Ada yang bilang, bawahannya Westerling banyak oosteerlingnya ?? Pada tanggal Kam, 24 Jan 2019 pukul 16.59 Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
> > > > > https://tirto.id/sejarah-keji-westerling-membantai-rakyat-suppa-dan-rajanya-deU1 > > <https://tirto.id/q/politik-bpt> > Seri > Kekejaman Westerling Sejarah Keji Westerling: Membantai > Rakyat Suppa dan Rajanya > [image: Potret sejarah pembantaian Westerling tahun 1946. FOTO/ Moluks > Historisch Museum] > <https://tirto.id/sejarah-keji-westerling-membantai-rakyat-suppa-dan-rajanya-deU1> > Potret sejarah pembantaian Westerling tahun 1946. FOTO/ Moluks Historisch > Museum > Oleh: Petrik Matanasi - 24 Januari 2019 > Dibaca Normal 3 menit > *Westerling bikin teror di Kedatuan Suppa. Sudah pasti banyak yang > terbunuh, termasuk dua rajanya.* > tirto.id - Menjadi raja adalah takdir bagi Andi Abdullah Bau Massepe. > Laki-laki kelahiran 1918 itu adalah putra dari Andi Mappanyukki, mantan > Raja Bone—yang setelah Indonesia merdeka adalah pendukung Republik > Indonesia—dengan istrinya, Besse Arung Bulo, seorang bangsawan Sidenreng. > Nama Massepe mirip dengan nama tempat kelahirannya di Sidenreng. Dia punya > tiga istri, yang paling terkenal karena kecantikannya adalah Andi Bau Soji > Datu Kanjenne. > > Menjelang 1947, Bau Massepe sudah menjadi salah satu pemimpin di Kedatuan > Suppa. Dia dikenal sebagai Datu Suppa Muda. Pamannya, Andi Makassau, > dijuluki Datu Suppa Tua. Suppa masa kini adalah sebuah kecamatan di antara > jalan poros Pare-pare dengan Pinrang. Pusat Kedatuan Suppa berada di > Mara’bombang di sisi utara Teluk Pare-pare. Di tempat itu nelayan biasa > menanti ombak untuk melaut. Istana kedatuan Suppa menghadap ke teluk, di > mana kota pelabuhan Pare-pare terlihat jelas. > > Rosihan Anwar pernah bertemu dengan Datu Suppa Muda waktu Konferensi > Malino (1946). Saat itu, seperti dicatat Rosihan dalam *Musim Berganti: > Sekilas Sejarah Indonesia 1925-1950* (1985), Datu Suppa Muda “minta > pesannya disampaikan kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta di > Yogya, dan menyerahkan dua helai tikar sembahyang buatan Bugis untuk kedua > pemimpin Republik itu” (hlm. 180). > > Westerling tahu tentang keberpihakan Datu Suppa Muda. Suppa juga menjadi > sasaran operasi militer yang dilancarkan Westerling dan pasukannya. Setelah > beroperasi dari kampung ke kampung menebar teror, pasukan Westerling > mencapai daerah Suppa pada 28 Januari 1947. Andi Kassi alias Andi Monji, > bocah kelahiran 1937, tak akan lupa hari itu. > > Baca juga: Pasukan Westerling Garang di Bandung, Loyo di Jakarta > <https://tirto.id/pasukan-westerling-garang-di-bandung-loyo-di-jakarta-cDsv> > > Pembantaian Sehari Penuh Sedari pagi buta, militer Belanda memasuki Suppa > dan menggedori rumah-rumah. Semua warga dipaksa keluar rumah dan digiring > di tanah lapang—yang kini jadi kantor kecamatan. Warga laki-laki > dikumpulkan di tempat agak terbuka, warga perempuan di bawah kolong rumah > panggung. > > Andi Monji melihat ayahnya, Andi Monjong, yang jadi *Pabbicara *Kedatuan > Suppa, diturunkan dari mobil jip. Beberapa serdadu Belanda menggebuki > ayahnya di hadapan rakyat Suppa. Itu adalah pemandangan sedih sekaligus > mengerikan. > > Sepengelihatan Andi Monji, serdadu-serdadu Belanda adalah serdadu-serdadu > bule (kulit putih) yang menjagai orang-orang kampung itu. Andi Monji tak > tahu di mana serdadu-serdadu pasukan khusus Depot Speciale Troepen (DST) > berada. Padahal mereka tulang punggung penting operasi Westerling yang > dianggap sebagai Kampanye Pasifikasi itu. > > Di tanah lapang itu, Westerling dan pasukannya mempertontonkan aksi teror.. > Satu per satu warga ditembaki, baik oleh Westerling maupun bawahannya. Andi > Monji sendiri melihat ayahnya ditembak kepalanya oleh Westerling > menggunakan pistol. Seperti diketahui Andi Monji, jauh setelah Westerling > membedil kepada ayahnya, tembakan Westerling tak pernah meleset. > > Baca juga: Sebelum Westerling Ditimpuk Sepatu > <https://tirto.id/sebelum-westerling-ditimpuk-sepatu-b9mo> > > Setelah banyak orang terbunuh, sebuah liang dibuat hari itu juga. Beberapa > orang yang masih hidup diperintahkan membawa orang-orang yang terbunuh tadi > ke liang besar. Namun, mereka yang membawa jenazah itu tak pernah kembali > lagi. Rupanya hidup mereka juga sudah berakhir di tangan pasukan Westerling > dan jadi penghuni liang yang ukurannya sekitar rumah type 36 itu. > > Acara pembantaian tersebut berlangsung seharian penuh. "Dari jam enam > (pagi) sampai jam enam (sore)," kenang Andi Monji. > > Sebagai bocah yang tak