Bung Awind, Baru sekarang saya beri tanggapan, setelah buku yang saya cari ketemu,Dr.BEDA M Chee Schramm, Diagnosa dan Terapi, Formula dan Penyembuhan dengan Methoda Alam Subur ( 1051 halaman). Tulisan ini berdasarkan apa yang ditulis tentang Dr. Beda M Chee Schramm. Djie dalam dialect hokkian adalah Xu dalam mandarin, dan kalau di Singapore jadi Chee. Beda M Chee juga keturunan dari Djie pertama yang ke pulau jawa, Djie Kang Pien. Beda dilahirkan di bulan Mei 1899 di Magelang dari keluarga sederhana. Pada waktu usia balita, kesehatannya sering terganggu, dan hampir mati, tidak sembuh dengan pengobatan Barat. Ia diambil anak angkat oleh tetangga baiknya, yang bernama Tan Gin Nio (Ny. Liem Tjan Hien) yang merawat dia dengan jamu traditionil asal tumbuh2an dan dengan penuh rasa kasih sayang. Ia sembuh, dan kesehatannya pulih sama sekali. Pendidikannya : Mulai di sekolah Belanda, kemudian sekolah Tionghoa dan kemudian di American Missionary institutions. Sebelum Perang Dunia Pertama, ia berlayar ke Singapore, tinggal di rumah Oei Tiong Ham, yang desa asalnya di Fujian dekat dengan desa asal familie Djie. Kakek Oei Tiong Ham, Huang Wei, adalah pemimpin kelompok rahasia Golok Pendek. Dua desa Oei dan Djie adalah pusat pemberontak lawan dinas Manchu. Karena itu ada kameradschap di antara dua keluarga ini. Ia mengongkosi diri sebagai pelukis pemandangan dan bekerja di Singapore General hospital. Ia belajar di malam hari pada Medical College, dan berhasil lulus sebagai dokter. Ia belajar farmacie di Shanghai, hong Kong dan Manila ambil bekerja di rumah sakit dan apotik setempat untuk membeayai hidup dan kuliahnya. Ia pergi ke Amerika memperdalam keahliannya di bidang kedokteran dan farmacie di Los Angeles, San Francisco dan New York. Ia menjadi murid dan teman dari Prof. Dr. Carl Schultz, Prof. Dr. Benmedict Lust dan terutama dari prof. Dr. Arthur Schramm. Di San Jose, California, ia juga belajar pada Rosicrucian Organization. Dan di kalkutta ia belajar Homeopathic Medicine dan Ayurvedic Medicaments, termasuk kegiatannya sebagai anggota dari perkumpulan professional di Amerika, Eropa, Australia, India. Sekembalinya di tanah air, ia menetap di Tasikmalaya, dan memulai praktek sebagai Naturopathia dengan membentuk Brayurvedic Medical Society, mengabdikan dirinya sebagai Naturopathic-pioneer. I menguasai berbagai bahasa asing : Belanda, Inggris,jerman,perancis,mandarin, Latin, dan beberapa dialek di Asia Tenggara. Waktu Perang Dunia ke Dua, banyak buku2 berharga dan alat2 habis, dijarah, dibakar. ahkan anggota keluarganya tercerai berai hingga tahun 1947. Kemudian ia pindah ke Malang, buka praktek di jalan Tennis no.4. Ia banyak membantu perusahaan2 jamu, yang minta advies dia untuk menciptakan jamu yang mujarab.Ia menyibukkan diri, menulis berbagai buku dalam berbagai bahasa. Pada tahun 1951, ia menerbitkan buku Botanic Medicine dalam bahasa Indonesia yang berjudul "Rahasia perusahaan jamu: yang ia persembahkan sebagai rasa hormatnya pada guru dan ayah angkatnya Prof. Dr. Arthur Schramm. Pada tahun 1952 diterbitkan dua bukunya : Alam Subur Nature Heilpraxis dan Wasserkur Baleno-Electrotherapia & Manipulative-Osteopathy, yang juga dipersembahkan pada hari ulang tahun ke 59 guru besarnya. Ia lahir dengan nama Beda Maimillianus Chee. Pada akhir ahun 1966, di waktu para WNI keturunan Tionghoa dianjurkan untuk ganti nama, ia mohon persetujuan Schramm Family Society untuk memakai dengan sah nama Schramm sebagai penyambungnya. Ia dengan bangga dan bersyukur mendapat persetujuan dari "Schramm Clan", yang mempunyai leluhur terkenal jendral Johann A. von Schramm. Ia dan keluarganya kerap berkunjung ke Schramm Home di Yucipa. Ia mempunyai satu putera yang menjadi dokter anak-anak : Dr. Hermann Sidharta (Swithin Jex Chee). Ia pernah belajar kebatinan pada Drs. Sosrokartono (Kakak R.A. Kartini) dan mendapat banyak Pitutur dan Gugatan Bathin. Salam, KH
