Jalan kaki 1 km saja, mungkin tidak pernah.
Anggap saja jalan kaki Yogya - Jakarta sebagai ziarah, gantinya ke Mekah ?

2017-06-14 6:22 GMT+02:00 Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
> Amien Rais menelanjangi diri di hari tuanya. Dia menunjukkan watak dia
> yang sebenarnya. Kasihan, tapi mau bilang apa. Nazarnya mau jalan kaki dari
> Yogya ke Jakarta pun belum bisa terlaksana.
>
>
> Tampilkan pesan asli
> Pada Rabu, 14 Juni 2017 3:28, "jonathango...@yahoo.com [GELORA45]" <
> GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
>
>
>
>
> menurut saya kok si Amien Rais itu lebih cenderung Free Rider.
>
> ---In GELORA45@yahoogroups.com, <estiawind@...> wrote :
>
> Alangkah baiknya kalau kita kembali menegok kebelakang 20 tahun yang lalu.
> Saya rasa yang berdiri didepan menentang pemerintahan Suharto sampai masuk
> penjara bukannya Amien Rais melainkan anak anak muda dari PRD (Budiman
> Sudjatmiko dan teman2nya).
> Apakah tidak demikian? Mudah2an apa yang saya kemukakan tidak benar.
>
> AA
>
>
> Pada 13 Juni 2017 14.39, 'Chan CT' SADAR@... [GELORA45] <
> GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
>
>
>
>
> *From:* B.DORPI P.
> *Sent:* Tuesday, June 13, 2017 7:22 AM
>
> *A very good honest assessment, Mr. Toha . . .*
> *Thank you.*
>
> *Dorpi*
>
> http://geotimes.co.id/saya- percaya-amien-rais-tapi/
> <http://geotimes.co.id/saya-percaya-amien-rais-tapi/>
>
> Monday, 12 June 2017
>
>
> Saya Percaya Amien Rais, tapi…
> *By Abdillah Toha*
>
>
> [image: alt]
> <http://geotimes.co.id/online/wp-content/uploads/2017/06/antarafoto-keterangan-amien-rais-020617-adm-2-1.jpg>
> Politisi Senior PAN Amien Rais (tengah) memberikan keterangan pers tentang
> aliran dana kasus korupsi pengadaan alat kesehatan, di Jakarta, Jumat
> (2/6). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
> Saya percaya bahwa pembelaan dan penjelasan Amien Rais (AR) tentang dana
> yang masuk ke rekening beliau dari yang diduga hasil korupsi alat kesehatan
> (alkes) adalah keterangan yang jujur dan benar. Bahwa AR tidak tahu asalnya
> dana itu dari mana, sangat masuk di akal. Kenapa? Karena saya tahu bahwa AR
> sudah sejak lama banyak menerima bantuan dana dari Sutrisno Bachir (SB).
> Bahkan kala AR mencalonkan diri sebagai calon presiden tahun 2004, konon,
> bantuan itu jauh lebih besar. Dan AR tidak perlu menanyakan dari mana asal
> usul uang itu karena SB dikenal sebagai pengusaha yang sukses dengan
> kekayaan melimpah.
>
> Harus saya akui tulisan saya berikut ini subyektif, namun saya punya
> keyakinan AR yang taat beragama itu mustahil mau menerima dana bantuan bila
> dia tahu itu berasal dari sumber yang tidak halal.
> Andai beliau berhenti sampai pada penjelasan yang sudah jelas itu,
> dampaknya akan sangat baik. Bila perlu membiarkan proses hukum Alkes
> berjalan dan bersedia menjelaskan bila diminta membuktikannya di pengadilan
> nanti. Yang jadi masalah justru reaksi AR yang agak berlebih sampai kepada
> tuduhan ada unsur busuk di dalam tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
> yang bermaksud menyudutkannya.
> Padahal KPK tidak menyebarkan berita itu dan itu beredar di media atas
> dasar keterangan jaksa penuntut di pengadilan yang belum tentu disetujui
> oleh majelis hakim. Kemudian AR juga mengatakan punya bukti tentang dua
> tokoh besar yang terlibat korupsi di negeri ini. Dan seterusnya. Sayang
> sekali.