berdaya, dia hanya bisa menangis. Tanpa adanya sang > ayah membuat hidupnya suram di kemudian hari. Dia mengaku tak bisa > menikmati bangku sekolah. Di hari ayahnya terbunuh, terbunuh pula kakek > Andi Monji, Andi Wenda. > > Andi Monji mencatat 208 orang terbunuh pada kedatangan Westerling di > Suppa. Korban di daerah Suppa tergolong tinggi. Saat ini, lokasi penguburan > para korban “pengadilan militer” ala Westerling tersebut telah menjadi > Taman Makam Pahlawan. Peristiwa 28 Januari 1947 itu masih diingat warga. > Selain ada taman makam pahlawan, tak jauh dari tempat pembantaian juga > dibangun diorama adegan pembantaian Westerling. > > Ketika *Tirto* datang ke Suppa pada 28 Juni 2018, sidang gugatan > korban-korban Westerling sedang berlangsung di Belanda. Beberapa orang tua > di sekitar Suppa dihadirkan sebagai saksi secara *teleconference* di Café > Resto Fly Over, Suppa. Tak jauh dari rumah Andi Monji tinggal. Andi Monji > sendiri juga datang sebagai saksi. > > Itu adalah rangkaian kedua sidang gugatan korban Westerling di Sulawesi > Selatan. Dalam rangkaian pertama di Bulukumba, gugatan diterima dan > mendapat uang ganti rugi 20.000 Euro. Tapi tetap saja, seperti dingiangkan > Anhar Gonggong, nyawa yang hilang tak mungkin kembali. > > Baca juga: Saksi Hidup Pembantaian Westerling - Catatan Reporter > <https://tirto.id/saksi-hidup-pembantaian-westerling--catatan-reporter-dbb6> > > Ditenggelamkan ke Laut Westerling tampaknya tahu adat Bugis. Haram darah > raja mengalir di tanah. Baik Datu Suppa Tua dan Datuk Suppa Muda tak > dibunuh dengan pistol Colt 38 milik Westerling. Atau juga dengan senjata > otomatis Sten Gun atau Thompson atau atau laras panjang Lee-Enfield (LE). > Dua bangsawan itu tetap dijadikan bahan *shock therapy* dengan cara yang > tidak biasa. > > “Westerling membunuh Datu Suppa Toa Andi Makassau dengan jalan memecahkan > biji kemaluan sang korban," kata Abdul Haris Nasution dalam *Sekitar > Perang Kemerdekaan Indonesia*-*Volume **IV *(1977: 155). > > [image: Infografik mozaik westerling] > > > Versi yang banyak disebut, seperti dicatat wartawan senior Salim Said yang > kelahiran Pinrang dalam *Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian > *(2013), “dia ditenggelamkan di Pantai Suppa. Badannya diberati dengan > cara diikatkan ke lesung batu, kemudian dilemparkan ke dalam laut.” > > Sementara menurut Nurwahidah dalam *Hj. Andi Siti Nurhani Sapada* (2004), > “Datu Suppa Tua ditemukan di laut di antara bangunan bambu nelayan, setelah > tiga hari sebelumnya ditenggelamkan di laut Mara’bombang” (hlm. 58). > > Berdasarkan penuturan Andi Monji, jenazahnya ditemukan La Ramalang Ambo > Metro. Monji juga menyebut, “Semula dikuburkan di belakang masjid, lalu > dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Pare-pare (Pacekke).” > > Hingga hari ini, jika warga yang tinggal di sekitar istana Kedatuan Suppa > ditanya di mana Datu Suppa dibunuh, mereka akan menunjuk ke laut. “Di > situ,” kata Nadira, yang tinggal di sebelah istana dengan menunjuk perairan > yang menghadap kota Pare-pare. Jawaban Nadira dibenarkan seorang nelayan > bernama Syaharudin Aco. > > Soal kematian Bau Massepe, tidak ada saksi yang melihat pembunuhannya. > Lahadjdji Patang dalam *Sulawesi dan pahlawan2nya: sejarah perjuangan > kemerdekaan Republik Indonesia *(1967) menyebut Bau Massepe dibunuh > secara perlahan-lahan dengan cara diseret mobil pada 2 Februari 1947 (hlm.. > 119). > > Bau Massepe kemudian diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 2005. Seperi > Andi Makassau, Bau Massepe setidaknya jadi nama jalan di kota Pare-pare dan > Makassar. > > Seri Kekejaman Westerling: > > - Sejarah Pembantaian di Sulsel: Westerling Datang, Darah Tergenang > > <https://tirto.id/sejarah-pembantaian-di-sulsel-westerling-datang-darah-tergenang-deUW> > > > ========== > > *Dalam rangka mengenang Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) > pada 23 Januari 1950 yang didalangi Raymond Westerling, *Tirto* > menerbitkan serial khusus tentang aksi kekejaman perwira Belanda itu. > Serial ini ditayangkan setiap hari mulai Rabu (23/1/2019) hingga Sabtu > (26/1/2019). Artikel di atas adalah tulisan kedua.* > > Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA > <https://tirto.id/q/sejarah-indonesia-dwA?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword> > atau tulisan menarik lainnya Petrik Matanasi > <https://tirto.id/author/petrikmatanasi?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowauthor> > (tirto.id - Politik) > > > Penulis: Petrik Matanasi > Editor: Ivan Aulia Ahsan > > > > > > > >