Yg bilang marga Teng itu habib keturunan Mohammad "Dengan demikian, para Said Teng yang di Indonesia pantas juga ber-predikat Habib yang tegas silsilahnya. http://www.kompasiana.com/anthonytjio/jejak-leluhur-muslim-tionghoa-marga-teng-ed-din-di-hokkian_595adfdc0123bd7f3cb84f9b" Apakah marga Djie juga habib?
Baca sepintas yg ditulis Gregory Clark sudah langsung terlihat ngaco dan ngawurnya, seperti misalnya massacre baru dimuat dikoran Hong Kong seminggu setelah kejadian dan di NY Times tgl 12 Juni, padahal jelas sekali koran dan tv Hong Kong memuat langsung cepat sekali hampir real time, hal ini bung Chan CT bisa me-verifikasi benar tidaknya (terkecuali dlm hal ini beliau juga in denial ya nggak tahulah), sedang NY Times published 4 Juni sudah memberitakan pembantaian itu, lihat disini: https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/211154 https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/211154 kutipan: Maka darimanakah tuntutan senapan mesin itu? Inipun kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya, adalah dari sebuah cerita yang diterbitkan seminggu setelahnya dalam surat kabar berbahasa Inggris yang pro-Inggris di Hong Kong, katanya dituturkan oleh seorang mahasiswa demonstran yang telah melarikan diri dari Tiongkok, tetapi siapakah dia itu tidak ada yang bisa menemukannya. Cerita ini dengan pesat menyebar keseluruh dunia dan terbit dihalaman pertama The New York Times pada tanggal 12 Juni, maka sejak itu cerita ini telah menyelubungi kita. Tiada seorangpun dari wartawan Barat di Beijing yang sudi memeriksa kebenaran apa yang telah terjadi pada malam itu, boleh jadi cerita yang penuh perdarahan dan mengerikan itu lebih laris. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote : Anthony Tjio Hock Tong adalah pensiunan dokter dari LA, yang lancar berbahasa Mandarin. Setiap tahun satu dua kali masuk Tiongkok untuk melakukan berbagai penyelidikan. Tulisannya dimuat di Kompasiana terutama tentang riwayat hari2 raya, riwayat makanan. Juga menulis tentang riwayat asal mula makanan Indonesia seperti soto, lontong (Cap Go Meh), lumpia dll. Juga menulis tentang nenek moyang Gus Dur, mengunjungi dan berbicara dengan orang2 di situ, menulis tentang Cheng Ho dll. Banyak melakukan penyelidikan tentang sejarah keluarga2, asal mulanya dulu dan ber-pindah2nya. Yang sudah diselidiki riwayat marga Kwee, marga Djie. Dia menyampaikan hasil penyelidiknnya di reunie marga Djie gabungan dari Djie Kediri dan Malakka di Malakka tahun lalu 2017-07-31 2:47 GMT+02:00 'Chan CT' SADAR@... mailto:SADAR@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com>: Ini ada satu tulisan, Gregory Clark, mantan Diplomat Australia di Jepang yang mengkisahkan apa yang dinamakan “PEMBANTAIAN” di Tian AN Men, 4 Juni 1989 itu, itu sesungguhnya TIDAK TERJADI! Justru sebaliknya, kekejaman kemanusiaan itu terjadi sehari sebelumnya, saat sepasukan tanpa senjata hendak masuk kota Beijing, dihadang bahkan belasan tentara dibakar hidup-hidup! Sayang tidak semua foto-foto yang bisa membuktikan kekejaman ini, seperti penggantungan mayat hangus dijembatan viadruk, tidak berani dikeluarkan oleh barat sendiri! Begitu juga dengan kisah malam 4 Juni dilapangan Tian An Men, dikatakan tentara memberondong senapan mesin menggusur demonstran, dari seorang mahasiswa yang berhasil “melarikan diri” ke HK, ternyata juga TIDAK ada orang nya! Hanya merupakan isu yang digunakan untuk menghitamkan pemerintah Tiongkok