Kalau Ahok ganti Ma'ruf itu bumi terbulak-balik On Sun, Feb 10, 2019 at 11:09 PM jonathango...@yahoo.com [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com> wrote:
> > > Si Ahok kelihatannya sedemikian ditakuti dan sekaligus dikagumi, apakah > cerminan alam bawah sadar? > > [image: Face With Tears of Joy on emojidex 1.0.34] > > > > https://duta.co/geger-ahok-bisa-gantikan-kiai-maruf-gus-aam-wahib-ini-sudah-lama-diprediksi-para-kiai/ > Geger Ahok Bisa Gantikan Kiai Maruf, Gus A’am Wahib: Ini Sudah Lama > Diprediksi Para Kiai > 10 Februari 2019 > > > <https://www.facebook.com/sharer.php?u=https%3A%2F%2Fduta.co%2Fgeger-ahok-bisa-gantikan-kiai-maruf-gus-aam-wahib-ini-sudah-lama-diprediksi-para-kiai%2F> > > > Jokowi dan Ahok disebut paling chemistry. FT/rmol.co) > > > SURABAYA | duta.co – Dulu, begitu KH Ma’ruf Amin dipilih menjadi Cawapres > Jokowi — menggantikan Mahfud MD yang sudah meluncur dengan baju putih — > seorang kiai dalam sebuah pertemuan kiai-kiai NU di sebuah pesantren salaf > di Jombang, Jawa Timur, nyeletuk, menyebut nama Ahok. > > “Saya mendapat informasi, Ahok kemungkinan akan menggantikan Kiai Ma’ruf > nanti,” demikian seorang kiai asal Surabaya ini. > > Tidak ada yang menggubris kalimat tersebut. Apalagi saat itu, Ahok masih > dalam penjara. Tetapi, hari ini, Minggu (10/2/2019) dunia politik mulai > geger, tentang kemungkinan Ahok menggantikan Kiai Ma’ruf jika berhalangan > tetap. > > “Ini sudah lama diprediksi kiai. Saya teringat sambutan kiai di Jombang. > Dalam politik apa yang tidak mungkin,” demikian disampaikan H Agus Solachul > A’am, Ketua Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin (BKSN) kepada *duta..co > <http://duta.co>* Minggu, (10/2/2019). > > > Menurut Gus A’am Wahib (panggilan akrabnya), para kiai, walau bukan > politisi, ternyata memiliki ‘daya cium’ politik yang tajam. Mereka bukan > hanya penglihatan lahir, tetapi juga batinnya berjalan. > > “*Pertama,* cara rekrutmennya sudah tidak benar, tidak ada musyawarah di > tubuh NU. *Kedua,* mengorbankan Pak Mahfud MD yang sudah ukur baju > segala. *Ketiga*, mengapa harus memilih beliau yang, secara usia lebih > pas menjaga MUI, menjadi Rais Aam PBNU. Operasi politik macam apa ini? > Jangan-jangan beliau hanya menjadi ganjal politik? Ini sudah dipikirkan > para kiai,” tegas putra KH Wahib Wahab, Menteri Agama RI ke-8 ini.. > > Jadi, tambah Gus A’am Wahib, kalau hari ini Ahok sudah menjadi kader > PDI-P, maka, memori lama itu bangkit kembali. “Dalam permainan politik, apa > pun bisa terjadi. Tidak ada yang sulit. Ini menjadi catatan serius warga NU > khususnya, umat Islam umumnya,” tegas cucu pendiri NU (KH wahab Chasbullah) > ini. > Kiai Ma’ruf Sudah Menyesal Jadi Saksi Ahok > > Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman juga mengingatkan ketika Ahok > masih mendekam di balik jeruji, muncul spekulasi mantan gubernur DKI > Jakarta itu akan merapat ke PDI Perjuangan. Kenyataannya, sekarang itu > terjadi. > > “Kita bicara kemungkinan-kemungkinan ya,” ujar Habiburokhman kepada* rmol*, > (Minggu, 10/2). > > Mengapa Ahok berpeluang menggantikan Maruf? *Pertama*, kata dia, > kedekatan dengan Presiden Jokowi. “Dulu *kan* mereka duet di pemerintahan > DKI,” ulasnya. > > *Kedua*, jika yang dipersoalkan koalisi di kubu Jokowi. Habiburokham > mengingatkan, parpol-parpol pengusung duet Ahok dan Djarot Saiful Hidayat > di Pilkada Jakarta 2017 lalu, masih yang sama dengan koalisi Jokowi-Maruf.. > Kemudian saat Ahok menghadapi kasus penistaan agama, mereka solid beri > dukungan. > > “Jadi *chemistry*-nya sudah ketemu, saya pikir tidak banyak penolakan di > internal mereka karena kan sama-sama,” jelasnya. > > Dalam konteks Pilpres pun menurut dia, tidak akan menemui kendala berarti > selama di antara parpol koalisi sepakat mengusung Ahok, maka, tak perlu ada > fit and proper test atau pembahasan di DPR. > > “Bisa langsung ditentukan kalau misal sudah ada situasi kiai Maruf > digantikan,” demikian Habiburokhman menekankan. Apalagi, Kiai Ma’ruf > sendiri sudah mengatakan bahwa saat menjadi saksi Ahok, itu karena > terpaksa, dan menyesal. > > Politisi PDIP, Eva Kusuma Sundari menanggapi rumor tersebut semata untuk > menggembosi Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf. “Tidak ada ceritanya di > UU, yang orang bisa menggantikan seseorang, itu seolah menjadi urusan > personal *kan *ada koalisi,” ujar Eva saat dihubungi *RMOL*, (Minggu, > 10/2). > > Eva memberi contoh pergantian wakil gubernur DKI Jakarta paska ditinggal > Sandiaga Uno hampir tujuh bulan, di mana antara Partai Keadilan Sejahtera > dan Partai Gerindra sebagai pengusung belum menemui titik temu. > > “Ganti wagub saja berantem loh di antara koalisi. Ahok itu siapa, > partainya PDIP, masa nanti orang-orang PPP, koalisi ngomong masa PDIP sama > PDIP,” ucapnya. > > “Lihat saja kasus di DKI, tidak kelar-kelar,” cetus Eva yang juga anggota > DPR. > > Sekali lagi Eva menekankan, menggantikan seorang presiden dan wakil > presiden tidak sesederhana karena secara konstitusi memiliki prosedur > sangat rumit dan yang harus dilalui. “Lagian Pak Maruf tidak bisa diganti > sewaktu-waktu,” imbuhnya. > > Masalahnya: Dalam dunia politik, apa yang tidak mungkin. Semua serba > mungkin jika mayoriotas sudah menghendaki. Bukankah begitu? *Wallahu’alam*. > (mky,rmol) > > >