Pada tanggal Min, 2 Des 2018 pukul 15.24 Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> menulis: > > > > https://bali.antaranews.com/berita/134297/ahli-pengobatan-tradisional- > > asean-sepakati-deklarasi-bali > > Denpasar (Antaranews Bali) - Para ahli atau pakar pengobatan tradisional > dari sejumlah negara di kawasan ASEAN dan India menyepakati "Deklarasi > Bali" tentang Ayurveda dan Pengobatan Tradisional, serta siap > mengembangkannya dalam menangani masalah kesehatan. > > "Dari diskusi yang berlangsung selama dua hari di kampus Unhi Denpasar, > para ahli juga sama-sama meyakini bahwa pengobatan tradisional itu aman dan > tidak memiliki efek samping yang serius," kata Rektor Universitas Hindu > Indonesia (Unhi) Denpasar Prof Dr drh I Made Damriyasa, di Denpasar, Minggu. > > Menurut Prof Damriyasa, kita seringkali melupakan pengobatan tradisional > sebagai warisan leluhur, padahal sebenarnya pengobatan modern mengambil > konsep pengobatan tradisional. > > "Misalnya untuk mengobati penyakit tertentu, para ahli kesehatan > sesungguhnya menggunakan bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan, kemudian dibuat > secara sintetis. Dikembangkan menjadi sintetis karena ketersediaan tumbuhan > hidup yang terbatas di negara-negara maju," ujarnya. > > Oleh karena itu, lanjut dia, sebagai pewaris pengobatan tradisional, para > ahli dari sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara (yakni Malaysia, > Myanmar, Vietnam, Filipina, Thailand, Kamboja, Indonesia) dan India yang > hadir menjadi pemateri dan peserta dalam seminar internasional di Unhi > Denpasar, sepakat untuk terus melestarikan, mengembangkan dan menggali > ilmu-ilmu pengobatan tradisional. > > "Deklarasi yang ditandatangani ini selanjutnya akan disampaikan ke UNESCO, > bahwa para ahli sudah berkumpul di Bali dan sudah sepakat untuk > mengembangkan pengobatan tradisional," kata Prof Damriyasa. > > Tindak lanjut dari pertemuan di Unhi Denpasar, maka ke depan komunikasi > yang sudah terjalin akan terus dibina dan kegiatan seminar atau diskusi > mengenai pengobatan tradisional akan menjadi kegiatan tahunan yang digelar > secara bergiliran di sejumlah negara ASEAN. > > Penandatanganan deklarasi tersebut sekaligus merupakan rangkaian dari > "International Conference on Ayurveda and Traditional Healthcare in > Southeast Asia" yang diselenggarakan oleh Unhi Denpasar dengan menghadirkan > 24 pembicara dari delapan negara. > > Khusus untuk Unhi Denpasar, tambah Prof Damriyasa, program studi kesehatan > tradisional yang dimiliki tidak saja mengadopsi ilmu pengobatan Ayurveda > dari India, tetapi juga dipadukan dengan Usada Bali. Apalagi Unhi Denpasar > menjadi satu-satunya kampus di Indonesia yang dilengkapi dengan Griya > Sehat Ayurveda atau semacam rumah sakit pendidikan di bidang kesehatan. > > "Menteri dari AYUSH, India, juga mengharapkan Unhi Denpasar dapat menjadi > 'center of excellence' dalam pengobatan tradisional. Dengan demikian, tidak > saja untuk mahasiswa S1, tetapi bisa untuk dokter-dokter yang ingin > memahami pengobatan tradisional," katanya. > > Pihaknya pun berharap mahasiswa dari berbagai negara yang tertarik > pengobatan tradisional juga dapat menempuh pendidikan di Unhi Denpasar. > "Ke depan, tentu kita tidak bisa hanya tergantung pengobatan konvensional, > apalagi pengobatan tradisional itu mencegah supaya kita tidak sakit. Jadi, > ini untuk lingkungan global juga," ucap Prof Damriyasa. (ed) > Pewarta : *Ni Luh Rhismawati* > <https://bali.antaranews.com/berita/134297/ahli-pengobatan-tradisional-asean-sepakati-deklarasi-bali#> > Editor: Edy M Yakub > COPYRIGHT © ANTARA 2018 > > > > > > > > >