dan “MEMBENARKAN” aksi-aksi demonstrasi di Tian An Men yang sudah menjurus ke anarkis dan merusak! Kesimpulan Chai Ling, salah satu tokoh-utama Gerakan aksi demokrat Tian An Men itu, dalam wawancara dengan BBC dalam rangka memperingati 25Th Peristiwa Tian An Men, karena sudah bertobat atas KEKEJAMAN nya dan menjadi Kristiani-taat sudah bisa menyimpulkan, “Seandainya saja saya ketika itu sudah mengenal Tuhan, tentu saya tidak akan memerintahkan BERTAHAN!” BETUUUUL, perintah “BERTAHAN!” itulah KESALAHAN FATAL kaum demokrat ketika itu dalam melancarkan aksi demo nya di lapangan Tian An Men! Bahkan Chai Ling jauh sebelumnya, dalam video yang viral di youtube, dengan menangis menyatakan penyesalannya mempunyai pemikiran jahat dan sangat kejam, hendak menggunakan DARAH MEMBANJIRI lapangan Tian An Men menggulingkan pemerintah yang berkuasa! Satu pemikiran jiwa IBLIS yang keluar dari kepala Chai Ling, tega-teganya menjadikan belasan ribu massa demonstran sebagai TUMBAL untuk mewujudkan tujuan menggulingkan pemerintah yang berkuasa! Sayangnya tokoh-tokoh-utama gerakan demokrat 4 Juni 1989 itu, sampai sekarang sudah hampir 30 tahun, belum juga berhasil membuat KESIMPULAN perjuangan mereka dengan sebaik-baiknya, masih saja tenggelam pada target menggulingkan kekuasaan PKT yang menjadi tujuan majikan mereka, ... AS dengan CIA! Masih saja hendak menyudutkan RRT telah melakukan kekejaman kemanusiaan, membanjiri lapangan Tian An Men dengan darah massa demonstran, ... Padahal kenyataan yang ada, pemerintah sudah dengan resmi menyatakan malam itu ada 241 korban jiwa, termasuk korban-jiwa pihak TPRT, dan 7000 orang luka-luka. Melihat aksi demo yang sudah dilancarkan lebih sebulan dengan jumlah massa demonstran yang dinyatakan lebih 10 bahkan belasan ribu peserta itu, aksi penggusuran dengan jatuhnya 241 korban jiwa tentu saja bisa dinyatakan cukiup BESAR! Kedua belah pihak yang berbenturan HARUS bisa membuat kesimpulan dimana kekurangan/kesalahan yang terjadi, agar tidak lagi terulang! Dengan kata lain, tokoh-tokoh yang berani menamakan diri pejuang-pejuang gerakan tentu harus pandai-p-andai membuat strategi-taktik yang tepat untuk mencapai tujuan! Tidak asal seruduk dengan tidak memperhitungkan dengan baik kekuatan lawan dan kekuatan diri sendiri! Lalu, ... pada saat KEPALA bocor terbentur BATU, hanya bisa memaki-maki, memfitnah dengan menyalahkan batu yang keras itu tidak manusiawi! Masih juga TIDAK mengerti saat kekuatan diri sendiri masih sangat lemah, yaa, ... HARUS MUNDUR DULU, susun kekuatan lebih baik dan mencari kesempatan dengan kondisi yang lebih menguntungkan untuk menggerogoti lawan sedikit demi sedikit! Jangan keras lawan keras, jangan lakukan “bunuh diri” main seruduk dan benturkan kepala pada batu yang jauh lebih keras! APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI TIANANMEN? Oleh: Gregory Clark / Mantan Diplomat Australia di Jepang. Diterjemahan oleh: Anthony Hocktong Tjio / Diaspora Indonesia. Bertahun-tahun “penerangan hitam” dari pemerintah Amerika dan Inggris telah berhasil menggelarkan mitos seperti: Perang Vietnam merupakan perlakuan Beijing untuk membonekakan Hanoi dalam tujuan perluasannya di Asia, seperti juga Iraq memiliki senjata pembinasaan massa, juga yang dianggap pembersihan etnis Serbian oleh Kosovars tetapi sesungguhnya adalah kebalikannya, d an sekarang menganggap Moskow adalah dalang pro-Russia di Ukreina Timur. Dari semuanya yang paling hebat masih itu