahok/almaidah itu merupakan masalah yang luar biasa besarnya buat 
republic ini.Masalah ini melibatkan semua pihak yang berkepentingan dari kiri, 
kanan, tengah, yg punya duit, yg punya kekuasaan, koruptor dll. Kekuatan 
NASAKOM semua terlibat plus yang oportunis. Gak berbahaya?  Pertahankan opini 
ente yang sudah benar, jangan lari ke khayalan! Jadi ngaco! Nesare  From: ajeg  
Maksudnya, tinggal memilih sesuai khayalannya ini, kan?

"Ahok ketawa2, masih jadi gubernur atau demo, terror, rongrongan terhadap NKRI 
akan bertambah banyak?"

--- jonathangoeij@... wrote:  Sebaiknya anda uraikan versi anda "Apa yang akan 
terjadi jikalau Jokowi tidak menyeret ahok kepengadilan?"    --- nesare1@... 
wrote :

Hehehehehehehe gampang bener melihat politik Indonesia dari kacamata kuda!Jawab 
dulu pertanyaan ane itu: Apa yang akan terjadi jikalau Jokowi tidak menyeret 
ahok kepengadilan? Nanti baru disambung kalau sudah ada jawaban atas pertanyaan 
itu!Kalau ndak, ya memang hanya bisa mengkritik, bashing tapi gak bisa lihat 
gambar luasnya. Nesare  From: Jonathan Goeij



Apa yang anda utarakan justru menunjukkan kebenaran anggapan betapa Jokowi 
seorang presiden lemah dan pengecut yang tunduk pada tekanan masa, yang dengan 
sengaja dan sadar menyeret Ahok kepengadilan hanya untuk menenangkan suasana. 
Apa yang dikatakan Bonar Tigor dari Setara Institut sangat tepat sekali.

kutipan:Jokowi menyerahkan kasus Ahok sesuai proses hukum yang berlaku. Bonar 
menilai langkah Jokowi tersebut secara tidak langsung menjustifikasi dan 
membiarkan pelanggaran HAM 
terjadi.https://m.tempo.co/read/news/2016/12/12/063827328/jokowi-dianggap-langgar-ham-dalam-kasus-ahok-ini-alasannya
 Dengan menyeret Ahok kepengadilan Jokowi terlihat memberi hati pada kelompok2 
intoleran garis keras HTI, FPI. MUI. GNPF MUI, FUI dlsb itu, Jokowi sebagai 
orang jawa lupa pada pepatah "dikasih hati ngerogoh rempelo" dan itulah yang 
terjadi, karena kelemahan dan sifat pengecut Jokowi yang "memberi hati" itu 
kelompok2 intoleran tsb jadi ngelunjak "ngerogoh rempelo". Jokowi telah membuka 
kontak pandora.

--- nesare1@... wrote :

Apa yang akan terjadi jikalau Jokowi tidak menyeret ahok kepengadilan?Ahok 
ketawa2, masih jadi gubernur atau demo, terror, rongrongan terhadap NKRI akan 
bertambah banyak? Ente sukanya bashing Jokowi saja! Nesare


From: ajeg Tidak akan terjadi seandainya Jokowi tidak menyeret Ahok ke 
pengadilan.

  

--- jonathangoeij@... wrote: Selasa 09 May 2017, 10:51 WIB
Sidang Ahok

Ahok Divonis 2 Tahun Penjara
Rina Atriana - detikNewsFoto: Pool/Kurniawan Mas'udJakarta - Gubernur DKI 
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dihukum 2 tahun penjara. Ahok dinyatakan 
terbukti bersalah melakukan penodaan agama karena pernyataan soal Surat 
Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

"Menyatakan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti secara sah dan 
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan penodaan agama," kata 
hakim ketua Dwiarso Budi Santiarto membacakan amar putusan dalam sidang Ahok di 
auditorium Kementan, Jl RM Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2017).

Majelis hakim menyebut penodaan agama dengan penyebutan Surat Al-Maidah dalam 
sambutan Ahok saat bertemu dengan warga di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau 
Pramuka, Kepulauan Seribu. 

Kalimat Ahok yang dinyatakan menodai agama adalah "Jadi jangan percaya sama 
orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu nggak bisa pilih saya ya kan? 
dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak Bapak-Ibu ya. Jadi 
kalau Bapak-Ibu perasaan enggak bisa kepilih nih, karena saya takut masuk 
neraka karena dibodohin gitu ya, nggak apa-apa."

"Dari ucapan tersebut, terdakwa telah menganggap Surat Al-Maidah adalah alat 
untuk membohongi umat atau masyarakat atau Surat Al-Maidah 51 sebagai sumber 
kebohongan dan dengan adanya anggapan demikian, maka menurut pengadilan, 
terdakwa telah merendahkan dan menghina Surat Al-Maidah ayat 51," papar hakim 
dalam pertimbangan hukum.

