Gobloknya memang sudah keterlaluan! Sudah jelas pengetahuannya cetek lalu maen ambil kesimpulan tulisan orang lain!
Jelas sekali kan ente itu mau bilang pembunuhnya adalah Orba/Soeharto dan bukan PKI. Ane pancing pake’ pendapat john rosa dan brad Simpson bahwa ada pentolan PKI yang terlibat. Eh ente langsung ambil kesimpulan bahwa ane bilang PKI yg membunuh. Gobloknya minta ampun organisasi PKI disamakan dengan pentolan PKI! Gimana dengan peran CIA yg ngubek2 negara orang lain?! Gak ada maki2 dari ente kan?! Hehehe kalau sudah baca sana sini, ya mbok oneliner nya ditambah dgn CIA!!!!! Jangan mentang2 itu tukang kacau sama2 dari negara ente, jadi bias!!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, October 16, 2017 3:37 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] (Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana Anda itu memang benar2 chicken yg hanya bisa main putar puter omongan. Ini yg saya katakan: Kutipan: John Roosa mengatakan PKI pelaku pembunuhan para jendral???? Ah yang bener aja! Justru John Roosa mengatakan pengakuan2 yg dipakai Soeharto sebagai bukti itu didapat dari hasil penyiksaan berat yang kemudian disangkal ybs. Ini cuplikan tulisan Roosa: kutipan: Proving the Case The first evidence the army adduced that the Communist Party of Indonesia, the PKI, was the mastermind of the September 30th Movement were confessions from two army officers who had participated in the movement. They had supposedly confessed while under interrogation to have acted on orders from the PKI An army information document released in early December 1965 cited the transcripts of the interrogations as proof of the PKI’s leadership of the September 30th Movement.52 Thus began the Suharto regime’s practice of treating interrogation reports (Berita Acara Pemeriksaan or Proses Verbaal) as solid evidence when backing its claims before the public. One of the so-called confessions was by Colonel Abdul Latief. I have a copy of the transcript of his interrogation held on October 25, 1965.53 In the transcript, he admits to being a “sympathizer” of the PKI who was willing to accept orders from the party. He unequivocally states that the PKI “planned the kidnapping” of the six generals and that he was a mere “implementer” of the party’s plan.54 He confesses to having been “more loyal to the party’s orders” than to those of his own superior officer.55 When Latief was brought to trial in 1978, after thirteen years of captivity, he claimed that he was barely conscious during the interrogation. According to his courtroom testimony, interrogators from the military police came to Salemba prison when he was still suffering from the wounds inflicted during his capture two weeks earlier. The soldiers who raided his hiding place on October 11 had fired a bullet into his left knee and rammed a bayonet into his right thigh, breaking the femur.56 His interrogation was held while he was lying prostrate on a table, doped up on painkillers, immobile with both his legs in casts, and starving from not having been given enough food for days. During the twelve-hour interrogation, from 3:00 PM to 3:00 AM, he occasionally passed out. At his 1978 trial, he admitted to having put his signature on the transcript so that the interrogation would end: “I hoped that once I recovered or was in a condition to be interrogated again I could correct it.”57 He was interrogated again, in late December 1965, and he did correct the claims in the first interrogation transcript.58 His second interrogator, from the police, seems to have been more willing to accept his story, unlike the military police who interrogated him earlier. His story changed dramatically. He denied that he had any affiliation to the PKI and insisted that the PKI had not led the September 30th Movement. The Suharto regime’s publications never cited, or even mentioned, his second interrogation. <https://cip.cornell.edu/DPubS?service=Repository&version=1.0&verb=Disseminate&view=body&content-type=pdf_1&handle=seap.indo/1211483265> https://cip.cornell.edu/DPubS?service=Repository&version=10&verb=Disseminate&view=body&content-type=pdf_1&handle=seap.indo/1211483265# ---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <nesare1@... <mailto:nesare1@...