*Dalam Al Quran (3:28 dan 5:51) dilarang mengangkat orang kafir, Nasrani
dan Yahudi menjadi pemimpin. *
*Selain itu ada juga faktor etnik (ras) di NKRI  yang menjadi dasar
pembatasan memperoleh jabatan dalam herarki *
*tinggi herarki kekuasaan negara, apalagi presiden.*



On Mon, Feb 11, 2019 at 12:45 AM ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com> wrote:

>
>
> Daripada sibuk berburu RI-2 dan bikin susah bini baru
> mending maju dulu ke kongres tahun depan bersaing kursi
> ketum.
>
> --- ilmesengero@... wrote:
>
> Kalau Ahok ganti Ma'ruf  itu bumi terbulak-balik
>
> On Sun, Feb 10, 2019 at 11:09 PM jonathangoeij@...
> <jonathango...@yahoo.com> wrote:
>
> Si Ahok kelihatannya sedemikian ditakuti dan sekaligus dikagumi, apakah
> cerminan alam bawah sadar?
>
> [image: Face With Tears of Joy on emojidex 1.0.34]
>
>
>
> https://duta.co/geger-ahok-bisa-gantikan-kiai-maruf-gus-aam-wahib-ini-sudah-lama-diprediksi-para-kiai/
> Geger Ahok Bisa Gantikan Kiai Maruf, Gus A’am Wahib: Ini Sudah Lama
> Diprediksi Para Kiai
> 10 Februari 2019
>
> [image: alt]
> Jokowi dan Ahok disebut paling chemistry. FT/rmol.co)
>
> SURABAYA | duta.co – Dulu, begitu KH Ma’ruf Amin dipilih menjadi Cawapres
> Jokowi —  menggantikan Mahfud MD yang sudah meluncur dengan baju putih —
>  seorang kiai dalam sebuah pertemuan kiai-kiai NU di sebuah pesantren salaf
> di Jombang, Jawa Timur, nyeletuk, menyebut nama Ahok.
>
> “Saya mendapat informasi, Ahok kemungkinan akan menggantikan Kiai Ma’ruf
> nanti,” demikian seorang kiai asal Surabaya ini.
>
> Tidak ada yang menggubris kalimat tersebut. Apalagi saat itu, Ahok masih
> dalam penjara. Tetapi, hari ini, Minggu (10/2/2019) dunia politik mulai
> geger, tentang kemungkinan Ahok menggantikan Kiai Ma’ruf jika berhalangan
> tetap.
>
> “Ini sudah lama diprediksi kiai.. Saya teringat sambutan kiai di Jombang.
> Dalam politik apa yang tidak mungkin,” demikian disampaikan H Agus Solachul
> A’am, Ketua Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin (BKSN) kepada *duta..co
> <http://duta..co>* Minggu, (10/2/2019).
>
> Menurut Gus A’am Wahib (panggilan akrabnya), para kiai, walau bukan
> politisi, ternyata memiliki ‘daya cium’ politik yang tajam. Mereka bukan
> hanya penglihatan lahir, tetapi juga batinnya berjalan.
>
> “*Pertama,* cara rekrutmennya sudah tidak benar, tidak ada musyawarah di
> tubuh NU. *Kedua,* mengorbankan Pak Mahfud MD yang sudah ukur baju
> segala. *Ketiga*, mengapa harus memilih beliau yang, secara usia lebih
> pas menjaga MUI, menjadi Rais Aam PBNU. Operasi politik macam apa ini?
> Jangan-jangan beliau hanya menjadi ganjal politik? Ini sudah dipikirkan
> para kiai,” tegas putra KH Wahib Wahab, Menteri Agama RI ke-8 ini..
>
> Jadi, tambah Gus A’am Wahib, kalau hari ini Ahok sudah menjadi kader
> PDI-P, maka, memori lama itu bangkit kembali. “Dalam permainan politik, apa
> pun bisa terjadi. Tidak ada yang sulit. Ini menjadi catatan serius warga NU
> khususnya, umat Islam umumnya,” tegas cucu pendiri NU (KH wahab Chasbullah)
> ini.
> Kiai Ma’ruf Sudah Menyesal Jadi Saksi Ahok
>
> Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman juga mengingatkan ketika Ahok
> masih mendekam di balik jeruji, muncul spekulasi mantan gubernur DKI
> Jakarta itu akan merapat ke PDI Perjuangan. Kenyataannya, sekarang itu
> terjadi.
>
> “Kita bicara kemungkinan-kemungkinan ya,” ujar Habiburokhman kepada* rmol*,
> (Minggu, 10/2).
>
> Mengapa Ahok berpeluang menggantikan Maruf? *Pertama*, kata dia,
> kedekatan dengan Presiden Jokowi. “Dulu *kan* mereka duet di pemerintahan
> DKI,” ulasnya.
>
> *Kedua*, jika yang dipersoalkan koalisi di kubu Jokowi. Habiburokham
> mengingatkan, parpol-parpol pengusung duet Ahok dan Djarot Saiful Hidayat
> di Pilkada Jakarta 2017 lalu, masih yang sama dengan koalisi Jokowi-Maruf..
> Kemudian saat Ahok menghadapi kasus penistaan agama, mereka solid beri
> dukungan.
>
> “Jadi *chemistry*-nya sudah ketemu, saya pikir tidak banyak penolakan di
> internal mereka karena kan sama-sama,” jelasnya.
>
> Dalam konteks Pilpres pun menurut dia, tidak akan menemui kendala berarti
> selama di antara parpol koalisi sepakat mengusung Ahok, maka, tak perlu ada
> fit and proper test atau pembahasan di DPR.
>
> “Bisa langsung ditentukan kalau misal sudah ada situasi kiai Maruf
> digantikan,” demikian Habiburokhman menekankan. Apalagi, Kiai Ma’ruf
> sendiri sudah mengatakan bahwa saat menjadi saksi Ahok, itu karena
> terpaksa, dan menyesal.
>
> Politisi PDIP, Eva Kusuma Sundari menanggapi rumor tersebut semata untuk
> menggembosi Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf.  “Tidak ada ceritanya di
> UU, yang orang bisa menggantikan seseorang, itu seolah menjadi urusan
> personal *kan *ada koalisi,” ujar Eva saat dihubungi *RMOL*, (Minggu,
> 10/2).
>
> Eva memberi contoh pergantian wakil gubernur DKI Jakarta paska ditinggal
> Sandiaga Uno hampir tujuh bulan, di mana antara Partai Keadilan Sejahtera
> dan Partai Gerindra sebagai pengusung belum menemui titik temu.
>
> “Ganti wagub saja berantem loh di antara koalisi. Ahok itu siapa,
> partainya PDIP, masa nanti orang-orang PPP, koalisi ngomong masa PDIP sama
> PDIP,” ucapnya.
>
> “Lihat saja kasus di DKI, tidak kelar-kelar,” cetus Eva yang juga anggota
> DPR.
>
> Sekali lagi Eva menekankan, menggantikan seorang presiden dan wakil
> presiden tidak sesederhana karena secara konstitusi memiliki prosedur
> sangat rumit dan yang harus dilalui. “Lagian Pak Maruf tidak bisa diganti
> sewaktu-waktu,” imbuhnya.
>
> Masalahnya: Dalam dunia politik, apa yang tidak mungkin. Semua serba
> mungkin jika mayoriotas sudah menghendaki. Bukankah begitu? *Wallahu’alam*.
> (mky,rmol)
>
> 
>

Kirim email ke