Apa hubungannyua marga Djie dengan Teng, kok bisa timbul pertanyaan dengan kata "juga" ?
2017-07-31 6:58 GMT+02:00 jonathango...@yahoo.com [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com>: > > > > Yg bilang marga Teng itu habib keturunan Mohammad "Dengan demikian, para > Said Teng yang di Indonesia pantas juga ber-predikat Habib yang tegas > silsilahnya. > <http://www.kompasiana.com/anthonytjio/jejak-leluhur-muslim-tionghoa-marga-teng-ed-din-di-hokkian_595adfdc0123bd7f3cb84f9b>" > Apakah marga Djie juga habib? > > Baca sepintas yg ditulis Gregory Clark sudah langsung terlihat ngaco dan > ngawurnya, seperti misalnya massacre baru dimuat dikoran Hong Kong seminggu > setelah kejadian dan di NY Times tgl 12 Juni, padahal jelas sekali koran > dan tv Hong Kong memuat langsung cepat sekali hampir real time, hal ini > bung Chan CT bisa me-verifikasi benar tidaknya (terkecuali dlm hal ini > beliau juga in denial ya nggak tahulah), sedang NY Times published 4 Juni > sudah memberitakan pembantaian itu, lihat disini: > https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/211154 > > > > kutipan: > Maka darimanakah tuntutan senapan mesin itu? Inipun kita tidak perlu > jauh-jauh mencarinya, adalah dari sebuah cerita yang diterbitkan seminggu > setelahnya dalam surat kabar berbahasa Inggris yang pro-Inggris di Hong > Kong, katanya dituturkan oleh seorang mahasiswa demonstran yang telah > melarikan diri dari Tiongkok, tetapi siapakah dia itu tidak ada yang bisa > menemukannya. Cerita ini dengan pesat menyebar keseluruh dunia dan terbit > dihalaman pertama The New York Times pada tanggal 12 Juni, maka sejak itu > cerita ini telah menyelubungi kita. Tiada seorangpun dari wartawan Barat di > Beijing yang sudi memeriksa kebenaran apa yang telah terjadi pada malam > itu, boleh jadi cerita yang penuh perdarahan dan mengerikan itu lebih laris. > > ---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote : > > Anthony Tjio Hock Tong adalah pensiunan dokter dari LA, yang lancar > berbahasa Mandarin. > Setiap tahun satu dua kali masuk Tiongkok untuk melakukan berbagai > penyelidikan. Tulisannya > dimuat di Kompasiana terutama tentang riwayat hari2 raya, riwayat makanan. > Juga menulis tentang > riwayat asal mula makanan Indonesia seperti soto, lontong (Cap Go Meh), > lumpia dll. Juga menulis > tentang nenek moyang Gus Dur, mengunjungi dan berbicara dengan orang2 di > situ, menulis tentang > Cheng Ho dll. Banyak melakukan penyelidikan tentang sejarah keluarga2, > asal mulanya dulu dan > ber-pindah2nya. Yang sudah diselidiki riwayat marga Kwee, marga Djie. Dia > menyampaikan hasil > penyelidiknnya di reunie marga Djie gabungan dari Djie Kediri dan Malakka > di Malakka tahun lalu > > 2017-07-31 2:47 GMT+02:00 'Chan CT' SADAR@... [GELORA45] < > GELORA45@yahoogroups.com>: > > > > Ini ada satu tulisan, Gregory Clark, mantan Diplomat Australia di Jepang > yang mengkisahkan apa yang dinamakan “PEMBANTAIAN” di Tian AN Men, 4 Juni > 1989 itu, itu sesungguhnya TIDAK TERJADI! Justru sebaliknya, kekejaman > kemanusiaan itu terjadi sehari sebelumnya, saat sepasukan tanpa senjata > hendak masuk kota Beijing, dihadang bahkan belasan tentara dibakar > hidup-hidup! Sayang tidak semua foto-foto yang bisa membuktikan kekejaman > ini, seperti penggantungan mayat hangus dijembatan viadruk, tidak berani > dikeluarkan oleh barat sendiri! > > > > Begitu juga dengan kisah malam 4 Juni dilapangan Tian An Men, dikatakan > tentara memberondong senapan mesin menggusur demonstran, dari seorang > mahasiswa yang berhasil “melarikan diri” ke HK, ternyata juga TIDAK ada > orang nya! Hanya merupakan