> > wrote : Betul2 orang satu ini sudah gila! Jelas pendapat john rosa masih tetap bahwa: pembunuhan 1965 itu ada 2 hal: militer dan politik. Ini kesimpulan john di UW Madison waktu nulis disertasi nya. Militer itu AD dan politik itu adalah bbrp pentolan PKI. Gak ada sama sekali john rosa bilang peristiwa 1965 itu dilakukan oleh PKI! Dia bilang oleh bbrp pentolan PKI. Sudisman juga bilangnya begitu! Brad Simpson muridnya Jeffrey winters juga setuju dengan meminjam hipotesis John Rosa, menyimpulkan bahwa G30S dijadikan dalih/justifikasi bagi Soeharto, AD, dan pendukung internasionalnya untuk melakukan pembasmian terhadap PKI. Dari mana ente bisa dapet dan berani mengklaim john rosa bilang yg bunuh adalah PKI?!!! Koq bisa pentolan PKI disamakan dengan PKI?!!! SADAR NDAK ENTE: IDE INI YG MAU DIJEJAL OLEH ORBA DAN MILITER!!! Lalu koq chicken chicken an ane?!! Wong ini masalah pendapat john rosa, koq dihubung2kan dgn chicken chicken?!! Ngerti juga ndak. Hanya model potong sana potong sini. Cuplik sana cuplik sini, lalu petentang petenteng seolah2 paling pinter! Lalu chicken chicken orang lain kalau sudah salah!!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, October 16, 2017 3:00 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com <mailto:gelora45@yahoogroups.com> > Subject: RE: [GELORA45] (Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana Anda itu memang chicken yang tidak berani berpendapat sendiri hanya bisanya bersembunyi dibalik orang lain dan putar puter kata2 belaka. Kutipan si ayam: Artinya apa pendapat john rosa ini? artinya pasti ada orang PKI dalam gerakan G30S itu! Sudah biasa intel2 itu masuk kemana2 termasuk intel PKI masuk ke Islam dan militer! ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < <mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote : Lagi ngomong apa orang gila satu ini?!! Koq bisa2nya mengklaim John Rosa bilang PKI pelaku pembunuhan para jendral?!!!! Pertamanya nuduh ane bilang begitu, sedangkan ane gak pernah bilang John mengklaim PKI pelaku pembunuhan para jendral. Ente jangan sembarangan nuduh ane bilang: “john rosa bilang PKI pelaku pembunuhan para jendral” loh!!! Baca baek2 tulisan ane! Perkara persepsi seseorang mengklaim john bilang PKI pelaku pembunuhan para jendral, ya silahkan2 saja. tetapi ane tidak berpandangan begitu setelah mengikuti jalan pikiran john rosa. Walaupun john rosa ribut2 sama asahan aidit, itu ya boleh2 saja bagi ane. Tetapi yang gak boleh saling menyalahkan. Kenapa gak boleh? Karena disitulah letak opini seseorang dimana opini itu berlandaskan asumsi. John rosa membuka wawasan baru dalam melihat peristiwa 1965. Begitu juga kita harapkan semua orang baik sejarahwan ataupun amatiran melihat peristiwa 1965 itu dari dimensi lain. Dimensi satu2nya hanyalah milik Orba dulunya. Sekarang dengan susah payah muncul analisa2 tandingan2nya. John rosa adalah salah satunya. Silahkan ngomong, diskusi, argue tetapi jangan seperti ente maen dakwa2an bahwa john rosa bilang: PKI pelaku pembunuhan para jendral. Mana argumentnya ente bilang john rosa mengklaim PKI pelaku pembunuhan para jendral?!!!!! Koq berani2nya bilang gak ada yg menyangkal?!!! Nesare From: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com [ <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, October 16, 2017 1:46 PM To: Yahoogroups < <mailto:gelora45@yahoogroups.com> gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] (Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana Ente memang gobloknya minta ampun! Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang menyangkal. ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < <mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote : Gobloknya minta ampun! Siapa yg bilang john rosa mengatakan PKI pelaku pembunuhan para jendral?!!!!! Ente tahu ndak siapa john rosa itu? Lulusan mana? Aliran ideologinya apa? Nesare From: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com [ <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, October 12, 2017 9:52 PM To: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com Subject: RE: [GELORA45] (Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana John Roosa mengatakan PKI pelaku pembunuhan para jendral???? Ah yang bener aja! Justru John Roosa mengatakan pengakuan2 yg dipakai Soeharto sebagai bukti itu didapat dari hasil penyiksaan berat yang kemudian disangkal ybs. Ini cuplikan tulisan Roosa: kutipan: Proving the Case The first evidence the army adduced that the Communist Party of Indonesia, the PKI, was the mastermind of the September 30th Movement were confessions from two army officers who had participated in the movement. They had supposedly confessed while under interrogation to have acted on orders from the PKI An army information document released in early December 1965 cited the transcripts of the interrogations as proof of the PKI’s leadership of the September 30th Movement.52 Thus began the Suharto regime’s practice of treating interrogation reports (Berita Acara Pemeriksaan or Proses Verbaal) as solid evidence when backing its claims before the public. One of the so-called confessions was by Colonel Abdul Latief. I have a copy of the transcript of his interrogation held on October 25, 1965.53 In the transcript, he admits to being a “sympathizer” of the PKI who was willing to accept orders from the party. He unequivocally states that the PKI “planned the kidnapping” of the six generals and that he was a mere “implementer” of the party’s plan.54 He confesses to having been “more loyal to the party’s orders” than to those of his own superior officer.55 When Latief was brought to trial in 1978, after thirteen years of captivity, he claimed that he was barely conscious during the interrogation. According to his courtroom testimony, interrogators from the military police came to Salemba prison when he was still suffering from the wounds inflicted during his capture two weeks earlier. The soldiers who raided his hiding place on October 11 had fired a bullet into his left knee and rammed a bayonet into his right thigh, breaking the femur.56 His interrogation was held while he was lying prostrate on a table, doped up on painkillers, immobile with both his legs in casts, and starving from not having been given enough food for days. During the twelve-hour interrogation, from 3:00 PM to 3:00 AM, he occasionally passed out. At his 1978 trial, he admitted to having put his signature on the transcript so that the interrogation would end: “I hoped that once I recovered or was in a condition to be interrogated again I could correct it.”57 He was interrogated again, in late December 1965, and he did correct the claims in the first interrogation transcript.58 His second interrogator, from the police, seems to have been more willing to accept his story, unlike the military police who interrogated him earlier. His story changed dramatically. He denied that he had any affiliation to the PKI and insisted that the PKI had not led the September 30th Movement. The Suharto regime’s publications never cited, or even mentioned, his second interrogation. <https://cip.cornell.edu/DPubS?service=Repository&version=1.0&verb=Disseminate&view=body&content-type=pdf_1&handle=seap.indo/1211483265> https://cip.cornell.edu/DPubS?service=Repository&version=1.0&verb=Disseminate&view=body&content-type=pdf_1&handle=seap.indo/1211483265# ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < <mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote : Ente ini sombong sekali. Pengetahuan ente itu cetek. Tanya baek2 sama orang yg lebih tahu. Jangan seakan2 ente itu tahu sedangkan gak ngerti permasalahannya! John Roosa dalam bukunya, Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia, 2006, menunjukkan bahwa peran Aidit bukan hanya pasif namun sangat dominan. Dalam buku itu john roosa bilang Aidit dan kelompok kecilnya (Sudisman, Oloan Hutapea, Lukman dan Rewang) sangat terlibat dalam