mitos yang mengatakan bahwa ratusan bahkan ribuan mahasiswa dibrondong atau dibantai oleh tentara di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989. Pada achir-achir ini, hikayat pembantaian di Tiananmen malam itu telah ditantang kebenarannya, seperti yang disiarkan oleh TV Spanyol, dari pencerahan rakyat setempat yang mengungkapkan bahwa pembantaian itu sesungguhnya tidak terjadi, yang mereka saksikan hanya adanya pasukan yang memasuki lapangan dan meminta supaya para mahasiswa dengan tenang meninggalkan lapangan pada petang itu. Demikianlah dijadikan “pembantaian” dijalan-jalan sekitar lapangan tersebut, maka menjelang peringatan ke-25 tahun ini, cerita “pembantaian tak beralasan” tersebut bakal membara kembali dalam rangka mereka melecehkan Beijing. Untungnya, kenyataan cerita yang sesungguhnya telah dilaporkan secara terperinci oleh pihak Kedutaan Besar Amerika di Beijing, ini bisa ditelusuri di internet. Memang, ada terjadi sesuatu yang serupa pembantaian dijalanan-jalanan itu oleh satuan yang mula-mula dikirim kesana untuk membubarkan mahasiswa yang menghalang-halangi mereka. Namun untuk mencari sebab mengapa pasukan sampai melaksanakan kekejian itu, boleh dimengerti dari foto-foto media yang menayangkan deretan bus militer yang dibakar oleh massa demonstrasi tersebut. Sampai sekarang dunia masih mengira bahwa pembakaran bus-bus tersebut akibat setelah pasukan mendahului melepaskan tembakan kepada massa. Kenyataannya adalah sebaliknya, massa yang menyerang iring-iringan bus yang memasuki Beijing, mengakibatkan beberapa belasan tentara terbakar didalam bus, dan karena itulah tembakan dimulai. Disini juga tidak perlu jauh-jauh mencari buktinya, ada foto-foto yang tidak diterbitkan dimana serdadu yang terbakar payah berlarian mencari perlindungan dirumah rakyat disekitarnya, dan dilaporkan bahwa ada penggantungan mayat hangus dijembatan viaduk. Betul, massa mempunyai alasan-alasan mereka untuk protes. Dipermulaan tahun 1970an, tidak lama setelah dimulainya Revolusi Budaya-nya Mao Ze-dong, saya pernah mengelilingi Tiongkok kemana-mana. Saya menyaksikan dengan mata sendiri perlakuan kejam yang tidak masuk akal dan gila telah melanda seluruh bangsa negara. Saya mungkin bisa ikut-ikutan diantara pemrotes, bilamana saya juga seorang mahasiswa atau warga negara diwaktu itu maupun sekarang ini, ditahun 1989. Hal tersebut semestinya disadari oleh pemerintah, maka itu meski protes mahasiswa dilapangan tersebut sangat memalukan dan mengganggu, masih juga dibiarkan sampai 6 minggu. Malah sekretaris jendral partai juga berupaya mengadakan perundingan. Hanya setelah perembukan gagal dan mahasiswa sudah memulai bubar maka baru mengambil tindakan untuk menguasai lapangan kembali. Pada saat itu massa disekitar lapangan sangat besar dan juga tidak beres. Dalam catatan kedutaan (Amerika) mengatakan bahwa tindakan semula dari pemerintah adalah mengirimkan pasukan yang tidak bersenjata dengan kereta metro, dan ini diblok oleh massa dengan mudah. Kemudian mengirimkan pasukan yang dipersenjatai maka akibatnya seperti yang telah kita ketahui. Meskipun begitu hanya sebagian kesatuan saja yang mengamuk (serdadu layak bersikap begitu bilamana kawan seperjuangannya dipanggang: coba tanyakan pada rakyat di-Fallujah, Iraq). Sedangkan kesatuan lainnya berusaha mengendalikan mereka. Semua itu terjadi diluar, tetapi bukan, didala m lapangan (Tiananmen). Maka darimanakah tuntutan senapan mesin itu? Inipun kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya, adalah dari sebuah cerita yang diterbitkan seminggu setelahnya dalam surat kabar berbahasa Inggris yang pro-Inggris di Hong Kong, katanya dituturkan oleh seorang mahasiswa demonstran yang telah melarikan diri dari Tiongkok, tetapi siapakah dia itu tidak ada yang bisa menemukannya. Cerita ini dengan pesat menyebar keseluruh dunia dan terbit dihalaman pertama The New York Times pada tanggal 12 Juni, maka sejak itu cerita ini telah menyelubungi kita. Tiada seorangpun dari wartawan Barat di Beijing yang sudi memeriksa kebenaran apa yang telah terjadi pada malam itu, boleh jadi cerita yang penuh perdarahan dan mengerikan itu lebih laris. Syukurlah selain laporan dari Kedutaan Besar Amerka tersebut, sekarang juga ada pengamatan tahun 1998 yang teliti dari majalah Columbia Journalism Review yang judulnya “ Melaporkan Mitos Tiananmen dan Hadiahnya Pers Pasif” yang mengusut “laporan dramatis yang menunjang mitos pembantaian mahasiswa” tersebut. Sejak semula kita sudah semestinya mencurigai cerita pembantaian tersebut. Apakah masuk akal pimpinan pemerintah di Beijing seperti Deng Xiao-ping yang unggulan dalam upaya reformasi dalam banyak bidang kemasyarakatan Tionghoa bisa sengaja menganiaya mahasiswa yang tidak membahayakan, yang menurut tradisi mereka merupakan penggerak reformasi di Tiongkok, yang dulunya banyak diikuti juga oleh pemimpin pro-komunis. Bilamana pimpinan pemerintah harus disalahkan, itu terletak dikegagalan melatih tentara dalam bidang penertipan massa, suatu kesalahan yang juga telah diakui oleh anggauta pemerintah yang sialan. Ironis sekali akibat laporan hitam pembantaian khayalan dengan senjata mesin yang dibuat-buat oleh pihak Inggris tersebut telah menimbulkan embargo pemasukan senjata Barat yang melarang (Tiongkok) untuk mendatangkan perlengkapan untuk memperbaiki tindakan penertipan massa yang diperlukan. Lebih aneh lagi ada berita yang kemudian menyusul bahwa kantor berita Inggris, Reuters, menolak untuk menerbitkan itu foto penggantungan mayat hangus di-viaduk yang mana semestinya bisa mencerahkan kejadian yang sesungguhnya. Dan sekarang telah diketahui dengan jelas bahwa foto Tankman yang tersohor itu, dimana seorang mahasiswa mencegat didepan barisan tank-tank tentara yang diterbitkan sebagai lambang kenekadan menantang rezim yang kejam, kenyataannya terjadi sehari setelah pristiwa Tiananmen, dan tank-tank tersebut sedang meninggalkan, tetapi bukan menuju, Lapangan Tiananmen. Telah jelas bahwa protes di lapangan yang berlarut-larut bakal berachir tanpa hasil itu mengakibatkan frustrasi pimpinan mahasiswa untuk mengambil tindakan perdarahan dijalanan tersebut. Lagi pula bisa dipersoalkan bagaimana massa protes sampai bisa menggunakan bom bensin kepada tentara, suatu senjata yang tidak pada umumnya digunakan oleh perusuh di Tiongkok, sehingga sangat banyak kendaraan yang dihancurkan. Inilah yang bikin pemerintah jadi marah, sehingga mengambil tindakan keras untuk menghukum para pimpinan mahasiswa. Meskipun tanpa perincian yang panjang lebar, telah jelas bahwa Peristiwa Pembantaian Lapangan Tiananmen tersebut tidak sedurjana seperti yang dibayangkan oleh Barat. Referensi: Gregory Clark: http://www.japantimes.co.jp/ opinion/2014/06/03/commentary/ world-commentary/really- happened-tiananmen/#. U485whZRSnt Brian Becker: http://www.globalresearch.ca/ what-really-happened-in- tiananmen-square-25-years-ago/ 5385528