isu yang digunakan untuk menghitamkan pemerintah > Tiongkok dan “MEMBENARKAN” aksi-aksi demonstrasi di Tian An Men yang sudah > menjurus ke anarkis dan merusak! > > > > Kesimpulan Chai Ling, salah satu tokoh-utama Gerakan aksi demokrat Tian An > Men itu, dalam wawancara dengan BBC dalam rangka memperingati 25Th > Peristiwa Tian An Men, karena sudah bertobat atas KEKEJAMAN nya dan menjadi > Kristiani-taat sudah bisa menyimpulkan, “Seandainya saja saya ketika itu > sudah mengenal Tuhan, tentu saya tidak akan memerintahkan BERTAHAN!” > BETUUUUL, perintah “BERTAHAN!” itulah KESALAHAN FATAL kaum demokrat ketika > itu dalam melancarkan aksi demo nya di lapangan Tian An Men! Bahkan Chai > Ling jauh sebelumnya, dalam video yang viral di youtube, dengan menangis > menyatakan penyesalannya mempunyai pemikiran jahat dan sangat kejam, hendak > menggunakan DARAH MEMBANJIRI lapangan Tian An Men menggulingkan pemerintah > yang berkuasa! Satu pemikiran jiwa IBLIS yang keluar dari kepala Chai Ling, > tega-teganya menjadikan belasan ribu massa demonstran sebagai TUMBAL untuk > mewujudkan tujuan menggulingkan pemerintah yang berkuasa! > > > > Sayangnya tokoh-tokoh-utama gerakan demokrat 4 Juni 1989 itu, sampai > sekarang sudah hampir 30 tahun, belum juga berhasil membuat KESIMPULAN > perjuangan mereka dengan sebaik-baiknya, masih saja tenggelam pada target > menggulingkan kekuasaan PKT yang menjadi tujuan majikan mereka, ... AS > dengan CIA! > > > > Masih saja hendak menyudutkan RRT telah melakukan kekejaman kemanusiaan, > membanjiri lapangan Tian An Men dengan darah massa demonstran, ... Padahal > kenyataan yang ada, pemerintah sudah dengan resmi menyatakan malam itu ada > 241 korban jiwa, termasuk korban-jiwa pihak TPRT, dan 7000 orang luka-luka. > Melihat aksi demo yang sudah dilancarkan lebih sebulan dengan jumlah massa > demonstran yang dinyatakan lebih 10 bahkan belasan ribu peserta itu, aksi > penggusuran dengan jatuhnya 241 korban jiwa tentu saja bisa dinyatakan > cukiup BESAR! Kedua belah pihak yang berbenturan HARUS bisa membuat > kesimpulan dimana kekurangan/kesalahan yang terjadi, agar tidak lagi > terulang! > > > > Dengan kata lain, tokoh-tokoh yang berani menamakan diri pejuang-pejuang > gerakan tentu harus pandai-p-andai membuat strategi-taktik yang tepat untuk > mencapai tujuan! Tidak asal seruduk dengan tidak memperhitungkan dengan > baik kekuatan lawan dan kekuatan diri sendiri! Lalu, ... pada saat KEPALA > bocor terbentur BATU, hanya bisa memaki-maki, memfitnah dengan menyalahkan > batu yang keras itu tidak manusiawi! Masih juga TIDAK mengerti saat > kekuatan diri sendiri masih sangat lemah, yaa, ... HARUS MUNDUR DULU, susun > kekuatan lebih baik dan mencari kesempatan dengan kondisi yang lebih > menguntungkan untuk menggerogoti lawan sedikit demi sedikit! Jangan keras > lawan keras, jangan lakukan “bunuh diri” main seruduk dan benturkan kepala > pada batu yang jauh lebih keras! > > > > > > *APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI TIANANMEN?* > > Oleh: Gregory Clark / *Mantan Diplomat Australia di Jepang*. > > Diterjemahan oleh: Anthony Hocktong Tjio / *Diaspora Indonesia.