rencana gerakan. Dalam pertemuan mereka Aidit menyarankan pembentukan "Dewan Revolusi" sebagai upaya Nasakomisasi yang terdiri dari militer dan tidak mencerminkan PKI. Aidit menyatakan kudeta seperti di Aljazair tidak akan mengubah perimbangan kekuasaan, namun hal itu akan dapat meradikalisasi massa serta meningkatkan tuntutan (buku Tornquist). Dalam rencananya, strategi Aidit tersebut membonceng Sukarno dan akhirnya PKI diharapkan dapat berkuasa. Artinya apa pendapat john rosa ini? artinya pasti ada orang PKI dalam gerakan G30S itu! Sudah biasa intel2 itu masuk kemana2 termasuk intel PKI masuk ke Islam dan militer! Ente kan hanya kutak katik di cakrabirawa yang sempit. Persis kalau ada orang menggede2kan peran syam kamaruzaman. Masalah 1965 itu banyak misterinya yang gak bakalan bisa diungkapkan keseluruhan karena pelaku2nya sudah meninggal dan atau dibunuh. Ente jangan suka meramal2. Yang ada orang2 seperti john rosa dll menganalisa dari science nya. Artinya ini adalah hasil analisa. Jangan2 ente mau bilang analisa john rosa = ramalan juga ya karena ente gak setuju hasilnya? Hehehehehehehe. Lucu akh ente ini!!! Nesare From: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com [ <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, October 12, 2017 11:03 AM To: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroupscom; Chan CT < <mailto:sadar@..> sadar@...> Subject: Re: [GELORA45] (Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana Seharusnya kata2 anda ini "Dalam pengertian saya, sekalipun pelaku G30S adalah perajurit TNI, konkritnya dari pasukan Tjakrabirawa dan katakanlah ada sebagian benar dan terbukti anggota PKI, TAPI, tetap MEREKA itu palaksana PERINTAH saja! Yang mutlak HARUS diseret keluar, dijernihkan adalah jenderal-jenderal dibalik yang merupakan DALANG G30S! " anda sampaikan pada pemerintah dan Agus Wijoyo dkk yg sampai sekarang mengatakan dirinya korban PKI, pada dasarnya tidak ada itu korban PKI yang betul korban tentara/TNI. Atas dasar apa anda mengatakan para prajurit Tjakrabirawa itu anggota PKI? On Thursday, October 12, 2017, 1:22:33 AM PDT, Chan CT < <mailto:sadar@...> sadar@...> wrote: TIDAK BEGITU, bung Goei! Dalam pengertian saya, sekalipun pelaku G30S adalah perajurit TNI, konkritnya dari pasukan Tjakrabirawa dan katakanlah ada sebagian benar dan terbukti anggota PKI, TAPI, tetap MEREKA itu palaksana PERINTAH saja! Yang mutlak HARUS diseret keluar, dijernihkan adalah jenderal-jenderal dibalik yang merupakan DALANG G30S! Saya menduga KERAS, sebagaimana diungkap Dr. Subandrio, jenderal Suharto itulah DALANG G30S sesungguhnya! Jadi, sekalipun ada kesertaan anggota PKI disitu,m tetap tidak membuktikan PKI adalah DALANGT G30S! Yang justru menarik, kalau BETUL dan bisa dibuktikan jenderal Suharto itu juga Biro Chusus PKI yg langsung dibina DN Aidit! Dan karena G30S hanya permainan dan digerakkan segelintir anggota PKI saja, ... bukan keputusan Polit Biro Partai dan melibatkan bagian besar anggota PKI, tentu sulit dikatakan PKI secara organisasi terlibat G30S! Itu saja, .... Salam, ChanCT From: Jonathan Goeij <mailto:jonathangoeij@...> jonathangoeij@... [GELORA45] Sent: Wednesday, October 11, 2017 10:58 PM To: Yahoogroups Subject: Re: [GELORA45] (Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana Bung Chan, saya tidak ikut dalam diskusi yg sedemikian panjangnya itu. Hanya mau menyoroti bagian ini saja, terlihat pandangan anda sedemikian baik dan murah hati terhadap para tentara TNI yang melakukan pembunuhan para Jendral itu. Tetapi kok saya tidak melihat anda menyanggah ataupun memberi penerangan pada Agus Wijoyo atau pemerintah yang tetap saja terus menerus mendengungkan PKI-lah yang membunuh para jendral. Tidak ada yang mau BASMI habis pasukan Tjakrabirawa ataupun TNI yang melakukan pembunuhan, tetapi PKI jelas sudah di BASMI habis tempo hari dan tetap akan di BASMI habis sekarang ini Seharusnya anda memberi penekanan yg membunuh bukan PKI tetapi prajurit2 TNI sendiri. Bukankah yang bisa mengusut itu pemerintah yang berkuasa? (Message over 64 KB, truncated)