Jadi, seperti apa konkritnya perjuangan yang musti dilakukan pemerintah dalam mengurus/merawat sang "bayi" supaya tumbuh sehat dan cerdas (selain menyuruh berebut makan akar-akaran)?
Bagaimanapun, "lapar" pada bayi sudah pastilah bukan cuma seukuran perut, tapi juga kepala (pengetahuan) dan sekujur tubuh (gerak, aktivitas). Singkatnya, bagaimana pemerintah menjamin tercapainya "kenyang" yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan kognitif-psikomotorik sang "bayi"? Bolehlah si pemerintah berpegangan pada garis dimitrov misalnya, atau apalah terserah. -------- 轉寄郵件 -------- 從: ChanCT Karena PERUT LAPAAAAR itulah PERJUANGAN harus diteruuuskan!!! Dan, bagi seorang CERDAS-PANDAI tentunya bisa menemukan dengan tepat apa kiranya yang BISA dicapai dalam kondisi sekarang. Sebelum bisa dapatkan sepiring nasi, kalau kemungkinan bisa dapatkan singkong, ubi-jalar pun harus direbut dahulu, ....! Bangunlah dari mimpi-indahmu menyantap soto-ayam didalam tempurung itu! Tatiana Lukman 於 1/3/2019 21:08 寫道: Ya jelas goblok bikin analogi gerakan rakyat dengan bayi, dan yang lebih penting lagi dari pandangan remo yang selalu menjajakan kolaborasi kelas untuk cium pantat penguasa dan imperialis. Orang remo melihat kegagalan masa lalu sebagai alasan untuk menyerah dan tidak melawan penindasan dan penghisapan. Sebaliknya rakyat melihat kegagalan untuk membangun kembali kekuatan dengan mengatasi kesalahan dan kelemahan untuk tidak tersandung batu yang sama untuk kedua kalinya. Hanya rakyat yang tahu bagaimana membangun kekuatannya. Orang-orang Remo semacam Chan tidak akan pernah mengerti jalan yang diambli rakyat. Bisanya hanya mencibir dan menghina!! Siapa yang tidak tahu rakyat LAPAR!! Tapi rakyat yang sudah sadar, dengan perut lapar itulah mereka berjuang!! Kalau perut sudah kenyang, kantong gendut, hidup mapan, seperti tuan-tuan kapitalis temannya Chan, justru merekalah yang akan menghalangi perjuangannya orang-orang yang LAPAR!!! Contoh rakyat berjuang melawan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan Korporasi serta kapitalnya yang buat Chan tidak boleh disentuh-sentuh!!! Orang yang memuja kekuasaan MODAL, MANA BISA DAN TAK PUNYA HAK BICARA SOAL PERJUANGAN RAKYAT!!! 5 bulan lebih di lokasi pendudukan di Dusun Tamappalalo, Desa Tamatto. Masyarakat adat Kajang masih bertahan padahal dari hasil mediasi pada pekan lalu mereka diharuskan 1 Maret 2019 lokasi sudah kosong. Rupanya mundur dari pendudukan bukanlah pilihan. Mereka masih melewati malam di tenda-tenda mereka. Mendapatkan kujungan dari pemerintah di lokasi pendudukan, mereka sangat senang. Ibarat anak kecil yang lama merindukan orang tua dan pada akhirnya bertemu. Jika bukan karena soal usia, mungkin ada yang sudah meloncat-loncat kegirangan. Ini untuk pertama kalinya, setelah beberapa kali melewati situasi menegangkan. "terima kasih sudah melihat kami di sini pak wakil" kata itu yang diucapkan beberapa penggugat mewakili yang lainnya. PENJARA tak akan bisa membungkam semangat membela hak-hak petani dan tanah adat Kajang. Kita harus tetap berada di tengah-tengah masyarakat memperjuangkan keadilan hingga hak para petani diberikan. TAK ada keadilan tanpa reformasi agraria sejati. On Friday, March 1, 2019, 1:21:52 PM GMT+1, ChanCT wrote: Nenek dalam trempurung yang merasa dirinya paling "pinter" didunia, dikasih analgi pertumbuhan bayi, kok malah dilecehkan?! Pada saat bayi belum bergigi, gimana dibisa dikasih makan-nasi??? Pada saat bayi itu belum setahun, biarlah dia belajar telungkup dan merangkak dahulu, jangan dipaksakan berdiri bahkan jalan! Nah, sekarang kita lihat aksi gerakan rakyat dimana kekuatan rakyat masih sangat lemah. Bisakah menangkan aksi menuntut Reformasi Agraria SEJATI??? PASTI TIDAK! Siapa bisa wujudkan? Jokowi? Lha, dahulu