Ahok dalam kunjungan pada 27 September 2016 didampingi sejumlah anggota DPRD 
DKI Jakarta, Bupati Kepulauan Seribu, Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan 
Ketahanan Pangan, serta para nelayan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. 

Majelis hakim menyebut Ahok sengaja memasukkan kalimat terkait dengan pemilihan 
gubernur. Ahok dalam pernyataannya di hadapan warga menyinggung program 
budidaya ikan kerapu yang tetap berjalan meskipun ia tidak terpilih dalam 
pilkada.

"Dari ucapannya tersebut terdakwa jelas menyebut Surat Al-Maidah yang dikaitkan 
dengan kata 'dibohongi'. Hal ini mengandung makna yang negatif. Bahwa terdakwa 
telah menilai dan mempunyai anggapan bahwa orang yang menyampaikan Surat 
Al-Maidah ayat 51 kepada umat atau masyarakat terkait pemilihan adalah bohong 
dan membohongi umat atau masyarakat, sehingga terdakwa sampai berpesan kepada 
masyarakat di Kepulauan Seribu dengan mengatakan jangan percaya sama orang, dan 
yang dimaksud yang adalah jelas orang yang menyampaikan Al-Maidah ayat 51," 
sambung hakim dalam putusannya.


Ahok dinyatakan majelis hakim terbukti melakukan tindak pidana dalam Pasal 156a 
KUHP, yakni secara sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan 
perbuatan permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama.

(fdn/fjp)      #yiv4855546577 #yiv4855546577 -- #yiv4855546577ygrp-mkp 
{border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 
10px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mkp hr {border:1px solid 
#d8d8d8;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mkp #yiv4855546577hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mkp #yiv4855546577ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mkp .yiv4855546577ad 
{padding:0 0;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mkp .yiv4855546577ad p 
{margin:0;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mkp .yiv4855546577ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-sponsor 
#yiv4855546577ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-sponsor #yiv4855546577ygrp-lc #yiv4855546577hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-sponsor #yiv4855546577ygrp-lc .yiv4855546577ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv4855546577 #yiv4855546577actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv4855546577
 #yiv4855546577activity span {font-weight:700;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv4855546577 #yiv4855546577activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv4855546577 #yiv4855546577activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv4855546577 #yiv4855546577activity span 
.yiv4855546577underline {text-decoration:underline;}#yiv4855546577 
.yiv4855546577attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv4855546577 .yiv4855546577attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv4855546577 .yiv4855546577attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv4855546577 .yiv4855546577attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv4855546577 .yiv4855546577attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv4855546577 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv4855546577 .yiv4855546577bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv4855546577 
.yiv4855546577bold a {text-decoration:none;}#yiv4855546577 dd.yiv4855546577last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv4855546577 dd.yiv4855546577last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv4855546577 
dd.yiv4855546577last p span.yiv4855546577yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv4855546577 div.yiv4855546577attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv4855546577 div.yiv4855546577attach-table 
{width:400px;}#yiv4855546577 div.yiv4855546577file-title a, #yiv4855546577 
div.yiv4855546577file-title a:active, #yiv4855546577 
div.yiv4855546577file-title a:hover, #yiv4855546577 div.yiv4855546577file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv4855546577 div.yiv4855546577photo-title a, 
#yiv4855546577 div.yiv4855546577photo-title a:active, #yiv4855546577 
div.yiv4855546577photo-title a:hover, #yiv4855546577 
div.yiv4855546577photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv4855546577 
div#yiv4855546577ygrp-mlmsg #yiv4855546577ygrp-msg p a 
span.yiv4855546577yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv4855546577 
.yiv4855546577green {color:#628c2a;}#yiv4855546577 .yiv4855546577MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv4855546577 o {font-size:0;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577photos div {float:left;width:72px;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577photos div div {border:1px solid 
#666666;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv4855546577
 #yiv4855546577reco-category {font-size:77%;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577reco-desc {font-size:77%;}#yiv4855546577 .yiv4855546577replbq 
{margin:4px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-mlmsg select, #yiv4855546577 input, #yiv4855546577 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-mlmsg pre, #yiv4855546577 code {font:115% 
monospace;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-mlmsg #yiv4855546577logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-msg 
p#yiv4855546577attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-reco #yiv4855546577reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-sponsor 
#yiv4855546577ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-sponsor #yiv4855546577ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-sponsor #yiv4855546577ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv4855546577 #yiv4855546577ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv4855546577 
#yiv4855546577ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv4855546577 

   

Kirim email ke