> AR adalah doktor ilmu politik lulusan Amerika dan seorang alim dalam agama
> yang sempat menjadi idola banyak orang di negeri ini. Karier politiknya
> gemilang sampai ketika beliau mencapai kedudukan tinggi sebagai ketua
> Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pertama pasca reformasi. AR-lah yang
> memimpin MPR sehingga berhasil menciptakan berbagai amandemen UUD 1945
> dengan gemilang yang menjadi dasar kembalinya kehidupan demokrasi yang
> sehat di negeri ini.
> Saya dan kita semua pasti ingat betul 20 tahun yang lalu ketika AR di
> puncak popularitasnya. Nyaris tidak ada seorang pun yang berani melawan
> kekuasaan otoriter Suharto diluar beliau. Setelah Suharto jatuh, yang tidak
> lepas dari perjuangan beliau, AR tidak ingin memanfaatkan peluang berebut
> mengisi kekosongan kepemimpinan politik saat itu. AR ingin kembali tetap
> sebagai ketua Muhammadiyah dan tidak menunjukkan keinginan berkuasa.
> AR sering mengutarakan bahwa dirinya hanya ingin terlibat dalam “politik
> tinggi”, bukan politik praktis yang dianggapnya rendah. Saya ingat, saya
> sendiri bersama M Dawam Rahardjo dan almarhum Amien Aziz khusus berangkat
> ke rumah beliau di Solo untuk meyakinkannya agar tidak mundur dari
> keramaian dan melanjutkan perjuangannya dalam politik. Kami kuatir saat itu
> perjuangan mengembalikan demokrasi di negeri in akan gagal bila beliau
> tidak terus hadir.
> Dengan didukung oleh bebagai tokoh seperti Goenawan Mohamad, Albert
> Hasibuan, Taufik Abdullah, Toeti Heraty, Zumrotin, AM Lutfi, AM Fatwa,
> Rizal Panggabean, Amien Rais, dan saya sendiri, kami kemudian menjadi
> pengagas dan formatur pertama Partai Amanat Nasional (PAN). Harus diakui
> bahwa PAN tidak akan berdiri tanpa kesediaan AR untuk ikut bersama.
> [image: alt]
> <http://geotimes.co.id/online/wp-content/uploads/2017/06/IMG-20170612-WA0000.jpg>
> Abdillah Toha dan Amien Rais saat aktif mempersiapkan pendirian Partai
> Amanat Nasional 20 tahun silam di kantor Abdillah Toha di Jakarta. [Dok.
> penulis]
>
> Kemudian berbagai rangkaian peristiwa politik terjadi setelah BJ Habibie
> memutuskan mengakhiri jabatan presidennya setahun setelah reformasi.
> Ringkasnya, ada kesepahaman pembagian kekuasaan di antara pimpinan
> partai-partai poros tengah di mana Akbar Tanjung menjadi ketua DPR, Amien
> Rais ketua MPR, dan Gus Dur sebagai presiden RI. Dalam proses itu, AR
> sempat “didaulat” untuk menjadi presiden RI oleh Habibie dan sekelompok
> kekuatan politik, namun AR menolak karena antara lain beliau tidak ingin
> mencederai hubungan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama karena sebelumnya
> sudah ada kesepakatan lain.
>
> Dis-ilusi (kekecewaan) pertama bercampur keterkejutan AR dan kita semua
> saat itu timbul ketika PAN yang didirikan dan dipimpin oleh tokoh reformasi
> AR pada pemilu legislatif pertama pasca reformasi tahun 1999, hanya meraih
> tidak lebih dari 7.4 % kursi. PDIP merajai hasil pemilu dengan 33%, sedang
> partai Orde Baru Golkar, meski merosot dari 74% pada DPR Orde Baru, masih
> tetap populer dengan perolehan 22%. Pukulan kedua ketika pada Pemilu
> Presiden tahun 2004, AR dan pasangannya hanya menduduki posisi keempat dari
> lima calon presiden dan gugur pada putaran pertama.