* > > > > Bertahun-tahun “penerangan hitam” dari pemerintah Amerika dan Inggris > telah berhasil menggelarkan mitos seperti: Perang Vietnam merupakan > perlakuan Beijing untuk membonekakan Hanoi dalam tujuan perluasannya di > Asia, seperti juga Iraq memiliki senjata pembinasaan massa, juga yang > dianggap pembersihan etnis Serbian oleh Kosovars tetapi sesungguhnya adalah > kebalikannya, d an sekarang menganggap Moskow adalah dalang pro-Russia di > Ukreina Timur. Dari semuanya yang paling hebat masih itu mitos yang > mengatakan bahwa ratusan bahkan ribuan mahasiswa dibrondong atau dibantai > oleh tentara di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989. > > > > Pada achir-achir ini, hikayat pembantaian di Tiananmen malam itu telah > ditantang kebenarannya, seperti yang disiarkan oleh TV Spanyol, dari > pencerahan rakyat setempat yang mengungkapkan bahwa *pembantaian itu > sesungguhnya tidak terjadi*, yang mereka saksikan hanya adanya pasukan > yang memasuki lapangan dan meminta supaya para mahasiswa dengan tenang > meninggalkan lapangan pada petang itu. Demikianlah dijadikan “pembantaian” > dijalan-jalan sekitar lapangan tersebut, maka menjelang peringatan ke-25 > tahun ini, cerita “pembantaian tak beralasan” tersebut bakal membara > kembali dalam rangka mereka melecehkan Beijing. > > > > Untungnya, kenyataan cerita yang sesungguhnya telah dilaporkan secara > terperinci oleh pihak Kedutaan Besar Amerika di Beijing, ini bisa > ditelusuri di internet. > > > > Memang, ada terjadi sesuatu yang serupa pembantaian dijalanan-jalanan itu > oleh satuan yang mula-mula dikirim kesana untuk membubarkan mahasiswa yang > menghalang-halangi mereka. *Namun untuk mencari sebab mengapa pasukan > sampai melaksanakan kekejian itu, boleh dimengerti dari foto-foto media > yang menayangkan deretan bus militer yang dibakar oleh massa demonstrasi > tersebut.* > > > > Sampai sekarang dunia masih mengira bahwa pembakaran bus-bus tersebut > akibat setelah pasukan mendahului melepaskan tembakan kepada massa. > Kenyataannya adalah sebaliknya, massa yang menyerang iring-iringan bus > yang memasuki Beijing, mengakibatkan beberapa *belasan tentara terbakar > didalam bus*, dan karena itulah tembakan dimulai. Disini juga tidak perlu > jauh-jauh mencari buktinya, ada foto-foto yang tidak diterbitkan dimana > serdadu yang terbakar payah berlarian mencari perlindungan dirumah rakyat > disekitarnya, dan dilaporkan bahwa ada penggantungan mayat hangus > dijembatan viaduk. > > > > Betul, massa mempunyai alasan-alasan mereka untuk protes. Dipermulaan > tahun 1970an, tidak lama setelah dimulainya Revolusi Budaya-nya Mao > Ze-dong, saya pernah mengelilingi Tiongkok kemana-mana. > > > > Saya menyaksikan dengan mata sendiri perlakuan kejam yang tidak masuk akal > dan gila telah melanda seluruh bangsa negara. Saya mungkin bisa ikut-ikutan > diantara pemrotes, bilamana saya juga seorang mahasiswa atau warga negara > diwaktu itu maupun sekarang ini, ditahun 1989. > > > > Hal tersebut semestinya disadari oleh pemerintah, maka itu meski protes > mahasiswa dilapangan tersebut sangat memalukan dan mengganggu, masih juga > dibiarkan sampai 6 minggu. Malah sekretaris jendral partai juga berupaya > mengadakan perundingan. Hanya setelah perembukan gagal dan mahasiswa sudah > memulai bubar maka baru mengambil tindakan untuk menguasai lapangan kembali. > > > > Pada saat itu massa disekitar lapangan sangat besar dan juga tidak beres. > Dalam catatan kedutaan (Amerika) mengatakan bahwa tindakan semula dari > pemerintah adalah mengirimkan pasukan yang tidak bersenjata dengan kereta > metro, dan ini diblok oleh massa dengan mudah. Kemudian mengirimkan pasukan > yang dipersenjatai maka akibatnya seperti yang telah kita ketahui. Meskipun > begitu hanya sebagian kesatuan saja yang mengamuk (serdadu layak bersikap > begitu bilamana kawan seperjuangannya dipanggang: coba tanyakan pada rakyat > di-Fallujah, Iraq). Sedangkan kesatuan lainnya berusaha mengendalikan > mereka. Semua itu terjadi diluar, tetapi bukan, didala m lapangan > (Tiananmen). > > > > Maka darimanakah tuntutan senapan