dimasa kekuasaan Soekarno, pencetus TRISAKTI dan ada kekuatan PKI yg dibanggakan saja tidak berhasil juga, digenjot dengan aksi sepihak, jatuh korban tentu tak terhindar. Dan, ... suasana politik makin memanas tidak siap digebuk musuh! Dalam 8 jam digebuk Soeharto hancur lebur tidak bisa bangun sampai sekarang setelah lewat lebih 1/2 abad! Pelajaran pahit yg menelan jutaan KORBAN jiwa pun dilewatkan begitu saja, .... tanpa mau pedulikan berapa kekuatan rakyat dan perhitungkan apa yang bisa dicapai dengan kekuatan yang ada sekarang ini. Bagi seorang yg berani menamakan diri pejuang rakyat, sudah seharusnya pandai-pandai menemukan kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa digapai. Bukan tidur saja dalam mimpi indah lalu berteriak-teriak merindukan rembulan! Rakyat sudah LAPAR! Tetap TIDAK seharusnya disuruh bangkit beraksi menuntut reformasi Agraria sejati yg pasti akan GAGAL, kenapa tidak ikut menuntut saja dapatkan certifikat yg dibagi-bagikan Jokowi itu! Bahkan berusaha keras mendapatkan bagian dana-desa yg dikucurkan untuk melangsungkan usaha desa, ... bahkan mungkin ada subsidi UKM. Carilah kemungkinan -kemungkinan yg masih bisa didapat dan bisa menolong petani kelaparan, ... Tatiana Lukman 於 28/2/2019 23:35 寫道: Bolak balik hakekatnya tetap sama. Orang remo tidak akan mau berjuang, maunya menjilat pantat penghisap dan penguasa. Ingat nggak dulu bagaimana kaum remo Soviet begitu takut dengan perang, makanya menjajakan pepesan kosong tentang transisi secara damai ke sosialisme dan koeksistensi damai dengan kaum imperialis karena menganggap kaum imperialis sudah berubah!!! Semua orang "kiri", apalagi "kom" kenal betul dulu itu dengan politik menjilat pantat kaum imperialis yang disebarkan kaum revisionis!!!! Siapa yang masih belum karatan ingatannya, pasti tahu apa itu revisionisme modern a la Soviet...Restorasi kapitalis di Rusia tidak sebrutal di Tiongkok di mana kita menyaksikan penghisapan habis-habisan terhadap buruh migran Tiongkok!!! Lain lagi dengan kaum remo Tkk. Mereka menjajakan pepesan kosong "sosialisme dengan ciri Tkk", (sekarang diganti dengan "Masyarakat Kesejahteraan Moderaaaaatttttt"...) "mengkombinasi Kapitalisme dan sosialisme", tapi untuk merealisasinya, harus dihancurkan dulu dasar-dasar ekonomi sosialis, semua undang-undang yang melindungi kaum buruh dan kaum tani dan semua jaminan sosial dan hak demokratisnya dilenyapkan... Lantas apa yang masih ketinggalan dari Sosialismenya???? Ooo, masih ketinggalan papan merek PKT (Partai Kapitalis Tiongkok???!!!). Bikin analogi perjuangan dengan bayi???!!! Nah, ia tunjukkan lagi kegoblokannya!!! Bagaimana suku bangsa di Kalimantan ini harus menyikapi perampasan hak hidup mereka??? "Kami disuruh kerja apa? Makan apa? Mau diapakan nyawa kami??? Jawab tuh Chan pertanyaan bapak tani ini??? Menunggu sampai ada perubahan keseimbangan kekuatan???? apa yang dimilik kaum tani itu? Uang tak punya, senjata tak punya, yang mereka punya hanya tenaga kerjanya sendiri!!!!Kaum tani sudah dihadapkan kepada TEMBOK!!! Nasehatnya orang remo: sabaaaar!! Jangan melawan, kamu masih kecil, tidak punya kekuatan, jangan nuntut banyak-banyak...Ikuti saja kemauan majikan perkebunan itu, kerja jadi buruh kelapa sawit!!!! Reforma agraria sejati...Uhhhh itu ketinggian!!! Untung banyak kaum tani jauh lebih sadar dan berani menuntut hak-haknya walaupun untuk itu harus hilang nyawa!! Maka itu konflik tanah terus bergulir....Makin sadar kaum tani, makin teguh mereka berjuang dan kaum remo akan digilas roda sejarah!!! Save Our Borneo https://www.facebook.com/search/top/?q=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fsobinfomedia%2Fvideos%2F610514806087079%2F%20t%3D8 https://www.facebook.com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=8 On