> Hilangnya jabatan ketua MPR dan kekalahan besar pada Pilpres 2004
> merupakan pukulan telak pada AR pribadi dan PAN sehinga kami sempat
> ramai-ramai datang ke rumah beliau di Yogya untuk menghibur. Setelah itu AR
> melepaskan jabatan sebagai ketua umum PAN, namun kemudian masih aktif di
> belakang layar ikut menentukan siapa yang dianggap layak menggantikan
> kedudukannya sebagai pimpinan ekskutif PAN. Dua kali pemilihan ketua umum
> PAN sejak itu nyaris tidak terbuka dan dimenangkan oleh orang yang direstui
> AR.
> Sejak itu, banyak dari kami penggagas pertama PAN berharap AR tidak lagi
> berpolitik praktis tapi menempatkan dirinya sebagai guru bangsa yang berada
> di atas semua golongan, layaknya negarawan mantan presiden atau mantan
> pejabat tinggi. Harapan ini tak terjadi dan AR yang sudah tak memiliki
> kekuasaan politik riel ternyata masih terus menerus melakukan
> manuver-manuver politik tingkat bawah yang sering membingungkan.
> Terakhir AR bahkan ikut dan melibatkan diri dalam demo-demo yang tidak
> jelas arahnya. Tidak jarang beliau malah membuat pernyataan-pernyataan
> kontroversial seperti merendahkan wibawa presiden dan mengancam akan
> menjatuhkan Presiden Jokowi jika tak memenuhi tuntutannya, menuduh Ahok
> korupsi, dan sebagainya.
> Akibatnya, menurut pandangan subyektif saya, popularitas AR di kalangan
> publik makin lama makin merosot dan AR yang tadinya merupakan aset utama
> PAN telah menjadi liabilitas partai yang didirikannya.
> Saya menulis ini karena saya, dan saya yakin banyak pendiri PAN lain,
> sayang kepada partai yang kami ikut dirikan. Sebuah partai yang ketika
> didirikan tidak punya beban masa lalu. Partai yang penuh idealisme dan
> berdiri di baris terdepan reformasi. Partai yang, menurut pandangan saya,
> sampai saat ini relatif masih terbersih dibanding partai-partai lain.
> Saya menulis ini karena saya juga percaya kepada pribadi Amien Rais yang
> tegar, berani, cerdas, dan bersih dari keinginan memperkaya diri dari uang
> rakyat. Negeri ini akan beruntung bila pemimpin sekaliber AR dapat
> mendudukkan dirinya sebagai begawan yang bersedia menginspirasi bangsa ini
> demi kemajuan, kedamaian, dan kesejahteraan lahir dan batin warganya. Bukan
> bermanuver dengan langkah-langkah yang mencerminkan orang yang menderita
> sindrom kekuasaan.
> Usia kita bertambah terus. Tidak ada yang tahu sampai kapan kita akan
> berada di planet bumi ini. Setiap dari kita pasti ingin meninggalkan
> *legacy* yang baik ketika saatnya tiba. Karenanya, doa yang didambakan
> terkabul oleh setiap Muslim adalah *husnul khatimah* yang secara harfiah
> berarti akhir yang baik. Bukan sekadar wafat dalam keadaan beriman seperti
> yang sering dipahami oleh awam, *husnul khatimah* juga berarti makin
> tambah usia makin baik kehidupan kita, bukan sebaliknya. Di ujung usia,
> kita berharap mengalami puncak kebahagiaan dan kedamaian ruhani dan memberi
> manfaat positif bagi banyak orang.
> Semoga Allah memberi petunjuk dan hidayah kepada saya dan kita semua agar
> dengan rahmat-Nya kita dapat meraih *husnul khatimah*. Amiin.
> *Jakarta, 12 Juni 2017*
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> <http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=webmail>
>  Virusvrij.
> www.avg.com
> <http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=webmail>
> <#m_-950036020168521085_DAB4FAD8-2DD7-40BB-A1B8-4E2AA1F9FDF2>
>
> 
>

Kirim email ke