mesin itu? Inipun kita tidak perlu > jauh-jauh mencarinya, adalah dari sebuah cerita yang diterbitkan seminggu > setelahnya dalam surat kabar berbahasa Inggris yang pro-Inggris di Hong > Kong, katanya dituturkan oleh seorang mahasiswa demonstran yang telah > melarikan diri dari Tiongkok, tetapi siapakah dia itu tidak ada yang bisa > menemukannya. Cerita ini dengan pesat menyebar keseluruh dunia dan terbit > dihalaman pertama The New York Times pada tanggal 12 Juni, maka sejak itu > cerita ini telah menyelubungi kita. Tiada seorangpun dari wartawan Barat di > Beijing yang sudi memeriksa kebenaran apa yang telah terjadi pada malam > itu, boleh jadi cerita yang penuh perdarahan dan mengerikan itu lebih laris. > > > > Syukurlah selain laporan dari Kedutaan Besar Amerka tersebut, sekarang > juga ada pengamatan tahun 1998 yang teliti dari majalah Columbia Journalism > Review yang judulnya “ Melaporkan Mitos Tiananmen dan Hadiahnya Pers Pasif” > yang mengusut “laporan dramatis yang menunjang mitos pembantaian mahasiswa” > tersebut. > > > > Sejak semula kita sudah semestinya mencurigai cerita pembantaian tersebut. > > > > Apakah masuk akal pimpinan pemerintah di Beijing seperti Deng Xiao-ping > yang unggulan dalam upaya reformasi dalam banyak bidang kemasyarakatan > Tionghoa bisa sengaja menganiaya mahasiswa yang tidak membahayakan, yang > menurut tradisi mereka merupakan penggerak reformasi di Tiongkok, yang > dulunya banyak diikuti juga oleh pemimpin pro-komunis. > > > > Bilamana pimpinan pemerintah harus disalahkan, itu terletak dikegagalan > melatih tentara dalam bidang penertipan massa, suatu kesalahan yang juga > telah diakui oleh anggauta pemerintah yang sialan. Ironis sekali akibat > laporan hitam pembantaian khayalan dengan senjata mesin yang dibuat-buat > oleh pihak Inggris tersebut telah menimbulkan embargo pemasukan senjata > Barat yang melarang (Tiongkok) untuk mendatangkan perlengkapan untuk > memperbaiki tindakan penertipan massa yang diperlukan. > > > > Lebih aneh lagi ada berita yang kemudian menyusul bahwa kantor berita > Inggris, Reuters, menolak untuk menerbitkan itu foto penggantungan mayat > hangus di-viaduk yang mana semestinya bisa mencerahkan kejadian yang > sesungguhnya. Dan sekarang telah diketahui dengan jelas bahwa foto Tankman > yang tersohor itu, dimana seorang mahasiswa mencegat didepan barisan > tank-tank tentara yang diterbitkan sebagai lambang kenekadan menantang > rezim yang kejam, kenyataannya terjadi sehari setelah pristiwa Tiananmen, > dan tank-tank tersebut sedang meninggalkan, tetapi bukan menuju, Lapangan > Tiananmen. > > > > Telah jelas bahwa protes di lapangan yang berlarut-larut bakal berachir > tanpa hasil itu mengakibatkan frustrasi pimpinan mahasiswa untuk mengambil > tindakan perdarahan dijalanan tersebut. Lagi pula bisa dipersoalkan > bagaimana massa protes sampai bisa menggunakan bom bensin kepada tentara, > suatu senjata yang tidak pada umumnya digunakan oleh perusuh di Tiongkok, > sehingga sangat banyak kendaraan yang dihancurkan. Inilah yang bikin > pemerintah jadi marah, sehingga mengambil tindakan keras untuk menghukum > para pimpinan mahasiswa. Meskipun tanpa perincian yang panjang lebar, telah > jelas bahwa Peristiwa Pembantaian Lapangan Tiananmen tersebut tidak > sedurjana seperti yang dibayangkan oleh Barat. > > > > Referensi: > > > > Gregory Clark: > > http://www.japantimes.co.jp/ opinion/2014/06/03/commentary/ > world-commentary/really- happened-tiananmen/#. U485whZRSnt > > > > Brian Becker: > > http://www.globalresearch.ca/ what-really-happened-in- > tiananmen-square-25-years-ago/ 5385528 > > > > > > > >