Thursday, February 28, 2019, 7:41:33 AM GMT+1, ChanCT wrote: Bahwa manusia harus makan itu BETUUUL! Tapi, pada saat bayi baru beberapa bulan, jangan langsung diberi makanan padat, kasihlah air tajin, bubur dulu! Pada saat bayi belum lewat setahun, jangan pula dipaksakan untuk berdiri dan jalan, biarlah dia belajar tengkurup dan merangkak dahulu. Semua juga ada proses perkembangannya sendiri yang tidak bisa dilompati, neng! Begitu juga dengan tingkat perjuangan rakyat, siapa tidak tahu Reformasi Agraria sejati harus diperjuangkan! Tapi, sekarang ini, dimana kekuatan rakyat masih lemah, yaa harus melihat apa yang kiranya bisa dicapai sesuai kondisi yang dihadapi. Bagaimana mungkin bisa laksankan tuntutan Reformasi Agraria SEJATI itu, mau dipaksakan kembali dengan aksi sepihak? Hitung-hitunglah deng sebaik-baiknya, kalau tidak hendak kembali jatuh KORBAN lebih parah dari masa lalu itu! Bangunlah dari mimpi indah didalam tempurungmu itu! Tatiana Lukman 於 27/2/2019 17:21 寫道: Melihat perkembangan situasi politik di Indonesia, tentu jadi sangat prihatin dan menyedihkan! Nampak jelas Jokowi yg bisa dijagokan tampil capres 2019, tidak sebaik Gus Dur apalagi Soekarno! Hanyalah seorang yang merakyat dan merupakan orang-baikbaik yang hendak memperbaiki kehidupan rakyat miskin saja, tapi tidak mempunyai pendirian/pandangan ideologi yang teguh spt Gus Dur, Soekarno yang mampu menghadapi tekanan bahkan ancaman, ... begitu mendapat tekanan aksi-massa, tokoh-tokoh parpol-parpol disekitar-nya, berubahlah pikiran/pendapat semula! Bukan saja terpaksa menerima Maruf Amin sb cawapres untuk gantikan Mahfud MD, bahkan hanya untuk menyangkal gosip PKI, berulangkali serukan gebug komunis yang bangkit! Akhirnya selama 4 tahun terakhir ini momok PKI kembali gentayangan di Nusantara ini, terjadi penggerebekan kegiatan massa yg dituduh bangkit kembalinya PKI, penggeledahan dan penyitaan buku-buku yg dituduh menyebarkan PKI/komunis! Mengapa begitu? Singkat kata, ini menunjukkan KEKUATAN RAKYAT jadi makin MELEMAH dan sebaliknya KEKUATAN KANAN, kekuatan Islam radikal makin MENGUAT dan AGRESIF unjuk gigi saja! Lalu? Bagaimana yang menamakan diri kekuatan rakyat harus bersikap dan meneruskan perjuangannya??? Sungguh sangat tidak realis untuk menggebuk serampangan kekuatan yang dihadapi dan TETAP saja menyerukan semboyan-semboyan ekstrim yg bersemburan keluar dari mulut nenek dalam tempurung dalam mimpinya ini! Perhatikan bagaimana seorang remo, yang pada hakekatnya adalah pengkhianat perjuangan rakyat alias reaksioner dan anti-komunis (ingat politik Khrustjov dan kemudian Deng xiaoping yang mengusir orang-orang komunis di Tkk guna menjalin hubungan diplomatik dengan rezim fasis Suharto), menganalisa dan menyikapi perjuangan rakyat yang menuntut hak-haknya dan melawan rezim Jokowi-JK. Hanya orang reaksioner yang mencap tuntutan ormas rakyat supaya menurunkan harga tiket pesawat sebagai semboyan ekstrim!! Karena orang-orang seperti Chan itu kerjanya membela mereka yang kantongnya gendut alias para kapitalis penghisap dan perampok nilai lebih kaum buruh. Bagaimana dengan ribuan rakyat yang berani melawan kekuasaan Negara dan korporasi perampas tanah rakyat dengan mempertaruhkan nyawa dan keselamatan dirinya seperti di Bulukumba, Sulsel ini??? Mereka menolak dijadikan tumbal pembangunan Jokowi!!! Semboyan mereka, reforma agraria sejati!! Inilah yang dianggap extrim oleh orang-orang remo semacam Chan!! Jelas dimana dia berdiri dan berpihak, bukan?? Nenek dalam tempurung jelas sikapnya, mendukung Reforma Agraria Sejati.. Ngatain orang lain "dalam tempurung" padahal pengetahuan dirinya sendiri hanya cukup untuk jadi agen remo Deng xiao-ping!Silahkan saja remo terus menjilat pantat penguasa dan berkoar-koar memfitnah gerakan rakyat!!! Sosial